Beranda blog Halaman 136

Ketua APRI Aceh Selatan Desak Percepatan Izin Tambang Rakyat demi Kebangkitan Ekonomi

0
Ketua Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) Kabupaten Aceh Selatan, Delky Nofrizal Qutni. (Foto: RRI)

NUKILAN.ID | TAPAKTUAN – Ketua Asosiasi Penambang Rakyat Indonesia (APRI) Kabupaten Aceh Selatan, Delky Nofrizal Qutni, menegaskan bahwa percepatan penerbitan Izin Pertambangan Rakyat (IPR) merupakan kunci penting dalam membangkitkan ekonomi Aceh.

Ia menyebut legalisasi tambang rakyat tidak hanya akan meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD), tetapi juga mendorong kesejahteraan masyarakat serta mengurangi kerusakan lingkungan dan risiko keselamatan jiwa.

“Tambang rakyat jika dibina dan diawasi pemerintah, bisa menjadi solusi ekonomi yang ramah lingkungan dan manusiawi. Tapi sayangnya, izin yang seharusnya bisa diberikan malah terhambat oleh birokrasi berbelit,” ujar Delky, Sabtu (2/8/2025).

Delky menyayangkan belum adanya satu pun Wilayah Pertambangan Rakyat (WPR) yang ditetapkan di Aceh, meskipun secara regulasi ruang legal sudah tersedia melalui Undang-Undang Minerba dan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2021. Padahal, kata dia, 19 provinsi lain tanpa kekhususan seperti Aceh telah lebih dahulu memiliki WPR.

“Aceh telah gagal memanfaatkan kekhususannya sebagaimana diatur dalam UU Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh (UUPA). Selama ini, UUPA hanya jadi pemanis bibir. Rakyat masih jadi penonton di tanah sendiri,” tegasnya.

Delky juga menyoroti sikap Pemerintah Aceh yang dinilainya belum menunjukkan komitmen serius dalam memperjuangkan pengelolaan sumber daya alam (SDA) untuk kepentingan rakyat.

“Sejak MoU Helsinki hingga kini, tak ada kemajuan signifikan. Bahkan Aceh tetap menjadi provinsi termiskin di Sumatera,” ujarnya.

Ia menambahkan, wilayah-wilayah pertambangan di Aceh justru lebih banyak dialokasikan kepada korporasi melalui skema Wilayah Izin Usaha Pertambangan (WIUP). Sementara, upaya untuk menetapkan WPR maupun Wilayah Izin Usaha Pertambangan Khusus (WIUPK) bagi organisasi masyarakat dan BUMD seolah tidak menjadi prioritas.

Meski demikian, Delky mengapresiasi itikad baik Gubernur Aceh terpilih, Muzakir Manaf (Mualem), yang mendorong lahirnya qanun pertambangan rakyat. Namun ia mengingatkan bahwa gagasan tersebut membutuhkan dukungan penuh dari seluruh pemangku kepentingan.

“Kalau SKPA lamban dan DPRA tidak serius, maka ketika qanun disahkan, wilayah tambang rakyat sudah habis dibagi untuk korporat. Qanun hanya akan jadi pepesan kosong. Kami mendesak Mualem untuk mencopot pejabat yang tidak pro rakyat dan menggantinya dengan sosok yang memiliki integritas serta berpihak pada ekonomi kerakyatan,” tegasnya lagi.

Delky juga mengungkapkan adanya praktik setoran ilegal akibat tidak adanya legalisasi tambang rakyat. Ia menilai kondisi ini justru menciptakan ruang penyimpangan yang merugikan banyak pihak.

“Jika tidak dilakukan legalisasi pertambangan rakyat maka wajar saja setoran PAD tak ada yang ada hanya setoran ke oknum-oknum dengan dalih biaya keamanan belaka, rakyat susah, lingkungan rusak. Pemerintah justru seperti membiarkan kondisi ini terus terjadi,” katanya.

Lebih lanjut, Delky menjelaskan bahwa masyarakat sebenarnya memiliki kemampuan untuk mengelola sumber daya mineral seperti emas dan tembaga tanpa bergantung pada korporasi besar. Ia menyebutkan berbagai metode pengolahan yang ramah lingkungan dapat diterapkan, seperti gravitasi, leaching, flotasi, hingga elektrowinning.

“Selama ini masyarakat selalu dituding mencemari lingkungan karena dianggap hanya pakai air raksa. Padahal ada banyak metode lain yang jauh lebih aman. Nanti Pemerintah juga bisa membina dan mengawasi agar kegiatan tambang rakyat lebih terkendali,” terangnya.

Dari sisi pembiayaan, Delky mengusulkan agar Bank Aceh Syariah mulai bertransformasi menjadi lembaga keuangan yang produktif dengan meluncurkan skema Pembiayaan Pertambangan Rakyat (PPR).

“Selama ini korporasi bisa ambil pinjaman ke bank dengan modal izin eksplorasi. Kenapa rakyat tidak bisa? Ini soal keberpihakan,” tegasnya.

Ia pun menutup pernyataannya dengan menyerukan agar kekhususan Aceh benar-benar dimanfaatkan untuk kesejahteraan rakyat, bukan hanya menjadi simbol tanpa makna.

“Jika kekhususan Aceh tidak digunakan untuk kesejahteraan rakyat, maka UUPA dan MoU Helsinki yang menjadi patron kekhususan Aceh hanya akan jadi cerita menyedihkan bagi generasi Aceh ke depan. Semoga itikad baik Gubernur tidak jadi omon-omon, dan benar-benar diikuti kerja keras dari semua pihak,” pungkasnya.

Editor: Akil

Kadisdik Aceh Tinjau Pelaksanaan ANBK 2025

0
Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, ST., D.E.A., meninjau langsung pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2025 di sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Banda Aceh, Senin (4/8/2025). (Foto: Disdik Aceh)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, ST., D.E.A., meninjau langsung pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) tahun 2025 di sejumlah Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Banda Aceh, Senin (4/8/2025).

Peninjauan dilakukan usai menghadiri acara penyerahan simbolis SK ASN PPPK oleh Gubernur Aceh. Beberapa sekolah yang menjadi lokasi kunjungan di antaranya SMAN 12, SMAN 4, dan SMAN 8 Banda Aceh.

Kegiatan ini bertujuan untuk memastikan pelaksanaan ANBK berjalan lancar. Ujian nasional berbasis komputer tersebut diselenggarakan serentak secara nasional pada 4-7 Agustus 2025.

“Asesmen Nasional ini merupakan cermin kualitas pendidikan di Aceh. Saya menitipkan pesan kepada siswa agar mengikuti ujian ini dengan serius dan jujur, jangan asal menjawab atau menyontek. Hasil ANBK ini akan mencerminkan kondisi nyata pendidikan kita dan menjadi dasar evaluasi untuk tahun mendatang,” tegas Marthunis.

ANBK 2025 menilai kemampuan literasi, numerasi, serta karakter siswa, khususnya siswa kelas XI. Selain itu, asesmen ini juga mengevaluasi kualitas proses pembelajaran di satuan pendidikan. Setiap sekolah ditunjuk untuk mengikutsertakan sebanyak 45 siswa secara acak sebagai responden.

Hasil dari asesmen ini menjadi data utama dalam penyusunan Rapor Pendidikan serta mengukur capaian pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM), khususnya dalam aspek mutu pendidikan.

Dalam kesempatan itu, Marthunis juga berdialog langsung dengan para siswa di dalam kelas. Ia turut menguji mereka dengan pendekatan pembelajaran mendalam serta memberikan motivasi untuk meningkatkan semangat belajar.

Tak hanya fokus pada pelaksanaan ujian, Kadisdik juga meninjau fasilitas kantin di sekolah untuk memastikan penerapan kantin sehat berjalan sesuai pedoman.

“Kesehatan siswa juga menjadi perhatian penting. Kantin harus bersih dan menyediakan makanan bergizi,” ujarnya.

Kunjungan Marthunis diakhiri di perpustakaan sekolah. Ia mengapresiasi kondisi pustaka yang telah dilengkapi pendingin ruangan dan cukup nyaman bagi siswa. Ia juga mendorong agar perpustakaan menjadi ruang yang hidup melalui berbagai kegiatan literasi.

“Saya menyarankan adanya lomba resensi buku atau kegiatan teatrikal yang bersumber dari buku sastra atau nonfiksi untuk menumbuhkan minat baca siswa,” katanya.

Marthunis berharap pelaksanaan ANBK 2025 dapat berjalan sukses dan memberikan gambaran akurat terhadap kualitas pendidikan di Aceh.

“Hasil ANBK harus menjadi cermin cerah dan bening kualitas pendidikan Aceh. Ini bukan hanya soal angka, tapi tanggung jawab bersama dalam membentuk masa depan anak bangsa,” tutupnya.

Senator Azhari Cage Kutuk Pengeroyokan Warga Aceh di Malaysia hingga Tewas

0
Anggota DPD RI asal Aceh, Azhari Cage, S.IP. (Foto: Wikipedia)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI asal Aceh, Azhari Cage, mengecam keras aksi pengeroyokan terhadap seorang warga Aceh di Penang, Malaysia, yang menyebabkan korban meninggal dunia.

Dikutip dari Rmol, Korban diketahui bernama Syahrul Ramadhan (34), warga asal Desa Sampaimah, Kecamatan Manyak Panyet, Kabupaten Aceh Tamiang.

“Korban diduga meninggal dikeroyok kemarin malam, dan dari video yang beredar, polisi setempat juga diduga terlibat,” ujar Azhari Cage, Minggu malam, 3 Agustus 2025.

Azhari mendesak Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) dan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Malaysia untuk mengambil tindakan serius dan segera mengusut tuntas kasus tersebut.

“Saya sebagai senator asal Aceh mengutuk tindakan ini dan meminta kepada Kemenlu dan KBRI Indonesia yang ada di Malaysia agar mengusut secara tuntas kasus ini,” tambahnya.

Menurut informasi yang diterima Azhari, masyarakat Aceh yang tinggal di Malaysia telah melayangkan surat keberatan kepada Pemerintah Malaysia atas insiden yang menimpa Syahrul.

“Kalau memang almarhum ada kesalahan, seharusnya sebagai bangsa yang beradab hendaknya melakukan proses hukum serta bukan dengan cara pengeroyokan hingga meninggal,” tegasnya.

Ia menekankan pentingnya respons cepat dan tegas dari pihak Indonesia, terutama karena peristiwa ini menyangkut nyawa seorang warga negara.

“Saya meminta kepada Kemenlu dan KBRI agar tegas dalam hal ini, karena ini menyangkut dengan nyawa manusia. Kita tidak ingin warga negara kita diperlakukan secara tidak manusiawi oleh negara orang,” imbuh dia.

Lebih lanjut, Azhari mengungkapkan bahwa informasi serta video terkait kejadian pengeroyokan tersebut ia peroleh dari komunitas Bospom di Malaysia.

“Informasi ini dan video pengeroyokan dan data almarhum saya dapatkan dari Bospom di Malaysia. Doa saya kepada almarhum, semoga Allah ampuni segala dosa dan keluarga tabah terhadap musibah ini dan kita meminta agar keadilan benar-benar diberikan kepada almarhum dan keluarga,” tandas Azhari.

Editor: Akil

Dinas ESDM Aceh Serahkan SK Pengangkatan PPPK Tahap I

0
Dinas ESDM Aceh Serahkan SK Pengangkatan PPPK Tahap I. (Foto: ESDM Aceh)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Pemerintah Aceh melalui Plt. Sekretaris Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh, Ikhlas, ST, M.Sc, menyerahkan Surat Keputusan (SK) pengangkatan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) Formasi Pemerintah Aceh Tahap I, Senin (4/8/2025).

Sebanyak 24 orang menerima SK tersebut dan akan ditempatkan di lingkungan Dinas ESDM Aceh.

Penyerahan berlangsung di Aula Dinas ESDM Aceh tersebut turut didampingi oleh para kepala bidang, kepala UPTD Laboratorium ESDM, pejabat struktural, dan pejabat fungsional lainnya.

Pemerintah berharap tenaga PPPK yang baru diangkat dapat segera beradaptasi dan menjalankan tugas sesuai dengan bidang masing-masing.

Kepsek Tak Hadir Tiga Pekan, Amru Hidayat Soroti Kekosongan Kepemimpinan Sekolah di Aceh Tengah

0
Tokoh muda asal Tanah Gayo, Amru Hidayat, Amru Hidayat. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | TAKENGON — Kekosongan kepemimpinan di sejumlah sekolah di Aceh Tengah pasca mutasi massal kepala sekolah pada 11 Juli 2025 mulai menuai sorotan publik. Hingga awal Agustus, puluhan kepala sekolah hasil rotasi belum juga hadir di tempat tugas. Kondisi ini menciptakan kekacauan administrasi dan mengganggu proses belajar-mengajar.

Tokoh muda asal Tanah Gayo, Amru Hidayat, turut angkat bicara terkait persoalan tersebut. Menurutnya, ketidakhadiran kepala sekolah telah membuat banyak sekolah “berjalan tanpa arah”.

“Kita melihatnya kasihan, bang. Banyak sekolah yang terbengkalai karena sosok kepala sekolahnya tidak ada. Sekolah ibarat lembaga tanpa pemimpin, vacuum of power,” ujar Amru saat dihubungi Nukilan.id pada Minggu (3/8/2025).

Amru, yang juga mantan Wakil Presiden Mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK), menyayangkan kondisi tersebut. Ia menilai absennya kepala sekolah selama lebih dari tiga pekan bukanlah hal sepele. Ketidakhadiran tersebut, kata dia, memicu stagnasi dalam berbagai urusan penting sekolah.

“Mulai dari penandatanganan dokumen hingga pencairan dana operasional ikut terganggu,” tambahnya.

Amru mengutip laporan media lokal LintasGAYO.com, tercatat sedikitnya tiga kepala sekolah dilantik tanpa memenuhi syarat administratif sebagaimana diatur dalam regulasi. Bahkan, dari total 224 kepala sekolah yang dimutasi, sebanyak 21 di antaranya diketahui belum hadir tanpa keterangan resmi. Menurutnya, kondisi ini membuat banyak sekolah berada dalam situasi hukum yang abu-abu.

“Kepala sekolah lama belum resmi menyerahkan jabatan, sementara kepala sekolah baru belum sah secara struktural untuk memimpin. Akibatnya, guru kehilangan komando, siswa kehilangan arahan, dan atmosfer belajar ikut meredup,” ungkap Amru.

Ia menambahkan, problem ini semakin memperburuk capaian pendidikan di Aceh Tengah. Berdasarkan data tahun 2023, rata-rata lama sekolah di daerah tersebut hanya 9,89 tahun. Angka itu memang sedikit di atas rata-rata Provinsi Aceh (9,55 tahun), namun masih setara dengan jenjang pendidikan SMP.

Amru juga menyoroti aspek legalitas penunjukan kepala sekolah. Ia merujuk pada Permendikbud Nomor 6 Tahun 2018 tentang Penugasan Guru sebagai Kepala Sekolah, yang menetapkan lima syarat utama: kualifikasi akademik minimal S1/D-IV, pangkat minimal III/c bagi PNS, sertifikat Guru Penggerak atau pelatihan calon kepala sekolah, pengalaman mengajar minimal lima tahun, serta usia maksimal 56 tahun saat pertama kali ditugaskan.

“Jika dilanggar, Pasal 8 jo Pasal 2 Permendikbud tersebut menyebut pengangkatan dapat dibatalkan secara hukum,” jelas Amru.

Dari sisi kedisiplinan, Amru mengutip Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 94 Tahun 2021 tentang Disiplin PNS yang mengatur kewajiban setiap pegawai negeri untuk masuk kerja dan mematuhi jam kerja.

“Ketidakhadiran kepala sekolah tanpa alasan jelas atau tanpa serah terima jabatan dianggap pelanggaran yang bisa dijatuhi sanksi administratif,” ujarnya.

Menyikapi kekosongan yang berlarut, Amru mendesak Dinas Pendidikan Kabupaten Aceh Tengah segera mengambil tindakan. Ia menilai, penyelesaian cepat sangat krusial demi menjaga mutu pendidikan di dataran tinggi Gayo.

“Setidaknya ada tiga langkah strategis yang menurutnya perlu segera dilakukan. Pertama, menyelesaikan proses serah terima jabatan kepala sekolah. Kedua, menjamin semua kepala sekolah hasil mutasi memenuhi syarat administratif. Ketiga, mengisi jabatan kosong dengan segera,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan bahwa kelalaian birokrasi dalam persoalan ini bukan hanya menyangkut aspek teknis pendidikan, tetapi juga berpotensi menggerus kepercayaan masyarakat terhadap institusi negara.

“Siswa berhak mendapatkan pendidikan yang layak sesuai UUD 1945 Pasal 31 ayat (1). Jangan sampai anak-anak Gayo kehilangan kesempatan masa depan karena kekosongan kepemimpinan di sekolah mereka,” pungkasnya. (XRQ)

Reporter: AKil

ESDM Aceh Pastikan Tidak Ada Izin Baru di Lokasi Bekas Tambang PT EMM

0
Mahasiswa melakukan aksi demonstrasi menolak kehadiran PT EMM di Meulaboh, Aceh Barat. (Foto: Antara/Teuku Dedi Iskandar)

Nukilan | Banda Aceh – Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Aceh menegaskan bahwa hingga saat ini tidak ada izin usaha pertambangan (IUP) baru yang diterbitkan di lokasi bekas tambang PT Emas Mineral Murni (PT EMM) di wilayah Nagan Raya dan sekitarnya.

Kepala Dinas ESDM Aceh, Taufik, memastikan tidak ada rekomendasi maupun kebijakan terkait penerbitan izin baru di area tersebut. “Untuk sementara ini nggak ada yang baru yang diterbitkan di lokasi bekas IUP PT EMM,” ujar Taufik kepada Nukilan, Minggu (3/8/2025).

Dia mengatakan sampai hari ini tidak ada rekomendasi apa-apa terkait dengan IUP PT EMM. Kalau pun ada, kata Taufik, proses rekomendasinya ditetapkan dari tingkat pemerintah desa, kecamatan, hingga provinsi.

Pernyataan ini disampaikan menyusul kekhawatiran warga terkait dugaan kembali beroperasinya perusahaan tambang emas tersebut di wilayah Beutong Ateuh Banggalang, Kabupaten Nagan Raya. Kekhawatiran ini muncul usai beredarnya papan bunga dari PT EMM yang dikirim dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-23 Kabupaten Nagan Raya pada 22 Juli 2025.

Kehadiran papan bunga itu mengejutkan publik dan memicu kembali gelombang penolakan terhadap aktivitas PT EMM di Aceh. Masyarakat menilai tindakan tersebut tidak etis, mengingat izin operasi perusahaan telah dibatalkan secara hukum.

Sebagaimana diketahui, izin eksplorasi tambang emas yang diberikan kepada PT EMM telah dibatalkan Mahkamah Agung Republik Indonesia pada tahun 2020. Dalam putusan Nomor 91 K/TUN/LH/2020, majelis hakim mengabulkan gugatan warga Beutong Ateuh Banggalang bersama Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) terhadap keberadaan perusahaan tambang tersebut.

Majelis hakim berpendapat bahwa pemberian izin pertambangan di wilayah tersebut berpotensi menimbulkan kerusakan pada kawasan ekosistem Leuser (KEL) serta mengancam fungsi lingkungan hidup.

Selain berada dalam kawasan penting secara ekologis, areal konsesi PT EMM juga mencakup sejumlah situs bersejarah, antara lain kuburan massal pasukan Cut Nyak Dhien, makam ulama Teungku Alue Panah, dan lokasi pembuangan jenazah murid-murid Teungku Bantaqiah yang menjadi bagian dari kasus pelanggaran HAM berat.

Dengan adanya klarifikasi dari Dinas ESDM Aceh, pemerintah daerah menegaskan komitmennya untuk tidak menerbitkan izin baru di lokasi tersebut, sejalan dengan putusan hukum dan aspirasi masyarakat yang selama ini menolak keberadaan tambang emas di kawasan Beutong Ateuh. []

Reporter: Sammy

Poltekkes Kemenkes Aceh dan Mitra Peringati Pekan Menyusui Sedunia 2025 di Banda Aceh

0
Poltekkes Kemenkes Aceh dan Mitra Peringati Pekan Menyusui Sedunia 2025 di Banda Aceh. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Poltekkes Kemenkes Aceh bersama sejumlah mitra strategis menggelar peringatan Pekan Menyusui Sedunia (World Breastfeeding Week/WBW) 2025 di kawasan Car Free Day Kota Banda Aceh, Minggu (3/8/2025). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pemberian ASI eksklusif demi membentuk generasi sehat, kuat, dan cerdas.

Mengangkat tema global “Prioritaskan Menyusui, Membangun Dukungan Sistem Berkelanjutan” (Prioritise Breastfeeding, Create Sustainable Support System), acara ini diinisiasi oleh Poltekkes Kemenkes Aceh dengan menggandeng UNICEF Aceh, Pemerintah Kota Banda Aceh, Universitas Syiah Kuala (USK), DPD Persagi Aceh, AIMI Aceh, dan Flower Aceh.

Sekitar 200 mahasiswa dan dosen Poltekkes Kemenkes Aceh turut ambil bagian. Mereka melakukan berbagai kegiatan seperti edukasi menyusui kepada masyarakat, pemeriksaan kesehatan gratis, penilaian status gizi keluarga, hingga lomba pantun bertema dukungan menyusui yang mendapat sambutan hangat dari para pengunjung Car Free Day.

Plt. Kepala Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh, Wahyudi, S.STP, M.Si, secara langsung membuka kegiatan ini. Dalam sambutannya, ia menyampaikan komitmen Pemerintah Kota Banda Aceh untuk memperkuat kolaborasi lintas sektor dalam mencegah stunting dan obesitas.

“Melalui sinergi antara Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Kanwil Kemenag, organisasi profesi, dan lembaga swadaya masyarakat, kita akan memperluas jangkauan edukasi dan intervensi gizi yang tepat sasaran. Kami juga mendorong agar fasilitas publik, tempat kerja, dan institusi pendidikan menjadi ruang yang mendukung praktik menyusui dan pola hidup sehat sejak dini. Dalam waktu dekat, kami ingin mewujudkan ‘Banda Aceh Kota Ramah Anak dan Ibu Menyusui’ sebagai bentuk nyata dari komitmen ini, serta memperkuat pemantauan tumbuh kembang anak melalui Posyandu digital,” ujar Wahyudi.

Sementara itu, Direktur Poltekkes Kemenkes Aceh, Dr. Abdurrahman, S.Kp, M.Pd, menegaskan pentingnya menciptakan ekosistem yang mendukung ibu menyusui.

“Dukungan menyusui harus melibatkan semua pihak—tenaga kesehatan, pemerintah, komunitas, dan dunia pendidikan,” ujarnya.

Ia menambahkan, Poltekkes Kemenkes Aceh berkomitmen meningkatkan kesehatan ibu dan anak melalui pendidikan berkualitas dan program-program pro-menyusui.

“Mari kita bersama-sama menciptakan lingkungan yang mendukung dan memberdayakan ibu untuk menyusui, serta memberikan akses terhadap dukungan dan informasi yang dibutuhkan. Ayo kita dukung Pekan Menyusui Sedunia ini dengan mengajak masyarakat untuk memahami pentingnya menyusui dan memberikan dukungan kepada ibu menyusui,” tambahnya.

Ketua DPD Persatuan Ahli Gizi Indonesia (Persagi) Aceh, Dr. Aripin Ahmad, S.Si.T, M.Kes, Dietisien, yang juga hadir dalam kegiatan ini, kepada Nukilan.id menekankan pentingnya dukungan kolaboratif dalam praktik menyusui.

“Peringatan Pekan Menyusui Sedunia merupakan momentum bagi semua pihak untuk terus memberikan dukungan kepada ibu agar dapat menyusui anak secara eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga usia 2 tahun. ASI adalah makanan terbaik bagi anak, sumber zat gizi lengkap, dan mengandung antibodi yang sangat dibutuhkan untuk melindungi dari penyakit. Mendukung ibu menyusui berarti kita telah berkontribusi dalam mencegah stunting dan mencetak generasi Aceh yang sehat, kuat, dan menjadi generasi emas di masa mendatang,” ucap Aripin.

Kegiatan ini disambut antusias oleh masyarakat dan menjadi contoh kolaborasi strategis antara institusi pendidikan, organisasi profesi, pemerintah, serta masyarakat sipil untuk menciptakan lingkungan yang ramah ibu menyusui.

Sebagai informasi, Pekan Menyusui Sedunia diperingati setiap 1–7 Agustus dan menjadi bagian dari kampanye global untuk melindungi, mempromosikan, serta mendukung praktik menyusui sebagai investasi penting bagi kesehatan ibu dan anak, serta pembangunan berkelanjutan. (XRQ)

Reporter: AKil

Fraksi Golkar Minta 1 Persen Dana Otsus Aceh untuk Riset dan Inovasi Daerah

0
Ketua Fraksi Golkar di parlemen DPRA, Muhammad Rizky alias Adek. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Fraksi Partai Golkar DPR Aceh mendorong agar Dana Otonomi Khusus (Otsus) digunakan secara lebih strategis dengan mengalokasikan minimal 1 persen untuk mendukung kegiatan penelitian dan pengembangan (litbang) di Aceh.

Hal ini disampaikan Ketua Fraksi Golkar DPR Aceh, Muhammad Rizky alias Adek, dalam pandangan akhir Fraksinya terhadap Rancangan Qanun Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBA 2024 pada Sidang Paripurna DPRA, pada Rabu (31/7/2025) lalu.

Dalam keterangannya kepada Nukilan.id, Rizky mengungkapkan bahwa selama ini riset belum menjadi prioritas dalam perencanaan pembangunan. Banyak kebijakan pemerintah daerah dinilai instingtif dan minim basis data ilmiah. Padahal, kata dia, pembangunan yang berbasis riset dan kajian akademik jauh lebih tepat sasaran dan berkelanjutan.

“Riset bukan lagi pelengkap. Riset harus menjadi fondasi. Kami mendorong agar minimal satu persen Dana Otsus dialokasikan khusus untuk kegiatan litbang di Aceh,” tegas Rizky, Minggu (3/8/2025).

Ia menilai, hasil riset dari perguruan tinggi di Aceh selama ini kerap diabaikan. Masalahnya bukan pada minimnya penelitian, tetapi lemahnya kolaborasi antara pemerintah dengan lembaga riset lokal.

“Keputusan anggaran dan program pembangunan tidak bisa hanya berdasarkan asumsi atau tren sesaat. Harus berbasis data, dan itu hanya mungkin kalau ada riset yang kuat dan berkelanjutan,” ujarnya.

Fraksi Golkar menyoroti bahwa Dana Otsus selama ini lebih banyak digunakan untuk belanja fisik yang belum tentu memberi dampak sosial jangka panjang. Rizky meyakini, investasi pada riset justru akan membantu Aceh menetapkan prioritas pembangunan, mencegah pemborosan, dan mendorong inovasi di sektor strategis seperti pertanian, perikanan, energi, hingga pendidikan.

“Belanja besar tak menjamin hasil besar kalau perencanaan kita lemah. Riset adalah alat ukur, bukan pelengkap,” tambahnya.

Tak hanya mendukung pembangunan fisik, Fraksi Golkar juga melihat pentingnya riset dalam menunjang reformasi birokrasi dan peningkatan layanan publik. Rizky menyebutkan bahwa indeks layanan publik Aceh masih rendah dan digitalisasi birokrasi belum menunjukkan kemajuan berarti.

“Kalau kita ingin mempercepat reformasi birokrasi, sistem merit, dan pelayanan berbasis digital, riset kebijakan dan evaluasi layanan harus jadi kebiasaan baru,” katanya.

Ia juga mengusulkan agar Pemerintah Aceh membuka ruang kolaborasi dengan perguruan tinggi, LSM riset, dan lembaga independen guna melakukan audit sosial terhadap layanan publik dan efektivitas program-program pemerintah.

Menurut Fraksi Golkar, kekhususan Aceh termasuk dalam hal penerapan syariat Islam dan ekonomi berbasis wakaf perlu ditopang dengan pendekatan akademik dan riset sosial-budaya agar lebih berdampak.

“Keistimewaan Aceh akan kehilangan daya ungkit jika tak ditopang dengan riset mendalam dan analisis ilmiah,” ucap Rizky.

Ia menegaskan bahwa riset juga menjadi kunci untuk menjawab tantangan global, mulai dari perubahan iklim, krisis energi, hingga transformasi pertanian dan ketimpangan pembangunan antarwilayah.

“Riset akan memperkuat trust antara pemerintah dan rakyat. Ini bukan semata kritik, tapi ajakan membangun sistem pemerintahan yang belajar dan beradaptasi,” tandasnya.

Rizky menutup pernyataannya dengan harapan agar Pemerintah Aceh menjadikan riset sebagai instrumen wajib dalam siklus anggaran demi menghadirkan roadmap pembangunan yang berbasis data dan berkelanjutan.

“Dengan memasukkan riset sebagai bagian dari instrumen wajib dalam siklus anggaran, Fraksi Golkar berharap Aceh bisa memiliki roadmap pembangunan jangka panjang yang berbasis data, inklusif, dan berkelanjutan. Sebab, tanpa arah dan pemetaan yang valid, pembangunan hanya akan seperti berlayar tanpa kompas,” pungkasnya. (XRQ)

Reporter: AKil

Edarkan Kosmetika Berbahaya, Pemuda Sigli Divonis 3 Tahun 3 Bulan Penjara

0
Ilustrasi kosmetik ilegal. (Foto: Antara)

Nukilan | Sigli – Seorang pelaku penjualan kosmetik ilegal yang mengandung bahan berbahaya berhasil diamankan oleh aparat penegak hukum. Pemilik toko kosmetik di kawasan Sigli, Kabupaten Pidie, itu diketahui menjual berbagai produk kecantikan tanpa izin edar dan tidak memenuhi standar keamanan.

Tersangka, Muhammad Uzir (26), warga Sigli, akhirnya dijatuhi hukuman penjara selama 3 tahun dan 3 bulan oleh Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Sigli. Vonis tersebut dibacakan dalam sidang yang berlangsung pada Kamis (24/7/2025).

Berdasarkan salinan putusan perkara Nomor 53/Pid.Sus/2025/PN Sigli yang dikutip Nukilan, majelis hakim menyatakan Muhammad Uzir terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melanggar Pasal 435 Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2023. Ia dinyatakan bersalah karena dengan sengaja mengedarkan sediaan farmasi dan/atau alat kesehatan yang tidak memenuhi standar keamanan, khasiat, dan mutu.

Dalam amar putusannya, hakim juga menetapkan bahwa masa penahanan yang telah dijalani terdakwa dikurangkan dari total hukuman. Terdakwa pun dinyatakan tetap ditahan hingga putusan berkekuatan hukum tetap.

Barang bukti yang diamankan dalam kasus ini mencakup ratusan produk kosmetika ilegal berbagai merek. Beberapa di antaranya terbukti mengandung bahan berbahaya. Produk-produk tersebut antara lain Temulawak Day & Night Cream, Tabita Glow, Collagen Cream, RDL Hydroquinone, Glowing Beauty Skincare, dan Natural 99.

Selain itu, sejumlah perangkat elektronik berupa dua unit telepon seluler turut disita karena digunakan dalam aktivitas penjualan produk ilegal. Seluruh barang bukti tersebut dirampas untuk dimusnahkan.

Putusan ini menjadi peringatan keras terhadap praktik penjualan kosmetika tanpa izin edar yang masih marak, terutama produk-produk yang tidak melalui uji keamanan dan berpotensi merugikan kesehatan masyarakat. Pihak berwenang mengimbau masyarakat untuk lebih berhati-hati dalam membeli produk kecantikan, serta memastikan legalitas dan izin edar dari setiap produk yang dikonsumsi. []

Reporter: Sammy

Refleksi 80 Tahun RI, Ekonomi Dinilai Tertinggal dan Ketimpangan Semakin Buruk

0
Ketua Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo), Prof Didin Damanhuri. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | JAKARTA — Ketua Dewan Pakar Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo), Prof Didin Damanhuri, menilai kondisi perekonomian Indonesia saat ini sedang tidak baik-baik saja.

Dalam refleksi 80 tahun Indonesia merdeka, ia menyebut Indonesia semakin tertinggal dari negara-negara tetangga, sementara ketimpangan ekonomi justru kian melebar.

Dalam keterangnnya kepada Nukilan.id, Prof Didin membandingkan capaian produk domestik bruto (PDB) per kapita Indonesia dengan beberapa negara yang dahulu sepadan, seperti Korea Selatan, Malaysia, dan Thailand.

“Banyak negara lain, yang sebelumnya sepadan dengan Indonesia, yang pada tahun 1970-an membangun secara sistematis seperti Korea Selatan, Malaysia, Thailand mulai meninggalkan Indonesia. Korea Selatan saat ini PDB per kapitanya sudah Rp30 ribu, Malaysia sudah Rp14 ribu, dan Thailand sudah Rp8 ribu. Sementara Indonesia masih Rp5 ribu,” kata Prof Didin, Minggu (3/8/2025).

Ia mengakui bahwa PDB per kapita bukanlah ukuran tunggal kesejahteraan, namun bisa menjadi indikator awal kemajuan sebuah negara.

“Indonesia pun mengalami ketertinggalan dalam hal kesejahteraan masyarakat bawah. Tiga negara itu dulu sama, tapi saat ini kondisinya di atas kita. Bisa diukur dari Gini Ratio atau index oligarki Jeffrey Winters. Saat dirilis tahun 2014, index oligarki Indonesia adalah nomor dua terburuk. Bisa saja saat ini Indonesia adalah yang terburuk,” ucapnya.

Lebih jauh, Prof Didin menyinggung soal konsentrasi kekayaan yang ekstrem di Indonesia. Ia mengutip pemaparan dalam buku Oligarchy (2011) karya Jeffrey Winters, yang menyatakan bahwa jarak kekayaan antara 40 orang terkaya Indonesia dengan GDP rata-rata penduduk Indonesia pada 2024 mencapai 1.056.000 kali lipat. Bandingkan dengan Amerika Serikat yang ‘hanya’ 20.000 kali lipat.

“Jadi sudah lah tertinggal, ketimpangannya pun terburuk,” ujarnya.

Prof Didin juga menyoroti pertumbuhan ekonomi Indonesia pasca reformasi yang rata-rata berada di angka 5 persen per tahun. Menurutnya, angka tersebut tidak serta-merta berdampak positif bagi masyarakat secara umum.

“Kenyataannya, dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang relatif tinggi itu, hanya banyak dimanfaatkan oleh sekelompok kecil orang, yang kita sebut oligarki itu. Bahkan Credit Suisse pada tahun 2003 mengeluarkan data, kekayaan 4 orang paling kaya Indonesia setara dengan 100 juta orang Indonesia. Mungkin sekarang lebih parah lagi,” kata dia.

Ia menyebutkan bahwa dampak paling nyata dari ketimpangan ini adalah penurunan daya beli masyarakat kelas bawah. Nilai tukar petani, pekebun, peternak, dan nelayan bahkan tercatat berada di bawah angka 100.

“Gini Ratio kita yang 0,4, mencerminkan ketimpangan yang buruk. Dan tiga tahun belakangan ini, 10 juta kelas menengah kita menurun ke kelas nyaris miskin. Indikator World Bank juga menunjukkan hal itu. Ya memang tidak selamanya pernyataan World Bank itu benar. Tapi yang perlu kita cermati adalah pengeluaran 2 Dollar per hari itu, tidak seperti yang BPS nyatakan hanya sekitar 9 persen, ternyata menyentuh hampir 40 persen. Kalau kita menggunakan varietas daya beli, maka 3/4 penduduk Indonesia masuk ke bawah garis kemiskinan,” jelasnya.

Ia menambahkan, kondisi pasar tradisional yang semakin sepi bisa menjadi indikator penurunan daya beli masyarakat. Ia lalu membandingkan dengan masa pemerintahan Presiden Soeharto, yang menurutnya lebih menjamin keterjangkauan sembilan bahan pokok.

“Jika kita bandingkan dengan zaman Soeharto, masyarakat bawah itu terjamin sembilan bahan pokoknya dengan harga yang terjangkau. Karena ada strategi swasembada pangan cerdas sejak 1984 hingga akhir masa jabatannya,” tuturnya.

Menurutnya, setelah reformasi, strategi tersebut hanya berjalan sebentar.

“Sementara paska reformasi, hanya satu atau dua tahun saja, kalau tidak salah pada masa Mentan Anton Apriantono. Dan setelah itu tidak pernah lagi. Terlepas dari tindakan represif hingga pseudo demokrasi, kenyataannya saat Soeharto perekonomian kita yang terbaik sepanjang sejarah. Akses pada perekonomian, industrialisasi berjalan, dan mengalami peningkatan yang bisa dilihat pada pertumbuhan ekonomi yang pernah menyentuh 7,5 hingga 8 persen,” kata Prof Didin. (XRQ)

Reporter: Akil