Beranda blog Halaman 196

Rupiah Diprediksi Menguat, Meski Masih Bergerak Fluktuatif

0
Rupiah dan Dolar AS. (Foto: market.bisnis.com)

NUKILAN.ID | JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak fluktuatif pada hari ini, Senin (23/6/2025), namun cenderung ditutup menguat di kisaran Rp16.350 hingga Rp16.400 per dolar AS.

Dikutip Nukilan.id dari data Bloomberg, pada perdagangan Jumat (20/6/2025), rupiah ditutup menguat tipis sebesar 0,06% atau 9,5 poin ke level Rp16.396,5 per dolar AS. Sementara itu, indeks dolar AS terpantau turun 0,25% ke posisi 98,66.

Penguatan rupiah juga sejalan dengan tren sejumlah mata uang Asia lainnya. Yen Jepang naik 0,07%, dolar Singapura menguat 0,18%, dolar Taiwan 0,42%, dan won Korea Selatan 0,86%. Peso Filipina pun menguat 0,48%, yuan China 0,05%, rupee India 0,16%, dan ringgit Malaysia 0,05%.

Pengamat forex Ibrahim Assuaibi menyebut ada sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan mata uang Garuda menjelang akhir pekan lalu. Dari eksternal, pasar global terpengaruh oleh sikap hawkish The Fed. Ketua The Fed Jerome Powell masih belum menunjukkan komitmen terkait rencana pemangkasan suku bunga di masa mendatang. Bahkan, bank sentral AS memangkas proyeksi penurunan suku bunga untuk 2026.

Situasi geopolitik di Timur Tengah turut membayangi. Ketegangan antara Iran dan Israel terus memanas, sementara pejabat senior AS disebut tengah mempersiapkan serangan terhadap Iran dalam waktu dekat. Iran sendiri telah berulang kali memperingatkan terhadap skenario tersebut. Perundingan nuklir antara AS dan Iran pun mandek setelah Israel menyerang fasilitas nuklir Iran pekan lalu.

Dari dalam negeri, gejolak ekonomi global turut membawa dampak. Kenaikan imbal hasil obligasi pemerintah AS memicu kekhawatiran atas kondisi fiskal negara tersebut, yang kemudian berimbas pada ketidakpastian global, termasuk Indonesia. Dalam situasi seperti ini, perekonomian nasional turut berada dalam pusaran dinamika global yang tidak menentu.

Sementara itu, berdasarkan pantauan pada pukul 12.00 WIB, rupiah tercatat melemah 0,65% ke level Rp16.504 per dolar AS. Indeks dolar AS di saat bersamaan menguat 0,32% menjadi 99,03.

Di awal perdagangan pagi hari, rupiah juga sempat dibuka melemah sebesar 58 poin atau 0,35% ke posisi Rp16.454,5 per dolar AS, dengan indeks dolar AS menguat 0,34% ke 99,04. (XRQ)

Reporter: Akil

Wagub Aceh Lantik Pengurus IOF 2025–2029, Dorong Sinergi Off-Road untuk Wisata dan Kemanusiaan

0
Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, SE, saat memberi sambutan pada Pelantikan Pengurus Daerah Indonesia Off-Road Federation Aceh periode 2025-2029, di Hermes Palace Hotel, Banda Aceh, Jumat, (20/6/2025). (Foto: Diskominfo Aceh)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Wakil Gubernur Aceh, H. Fadhlullah, SE., melantik Pengurus Daerah Indonesia Off-Road Federation (IOF) Aceh periode 2025–2029 pada Jumat, 20 Juni 2025, di Banda Aceh. Pelantikan ini turut dihadiri pegiat off-road dari berbagai kabupaten/kota di Aceh serta jajaran IOF Pusat. Dalam susunan pengurus baru, Ahmad Heqal Asri ditetapkan sebagai ketua.

Dalam sambutannya, Wakil Gubernur Aceh menekankan pentingnya dedikasi, kolaborasi, dan kepatuhan terhadap nilai-nilai keselamatan serta pelestarian lingkungan dalam menjalankan roda organisasi.

“IOF bukan hanya wadah bagi pecinta off-road, tetapi juga organisasi strategis yang bisa berkontribusi besar dalam promosi wisata alam, penguatan ekonomi lokal, hingga kegiatan kemanusiaan dan mitigasi bencana,” kata Fadhlullah.

Ia menyambut baik kehadiran Ketua Umum IOF Pusat dan rombongan, serta mengapresiasi semangat komunitas off-road yang semakin aktif di Aceh. Pemerintah Aceh, kata Fadhlullah, berharap IOF dapat memperkuat sinergi dengan pemda, TNI/Polri, dan komunitas lokal.

“Aceh memiliki kekayaan bentang alam dan hutan yang luar biasa. Ini menjadi potensi besar untuk kegiatan off-road yang edukatif, produktif, dan berdampak positif bagi masyarakat luas,” ujarnya.

Wakil Gubernur juga mendorong agar aktivitas off-road tidak hanya menjadi ajang hobi, tetapi sekaligus menjadi medium menjaga lingkungan, membangun semangat kepemimpinan di kalangan pemuda, serta mempererat tali silaturahmi antarwilayah.

“Kami percaya, dengan filosofi kebersamaan yang menjadi semangat IOF, para pengurus baru akan mampu membawa organisasi ini menjadi lebih progresif, inklusif, dan bermanfaat bagi masyarakat,” tutupnya.

Evakuasi Warga yang Diterkam Buaya di Aceh Timur, Polisi Tembakkan Senjata untuk Selamatkan Jasad

0
Ilustrasi Buaya. (Foto: Republika)

NUKILAN.ID | IDI RAYEUK – Seorang pria bernama Iskandar (32), warga Gampong Leubok Pempeng, Kecamatan Peureulak, Aceh Timur, meninggal dunia setelah diterkam buaya saat mencari kerang di sungai. Proses evakuasi jenazah korban berlangsung dramatis, dengan aparat kepolisian harus melepaskan tembakan ke arah air untuk membuat buaya melepaskan korban.

Kapolsek Peureulak, AKP Muslim Siregar, menjelaskan peristiwa itu terjadi pada Sabtu siang (21/6). Saat itu, Iskandar tengah menyelam bersama dua rekannya di aliran sungai setempat untuk mencari kerang air tawar. Ketika menyelam, seekor buaya tiba-tiba muncul dan langsung menyerang.

“Buaya menerkam korban pada bagian kepala kemudian menyeret korban ke dalam air,” ujar Muslim, Minggu (22/6/2025).

Mendapati kejadian itu, dua rekan korban segera meminta bantuan warga dan pihak kepolisian. Warga yang datang kemudian menyusuri sungai untuk mencari keberadaan korban.

Hingga sekitar pukul 15.48 WIB, buaya yang membawa tubuh Iskandar terlihat muncul di permukaan sungai. Saat itu, setengah tubuh korban masih berada dalam mulut hewan tersebut.

Setelah berkoordinasi, tokoh masyarakat setempat meminta Bhabinkamtibmas Polsek Peureulak untuk melepaskan tembakan ke air guna membuat buaya melepaskan jasad korban. Polisi akhirnya melepaskan tembakan ke samping buaya. Buaya pun menjauh, sehingga korban bisa dievakuasi.

“Melihat buaya telah pergi menjauh, anggota kami bersama warga langsung mengangkat korban. Namun korban sudah dalam kondisi meninggal dunia, selanjutnya jenazah korban dibawa ke rumah duka untuk dilakukan Fardhu Kifayah,” kata Muslim.

Kapolres Aceh Timur, AKBP Irwan Kurniadi, mengimbau masyarakat untuk lebih waspada saat beraktivitas, terutama di kawasan perairan yang rawan satwa liar seperti buaya.

“Hal ini karena Bhabinkamtibmas merupakan ujung tombak Polri yang bersentuhan langsung dengan masyarakat, sehingga dituntut untuk mampu mendeteksi dini potensi gangguan keamanan dan ketertiban, serta mampu memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi masyarakat,” ujarnya.

Editor: AKil

Maryam Al Fiyah Azka Wakili Aceh Besar di Grand Final OSI Nasional 2025

0
Maryam Al Fiyah Azka Wakili Aceh Besar di Grand Final OSI Nasional 2025. (Foto: Kemenag Aceh)

NUKILAN.ID | JANTHO – Siswi MIN 27 Aceh Besar, Maryam Al Fiyah Azka, berhasil melaju ke Grand Final Olimpiade Omni Sains Indonesia (OSI) Nasional 2025. Ia mewakili Aceh Besar untuk dua bidang sekaligus, yaitu IPA dan Bahasa Inggris pada Level 2 (kelas 3 dan 4 SD).

Kepastian keikutsertaan Azka di ajang nasional ini berdasarkan surat undangan resmi dari panitia OSI, setelah ia lolos dari babak penyisihan tingkat kota dan final provinsi. Grand Final berlangsung pada Sabtu, 21 Juni 2025 di Universitas Tarumanegara 2, Jakarta.

Dalam kompetisi ini, Azka bersaing dengan 205 peserta di bidang IPA dan 618 peserta di bidang Bahasa Inggris dari berbagai daerah di Indonesia. Acara Awarding dijadwalkan digelar di Hotel Ciputra, Jakarta, sebagai penutup kegiatan OSI Nasional.

Suasana pelaksanaan lomba berlangsung meriah. Ribuan peserta dari berbagai jenjang pendidikan, mulai dari TK hingga SMP, memenuhi lokasi acara sejak pagi. Kompetisi dimulai pukul 07.00 WIB dengan pembagian sesi lomba, termasuk berhitung untuk TK, serta olimpiade Matematika, IPA, dan Bahasa Inggris.

“Shock berat…,” ujar Azka saat menggambarkan suasana lomba yang ramai. “Waktu final provinsi di SMA Methodist Banda Aceh, saya di lantai 7, tapi kali ini gedungnya jauh lebih besar dan peserta seperti semut—banyak sekali!” kenangnya.

Pengumuman hasil lomba akan dilakukan pada acara Awarding yang digelar esok hari. Keluarga besar MIN 27 Aceh Besar dan masyarakat Aceh berharap Azka dapat meraih hasil terbaik dan mengharumkan nama daerah di tingkat nasional.

Editor: Akil

Aceh Menuju Kesejahteraan: Kelola Sumber Daya Alam dengan Bijak, Tinggalkan Citra Korupsi

0
Ketua Umum ICMI Aceh, Taqwaddin. (Foto: BeritaMerdeka)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Pengelolaan sumber daya alam (SDA) yang berkelanjutan menjadi sorotan utama dalam Seminar Cendekiawan bertajuk “Akselerasi Pengembangan Sektor Migas dan Pertambangan Aceh; Menuju Tata Kelola Berkelanjutan dan Kesejahteraan Masyarakat” yang digelar oleh Pemuda ICMI Aceh pada Minggu (22/6/2025). Kegiatan ini dihadiri sekitar 300 peserta dari berbagai elemen masyarakat.

Ketua Umum ICMI Aceh, Taqwaddin, dalam pemaparannya menekankan bahwa pengelolaan SDA merupakan kunci penting dalam mendorong kesejahteraan rakyat Aceh. Ia mengawali pemaparan dengan merujuk Pasal 18B ayat (1) UUD 1945 mengenai pengakuan dan penghormatan terhadap daerah istimewa.

Menurutnya, Aceh yang memiliki keistimewaan dan kekhususan, khususnya dalam hal pengelolaan SDA dan pembentukan BPMA, seharusnya mampu menghadirkan perubahan positif bagi rakyat.

Namun, fakta di lapangan berbicara lain. Berdasarkan data BPS 2024, angka kemiskinan di Aceh masih mencapai 12,64 persen—tertinggi di Sumatera. Di sisi lain, laporan Indonesia Corruption Watch (ICW) tahun yang sama menempatkan Aceh dalam enam besar provinsi dengan kasus korupsi terbanyak secara nasional.

Tantangan lainnya juga muncul dari tingginya kasus penyalahgunaan narkoba (peringkat 2 nasional), prevalensi stunting (peringkat 7 nasional), hingga rendahnya Indeks Pembangunan Manusia (75,36, peringkat 27 nasional). Ditambah lagi, indeks literasi masyarakat yang juga masih rendah, yaitu 72,4 menurut data terbaru.

Taqwaddin menjelaskan, penting untuk membedakan antara penguasaan dan pengelolaan SDA. “Penguasaan” merujuk pada aspek legal seperti hak dan kewenangan, sementara “pengelolaan” menyangkut aspek manajerial seperti perencanaan dan pelaksanaan. Menurutnya, pengelolaan tanpa kejelasan penguasaan hukum adalah kekeliruan kebijakan.

Lebih lanjut, ia menyoroti bahwa pengelolaan sektor migas dan pertambangan Aceh masih menghadapi tumpang tindih regulasi. Sejumlah undang-undang yang mengatur sektor ini, seperti UU Pokok Agraria, UU Lingkungan Hidup, UU Minerba, hingga UU Pemerintahan Daerah dan UU Pemerintahan Aceh (UUPA), perlu diharmonisasi agar tidak menimbulkan konflik kewenangan.

Pasal 156 UUPA, misalnya, memberikan kewenangan pengelolaan SDA kepada Pemerintah Aceh dan pemerintah kabupaten/kota, mulai dari perencanaan hingga pengawasan. Namun, UU Pemerintahan Daerah tahun 2014 justru membatasi kewenangan kabupaten/kota, kecuali untuk izin panas bumi. Kondisi ini membuat banyak dinas pertambangan daerah kehilangan fungsi strategisnya, sementara eksploitasi tetap berlangsung.

“Ketika terjadi kerusakan lingkungan akibat tambang, pemerintah kabupaten/kota sering tidak berdaya,” ungkap Taqwaddin. Hal ini, menurutnya, menunjukkan bahwa prinsip lex specialis derogat legi generali harus dijalankan, di mana kekhususan Aceh sebagaimana diatur dalam UUPA perlu diprioritaskan.

Ia juga menekankan pentingnya konsensus dalam bentuk kebijakan administratif yang melibatkan berbagai pemangku kepentingan, sebagaimana diatur dalam Pasal 8 UUPA dan UU Administrasi Pemerintahan. Pemerintah Aceh, katanya, harus merumuskan kebijakan investasi tambang dan migas yang tidak hanya berorientasi pada keuntungan ekonomi, tetapi juga menjamin kesejahteraan rakyat dan kelestarian lingkungan.

Tidak kalah penting, peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) Aceh menjadi kunci. Tanpa SDM yang kompeten dan siap terlibat di sektor migas dan pertambangan, masyarakat Aceh akan tetap menjadi penonton

. “Lagee buya krung teu dong-dong, buya tamong meuraseuki,” sindir Taqwaddin, mengingatkan pentingnya penguatan kapasitas tenaga kerja lokal agar mampu menikmati hasil dari kekayaan alam sendiri.

Dengan tata kelola yang bijak, kolaborasi antar-lembaga, dan SDM yang unggul, harapan untuk menghapus predikat Aceh sebagai salah satu daerah dengan kasus korupsi tertinggi dan mengubahnya menjadi provinsi yang sejahtera bukanlah sesuatu yang mustahil.

Editor: Akil

Cegah Curanmor, Polsek di Banda Aceh Pasang Spanduk Imbauan

0
Spanduk waspada curanmor. (Foto: MC BNA)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Jajaran Polsek di bawah Polresta Banda Aceh memasang spanduk imbauan waspada pencurian kendaraan bermotor (Curanmor) di sejumlah titik keramaian dan lokasi rawan, Sabtu (21/6/2025). Langkah ini sebagai bentuk antisipasi terhadap tindak kejahatan Curanmor di wilayah hukum Polresta Banda Aceh.

Pemasangan spanduk dilakukan langsung oleh sejumlah personel kepolisian, sebagai bagian dari upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga keamanan kendaraan pribadi.

Selain itu, imbauan tersebut juga bertujuan memberikan edukasi kepada warga mengenai pentingnya peran aktif masyarakat dalam menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan.

Kapolresta Banda Aceh, Kombes Pol Joko Heri Purwono, melalui Kasi Humas Iptu Erfan Gustiar, mengatakan bahwa “Spanduk Waspada Curanmor” ini dimaksudkan untuk mengingatkan warga akan bahayanya kejahatan Curanmor serta mempersempit ruang gerak pencuri.

Ia menambahkan, jajaran Polsek Polresta Banda Aceh akan terus berkomitmen memberantas tindak kejahatan di wilayahnya.

“Imbauan pasang kunci ganda merupakan salah satu cara untuk mencegah terjadinya curanmor,” pungkasnya.

Akademisi Minta Setiap Daerah di Aceh Miliki Dewan Pengawas Syariah

0
Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, Aceh Barat Dr Syamsuar. (Foto: ANTARA/HO-Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | Meulaboh – Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Teungku Dirundeng Meulaboh, Dr Syamsuar, menyatakan bahwa seluruh kabupaten/kota di Aceh perlu membentuk Dewan Pengawas Syariah (DPS) guna memperkuat pengawasan terhadap lembaga keuangan syariah.

Menurutnya, keberadaan DPS bukan sekadar formalitas, tetapi menjadi instrumen penting dalam menjaga kemurnian transaksi keuangan dari unsur riba maupun praktik yang tidak sesuai dengan prinsip syariah.

Syamsuar menjelaskan bahwa kewajiban memiliki DPS telah diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) serta Qanun Aceh Nomor 11 Tahun 2018. Namun, sejauh ini baru empat daerah di Aceh yang membentuk DPS. Ia pun berharap Pemerintah Kabupaten Aceh Barat segera membentuk dewan pengawas keuangan syariah.

Ia menekankan bahwa Lembaga Keuangan Syariah (LKS) memegang peran penting dalam menyediakan layanan keuangan berbasis syariah. Keberhasilan dan integritas lembaga tersebut, kata dia, sangat bergantung pada efektivitas pengawasan yang dijalankan oleh DPS.

Lebih dari sekadar pengawas normatif, DPS juga berperan sebagai mitra strategis bagi manajemen, penasihat, serta penghubung antara lembaga keuangan dengan regulator dan masyarakat.

Syamsuar turut menyoroti masih maraknya praktik sistem keuangan ribawi di tengah masyarakat Aceh Barat, seperti praktik rentenir dan sistem keuangan lain yang tidak sesuai prinsip Islam. Karena itu, ia menilai penguatan DPS perlu dilakukan secara menyeluruh, baik dari sisi regulasi, pendidikan, maupun implementasi di lapangan.

Ia juga menekankan pentingnya kolaborasi antara perguruan tinggi, otoritas keuangan, dan pelaku industri demi mendukung terbentuknya ekosistem ekonomi syariah yang sehat.

Sementara itu, Kepala Dinas Syariat Islam Provinsi Aceh, Zahrol Fajri, mengingatkan bahwa Qanun Aceh tidak hanya mengatur perbankan, tetapi juga seluruh lembaga yang berkaitan dengan sistem keuangan. Ia menyebut masih banyak lembaga keuangan di Aceh yang belum menerapkan sistem syariah sehingga berdampak merugikan masyarakat.

Pemerintah Aceh Dorong Gekrafs Jadi Penggerak Ekonomi Berbasis Budaya

0
Pemerintah Aceh Dorong Gekrafs Jadi Penggerak Ekonomi Berbasis Budaya. (Foto: Gekrafs Aceh)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Pemerintah Aceh mendorong Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional (Gekrafs) Provinsi Aceh untuk berperan aktif dalam menggerakkan ekonomi berbasis budaya di berbagai sektor, mulai dari kuliner, kerajinan hingga seni pertunjukan.

Harapan tersebut disampaikan Gubernur Aceh, Muzakir Manaf alias Mualem, dalam pidatonya yang dibacakan oleh Asisten III Setda Aceh, Muhammad Diwarsyah, saat pelantikan pengurus DPW Gekrafs Provinsi Aceh di Anjong Mon Mata, Meuligoe Gubernur Aceh, Banda Aceh, Sabtu (15/6/2025).

“Kita harapkan organisasi ini mampu menjadi motor penggerak ekonomi berbasis budaya dan memberikan ide-ide barunya,” kata Mualem.

Menurutnya, Gekrafs merupakan gerakan yang mengusung nilai kreativitas, keberagaman, inovasi, dan kolaborasi, serta mencakup 17 subsektor ekonomi kreatif seperti seni pertunjukan, musik, kuliner, hingga kerajinan digital.

Ia menilai Aceh memiliki potensi besar dalam sektor ekonomi kreatif, terutama dari produk-produk kerajinan tangan dan kuliner khas daerah yang telah dikenal secara nasional.

Karena itu, Pemerintah Aceh berkomitmen menjadi mitra strategis dalam membangun ekosistem kreatif yang inklusif dan berkelanjutan.

“Jadikanlah momen ini sebagai kebangkitan ekonomi kreatif Aceh. Mari kobarkan semangat kreasi, kolaborasi, dan inovasi demi masa depan Aceh dan Indonesia yang lebih gemilang,” ujar Mualem.

Ketua Gekrafs Aceh, Sunnyl Ikbal, menyebut pelantikan pengurus bukan hanya sekadar pengukuhan struktur organisasi, tetapi menjadi awal dari perjuangan besar menjadikan ekonomi kreatif sebagai sektor unggulan di Aceh.

Ia menegaskan pentingnya peran Gekrafs sebagai wadah pembinaan dan penguatan jaringan pelaku ekonomi kreatif di berbagai bidang. Ia juga mengajak seluruh pengurus untuk bekerja secara kolaboratif guna memajukan sektor ini di Aceh.

“Kita ingin Gekrafs Aceh bergerak aktif membangun pusat-pusat kreatif menjadi garda terdepan kemajuan ekonomi kreatif Aceh,” kata Sunnyl Ikbal.

Editor: Akil

USK Raih Peringkat 66 Dunia dalam Kategori Pendidikan Berkualitas

0
Gedung Rektorat Universitas Syiah Kuala. (Foto: USK)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Universitas Syiah Kuala (USK) mencatat prestasi di tingkat internasional dengan menempati peringkat ke-66 dunia untuk kategori Sustainable Development Goals (SDGs) 4: Quality Education dalam pemeringkatan Times Higher Education (THE) Impact Rankings 2025.

THE Impact Rankings menilai kontribusi universitas terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan yang ditetapkan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), mencakup aspek penelitian, tata kelola, pengajaran, dan pengabdian kepada masyarakat.

Tahun ini, USK berpartisipasi dalam 12 dari 17 kategori SDGs, bersama 2.389 universitas dari berbagai negara. Selain mencatat hasil baik di SDGs 4, USK juga mengalami peningkatan peringkat secara keseluruhan dari posisi 801–1000 menjadi 601–800 dunia.

Secara nasional, USK berada di peringkat delapan dari 71 universitas Indonesia yang mengikuti pemeringkatan. Di kategori SDGs 14: Life Below Water, USK menduduki posisi ke-79 dunia, sementara untuk SDGs 17: Partnership for the Goals berada di rentang peringkat 101–200.

Rektor USK, Prof Dr Ir Marwan, menyampaikan apresiasi kepada seluruh sivitas akademika atas kerja keras dalam pencapaian ini.

“Alhamdulillah, pencapaian ini menjadi motivasi bagi USK untuk terus meningkatkan prestasinya dan menguatkan posisinya pada level nasional dan global,” ujar Marwan.

Wakil Rektor Bidang Akademik, Prof Dr Ir Agussabti M.Si, juga mengapresiasi kerja kolektif tim yang dipimpin Direktorat Pendidikan dan Pembelajaran, Subdirektorat Reputasi Universitas. Ia menyebut capaian ini sebagai bukti peran USK sebagai “institusi pendidikan tinggi yang dicintai dan dinantikan oleh masyarakat sebagai Jantong Hatee Rakyat Aceh”.

Peningkatan peringkat ini menjadi tantangan sekaligus peluang bagi USK untuk terus memperkuat kualitas di berbagai lini dan mewujudkan visi sebagai universitas socio-technopreneur yang unggul dan mandiri di tingkat global.

Editor: Akil

Muhammadiyah Terus Tingkatkan Layanan Pendidikan dan Kesehatan di Aceh

0
Universitas Muhammadiyah Aceh. (Foto: unmuha.ac.id)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Muhammadiyah terus menunjukkan peran aktif dalam bidang pendidikan dan kesehatan di Provinsi Aceh. Sejak masuk ke Aceh pada 1927, organisasi ini telah mendirikan delapan Sekolah Rakyat sebelum kemerdekaan.

Rektor Universitas Muhammadiyah Aceh (UNMUHA), Aslam Nur, menyampaikan bahwa cikal bakal UNMUHA telah hadir sejak 1969 melalui dua fakultas awal, yaitu Fakultas Ilmu Dakwah (FIAT) dan Fakultas Hukum.

“Ketika itu ada dua fakultas yang sebagai fakultas tertua di UNMUHA sekarang ini yaitu pertama Fakultas Ilmu Dakwah disingkat dengan FIAT. Dan yang kedua Fakultas Hukum,” ujar Aslam Nur dalam sebuah acara TVRI Aceh, Kamis (19/6).

UNMUHA sendiri resmi berdiri pada 1991 sebagai gabungan beberapa fakultas yang telah ada sebelumnya. Kini, kampus tersebut telah berkembang dengan tujuh fakultas dan 22 program studi yang terus mencetak lulusan untuk kemajuan Aceh.

Selain di sektor pendidikan, Muhammadiyah juga memperkuat kiprahnya di bidang kesehatan. Organisasi ini mendirikan sejumlah fasilitas layanan, seperti klinik dan rumah sakit untuk mendukung kesejahteraan masyarakat Aceh.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah (PWM) Aceh, A. Malik Musa, menyatakan harapannya agar Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) di Aceh mulai mendirikan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) di bidang kesehatan.

“Kami menyempatkan untuk berkunjung ke Rumah Sakit ’Aisyiyah Kudus Jateng untuk belajar dan mencari pengalaman tentang cara mendirikan rumah sakit,” kata A.

Malik Musa. Sebelumnya, ia juga telah melakukan kunjungan ke RS Sarkies ‘Aisyiyah sebagai bagian dari upaya memperluas jaringan layanan kesehatan Muhammadiyah di Aceh.

Editor: Akil