Beranda blog Halaman 195

Gubernur Aceh Pimpin Rapim Bahas Percepatan Realisasi APBA 2025

0
Gubernur Aceh Pimpin Rapim Bahas Percepatan Realisasi APBA 2025. (Foto: MC Aceh)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Gubernur Aceh Muzakir Manaf memimpin Rapat Pimpinan (Rapim) yang membahas percepatan realisasi Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh (APBA) 2025 dan pengadaan barang dan jasa, di Gedung Serbaguna Setda Aceh, Senin (23/6/2025).

Rapat tersebut dihadiri oleh Wakil Gubernur Fadhlullah, Plt Sekda Aceh, para asisten, serta seluruh Kepala SKPA dan Kepala Biro di lingkungan Setda Aceh.

Dalam arahannya, Gubernur meminta seluruh pimpinan SKPA untuk memastikan tindak lanjut hasil rapat berjalan secara konkret dan terukur. Ia juga menyoroti sejumlah kegiatan yang belum berjalan optimal dan meminta agar hambatan yang ada segera dilaporkan kepada Sekda agar bisa ditangani dengan cepat.

Gubernur juga menekankan pentingnya komunikasi yang lancar antar perangkat daerah demi tercapainya target realisasi anggaran, termasuk Dana Otonomi Khusus (Otsus), sesuai jadwal.

“Pastikan hasil rapim ini dijalankan. Kalau belum tuntas, saya ingin tahu langsung apa kendalanya. Segera komunikasikan dengan Pak Sekda supaya bisa kita ambil tindakan,” ujar Gubernur Mualem, sapaan akrab Muzakir Manaf.

Wakil Gubernur Fadhlullah dalam kesempatan yang sama juga mengingatkan pentingnya sinergi antara Unit Layanan Pengadaan (ULP) dan SKPA. Ia menekankan bahwa proses tender berada di ULP, namun kelengkapan dokumen dari SKPA tetap menjadi syarat utama kelancaran proses tersebut.

Plt Sekda Aceh, M. Nasir, menegaskan bahwa target realisasi APBA sebesar 35 persen harus tercapai paling lambat akhir Juni 2025. Menurutnya, hal itu membutuhkan komitmen kuat dari seluruh pihak. Ia juga meminta Kepala Biro Pengadaan Barang dan Jasa (PBJ) untuk mengoordinasikan percepatan tender di seluruh SKPA.

“Pengadaan barang dan jasa secara umum tidak mengalami kendala besar, namun masih ada perlambatan teknis yang harus segera diatasi. Untuk itu sangat penting upaya antisipasi terhadap potensi sisa dana otsus, mengingat keterlambatan realisasi pada semester pertama masih kerap terjadi,” kata M. Nasir.

Editor: Akil

Ombudsman Aceh: Madrasah Negeri Tidak Boleh Pungut Biaya Pendaftaran

0
Kepala Ombudsman RI Perwakilan Aceh, Dian Rubianty, SE., M.PA. (Foto: DISDIK ACEH)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Ombudsman Republik Indonesia Perwakilan Aceh menegaskan bahwa madrasah negeri dilarang menarik biaya apa pun dalam proses penerimaan peserta didik baru (PPDBM) maupun saat daftar ulang.

Kepala Ombudsman RI Aceh, Dian Rubianty, menyampaikan bahwa semua pembiayaan dalam proses PPDBM dan pendaftaran ulang di madrasah negeri seharusnya ditanggung oleh dana BOS atau BOP sesuai yang tercantum dalam anggaran DIPA pada tahun anggaran berjalan.

Dian juga mengingatkan bahwa dalam peraturan tentang Komite Madrasah, terdapat batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar. Salah satunya adalah larangan menjual buku pelajaran maupun seragam sekolah.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa larangan ini diatur dalam Pasal 23 Peraturan Menteri Agama Nomor 16 Tahun 2020 tentang Komite Madrasah. Selain itu, Komite juga dilarang memanfaatkan posisinya untuk meraih keuntungan pribadi, termasuk tidak boleh menggunakan aset madrasah untuk kepentingan individu ataupun melakukan aktivitas politik praktis di lingkungan sekolah.

“Ombudsman Aceh akan berupaya untuk menindaklanjuti segala laporan dari masyarakat terkait potensi maladministrasi pelayanan publik,” ujar Dian.

Namun begitu, ia menambahkan bahwa setiap laporan yang masuk tetap harus melalui proses verifikasi sesuai ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 37 Tahun 2008 tentang Ombudsman RI. Laporan bisa diajukan dalam bentuk konsultasi atau pelaporan resmi. Bagi yang hanya ingin berkonsultasi, Ombudsman akan memberikan informasi atau rekomendasi yang dibutuhkan.

Sementara itu, laporan resmi yang memenuhi syarat akan melalui tahapan verifikasi formal dan material sebelum ditindaklanjuti. Untuk laporan yang masuk kategori Reaksi Cepat Ombudsman (RCO), tindakan bisa langsung diambil tanpa menunggu proses verifikasi administrasi.

EDITOR: AKIL

PMI Banda Aceh Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran di Sukaramai

0
PMI Banda Aceh Salurkan Bantuan untuk Korban Kebakaran di Sukaramai. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Palang Merah Indonesia (PMI) Kota Banda Aceh menyalurkan bantuan kepada warga yang terdampak kebakaran di Gampong Sukaramai, Kecamatan Baiturrahman, Senin, 23 Juni 2025.

Bantuan diserahkan langsung oleh Wakil Ketua PMI Kota Banda Aceh, Teuku Nanta Muda S.T., M.M., bersama pengurus dan relawan. Bantuan yang diberikan mencakup beras, makanan siap saji, telur, air mineral, serta kebutuhan dasar lainnya.

“Kami turut prihatin atas musibah kebakaran ini. PMI hadir untuk memberikan bantuan kemanusiaan secepat mungkin agar masyarakat terdampak bisa terbantu dalam masa sulit ini,” kata Teuku Nanta saat penyaluran bantuan.

Selain menyalurkan bantuan, PMI juga berkoordinasi dengan pemerintah gampong, BPBA, dan Dinas Sosial Aceh untuk memastikan bantuan tersalurkan sesuai kebutuhan serta memetakan langkah lanjutan jika diperlukan.

PMI Banda Aceh turut mengajak masyarakat dan berbagai pihak untuk bersama-sama membantu meringankan beban para korban serta memperkuat solidaritas dalam menghadapi bencana.

Editor: Akil

Wisuda Perdana Ma’had Shafwatul Quran: Lulusan Terbaik Raih Hadiah Umrah

0
Tasyakuran wisuda perdana MSQ. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH —  (MSQ) yang berlokasi di Gampong Pineung, Banda Aceh, menggelar tasyakuran wisuda perdana bagi lima santriwati tingkat Madrasah Tsanawiyah (MTs) pada Senin, 23 Juni 2025. Acara berlangsung di halaman sekolah dengan suasana khidmat.

Kepala madrasah, Dra. Ainal Mardhiah Ahmad, menyampaikan rasa syukurnya atas terselenggaranya acara tasyakuran perdana tersebut. Ia menilai para santriwati yang diwisuda merupakan sosok-sosok tangguh dan gigih yang telah menyelesaikan pendidikan selama tiga tahun. Wisuda ini juga menjadi tonggak awal dalam menciptakan model pendidikan khas MSQ.

Ketua Yayasan MSQ, dr. Teuku Yusriadi, Sp.BA, FIAPS atau yang akrab disapa Doto Popon, menyampaikan apresiasi kepada para orangtua yang telah mempercayakan pendidikan anak-anaknya di MSQ. Ia mengakui proses tiga tahun berjalan tidak mudah, namun hasilnya kini mulai terlihat. Para santriwati tidak hanya menimba ilmu umum dan agama, tetapi juga dibekali dengan kemampuan menghafal Al-Qur’an, bahkan di antaranya telah mencapai 30, 20, hingga 15 juz.

Prestasi para santriwati pun cukup membanggakan. Beberapa di antaranya telah menjuarai lomba Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) cabang Hifzil Quran baik di tingkat kota maupun provinsi. Keberhasilan ini tak lepas dari bimbingan para ustaz dan ustazah, seperti Ustazah Munira, Lc, Ustaz Tabsyirah, Lc, Ustaz Aidil Ridha, Lc, serta tenaga pengajar lainnya.

Pembina Yayasan MSQ, Yusniar Abdurrahman, juga menyampaikan ucapan selamat kepada para santriwati dan orangtua. Ia menambahkan bahwa ke depan pihak yayasan berupaya melengkapi fasilitas asrama dan berencana membangun asrama baru yang lebih representatif agar dapat menampung lebih banyak santri, baik putra maupun putri.

Pada acara tersebut, salah satu santriwati, Zalfa Azkia—putri dari Perdana Tahru dan Cut Nurlina—dianugerahi penghargaan sebagai lulusan terbaik. Ia menerima trofi dan hadiah umrah yang merupakan sumbangan dari para donatur. Penghargaan ini diberikan sebagai bentuk motivasi bagi santri lainnya agar semakin bersemangat dalam menghafal Al-Qur’an.

Acara tasyakuran turut dihadiri oleh Pimpinan Dayah Insan Qurani, Ustaz H. Muzakir, yang juga menjadi pembicara utama. Hadir pula Geuchik Gampong Pineung beserta perangkat desa, dewan guru, pengurus yayasan, dan para orangtua santri. Acara ditutup dengan santap siang bersama.

Bek Muda Asal Aceh Dipanggil Timnas U-23, Siap Hadapi Kualifikasi AFC U-23

0
Bek muda asal Aceh, Rahmat Syawal, masuk dalam daftar pemain yang dipanggil memperkuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-23. (Foto: Ist)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Bek muda asal Aceh, Rahmat Syawal, masuk dalam daftar pemain yang dipanggil memperkuat Tim Nasional (Timnas) Indonesia U-23. Ia dipersiapkan menghadapi dua ajang internasional yang akan berlangsung di tanah air, yakni ASEAN U-23 Mandiri Cup pada 14-29 Juli 2025, serta Kualifikasi AFC U-23 yang dijadwalkan berlangsung 1-9 September 2025.

Nama Rahmat diumumkan bersama 30 pemain lainnya yang akan mengikuti pemusatan latihan (TC) mulai 20 Juni hingga 14 Juli 2025 di Jakarta.

Beberapa nama yang sudah akrab di Timnas kembali mendapat panggilan, seperti Jens Raven, Hokky Caraka, Toni Firmansyah, dan Muhammad Ferarri. Sementara itu, pelatih kepala Timnas U-23, Gerald Vanenburg, mempersiapkan Rahmat Syawal untuk memperkuat lini pertahanan, bersama Kadek Arel dan Muhammad Ferarri.

Rahmat Syawal merupakan pemain kelahiran Sigli, Aceh, yang kini berusia 19 tahun. Ia memiliki postur menjulang dengan tinggi badan mencapai 190 sentimeter.

Sebelumnya, Rahmat sempat tergabung dalam tim futsal Aceh yang diproyeksikan tampil pada Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024. Namun namanya mulai dikenal luas saat tampil bersama Persas Sabang dalam kompetisi Liga 3 Zona Aceh pada Oktober 2023.

Performa apiknya di lini belakang membuat Rahmat mendapat kesempatan membela Timnas U-19 dan U-20. Penampilannya yang konsisten pun menarik perhatian klub Liga 1, PSIS Semarang, yang kemudian merekrutnya.

Rahmat diketahui merupakan jebolan Lambhuk Football Academy, sebuah sekolah sepak bola yang cukup dikenal di Banda Aceh. Kini, ia menjadi salah satu pemain muda yang mulai menunjukkan potensi besar sebagai bek masa depan Indonesia.

Editor: Akil

Prabowo Puji Mualem di Forum Ekonomi Rusia: Dulu Berseberangan, Kini Bersatu

0
Prabowo Puji Mualem di Forum Ekonomi Rusia. (Foto: MC Aceh)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH Presiden Prabowo Subianto menyampaikan apresiasi terhadap Gubernur Aceh Muzakir Manaf, yang akrab disapa Mualem, dalam sesi diskusi panel di ajang St Petersburg International Economic Forum (SPIEF) 2025 di Rusia.

Dalam kesempatan itu, Prabowo menyinggung rekonsiliasi yang pernah terjadi di Aceh, saat dirinya dan Mualem berada di posisi berseberangan selama konflik berkepanjangan. Ia menuturkan bahwa keduanya kini bisa bersatu meskipun pernah berada dalam konflik selama puluhan tahun.

“Pemberontakan separatis di Aceh. Sangat panjang, saya kira hampir 30 tahun. Tapi bayangkan, mantan panglima Gerakan Aceh Merdeka, yang dulu melawan kami selama lebih dari 25 tahun, sekarang bergabung dengan partai saya,” kata Prabowo dalam forum yang berlangsung pada Jumat (20/6/2025).

“Bahkan dia kini menjadi Gubernur Aceh, dan saya Presiden Indonesia. Ini menunjukkan bahwa mantan musuh pun bisa bersatu,” lanjutnya.

Prabowo menekankan pentingnya rekonsiliasi dan menyelesaikan konflik lewat dialog. Ia menyebut pendekatan komunikasi menjadi cara yang lebih baik ketimbang kekerasan.

“Sebagai mantan prajurit, saya selalu berusaha, bahkan dari dulu untuk bernegosiasi. Negosiasi, negosiasi, negosiasi. Lebih baik berbicara daripada saling membunuh,” pungkasnya.

Pernyataan itu disampaikan Prabowo sebagai respons atas pertanyaan panelis terkait peran rekonsiliasi dalam membangun stabilitas nasional.

Editor: Akil

Sebanyak 50 Da’i Ikuti Upgrading FDP di Aceh Tenggara

0
Bupati Fakhry saat membuka acara Upgrading Lembaga Forum Dakwah Perbatasan (FDP) wilayah Aceh, di Lawe Loning Aman, Kecamatan Lawe Sigala gala pada Sabtu (21/6/2025). (Foto: Diskominfo Aceh Tenggara)

NUKILAN.ID | Kutacane — Sebanyak 50 da’i dari berbagai daerah mengikuti pelatihan dalam kegiatan Upgrading Lembaga Forum Dakwah Perbatasan (FDP) wilayah Aceh yang berlangsung di aula Dayah Miftahul Jannah Hidayatullah, Lawe Loning Aman, Kecamatan Lawe Sigala-gala, Kabupaten Aceh Tenggara, Sabtu (21/6/2025).

Peserta yang hadir berasal dari sejumlah daerah seperti Aceh Singkil, Aceh Tamiang, Aceh Tenggara, Subulussalam, dan Banda Aceh.

Bupati Aceh Tenggara, Salim Fakhry, yang membuka kegiatan tersebut, menyebutkan pentingnya peningkatan kapasitas bagi para da’i.

“Acara ini penting bagi Da’i untuk meningkatkan kapasitas diri,” ujar Fakhry.

Ia juga berharap para da’i dapat menjadi teladan serta memberikan dampak positif dalam memperkuat pengamalan syariat Islam di tengah masyarakat, khususnya di wilayah Aceh Tenggara.

Sementara itu, Sekretaris FDP Wilayah Aceh, Dr. Abizal, menyampaikan bahwa FDP selama satu dekade terakhir telah menjalankan berbagai program dakwah di daerah perbatasan, termasuk pembangunan masjid, rumah da’i, dan pembinaan terhadap mualaf.

“Semoga program ini dapat didukung oleh pemerintah daerah,” katanya.

Kegiatan ini menjadi bagian dari upaya penguatan dakwah Islam di wilayah pedalaman dan perbatasan Aceh yang memerlukan perhatian dan keterlibatan berbagai pihak.

Editor: Akil

Menyingkap Luka Tambang Nikel Raja Ampat

0
Tambang Nikel Raja Ampat. (Foto: Arsip Greeenpeace)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Di negeri ini, celah pelanggaran kerap disembunyikan dengan asap pencitraan. Para pejabat merasa telah lihai menutup jejak, padahal publik melihatnya dengan mata telanjang. Kasus pencabutan izin empat perusahaan tambang nikel di Raja Ampat, Papua Barat Daya, adalah contoh terbaru bagaimana ketidakberesan tata kelola sumber daya alam kembali terkuak, meski dibungkus dengan narasi heroik dari pusat kekuasaan.

Keputusan Presiden Prabowo Subianto yang mencabut izin itu semula tampak sebagai langkah tegas melindungi alam Papua. Namun bila ditelisik lebih dalam, langkah itu justru membuka borok yang lebih lebar: betapa penambangan nikel telah berlangsung secara ilegal dan merusak lingkungan sejak 2023, tanpa ada pengawasan berarti dari pemerintah.

Data menunjukkan, ada 16 perusahaan yang telah mengantongi konsesi di kawasan Raja Ampat, sebuah gugusan kepulauan eksotis yang dijuluki “surga terakhir di bumi”. Dari jumlah itu, lima perusahaan telah beroperasi secara destruktif, mengancam hutan dan ekosistem laut yang menjadi penopang hidup masyarakat adat setempat.

Ironisnya, publik baru benar-benar terperangah setelah Greenpeace Indonesia membuka praktik buruk ini dalam diskusi Critical Minerals Conference and Expo di Jakarta, 3 Juni 2025. Dalam forum yang diadakan oleh Asosiasi Penambang Nikel Indonesia dan Shanghai Metals Market—platform pasar logam asal Tiongkok—aktivis lingkungan memanfaatkan momen untuk membeberkan wajah gelap penambangan nikel di Papua.

Sudah lama diketahui bahwa industri nikel di Indonesia sarat dengan praktik koruptif: dari suap perizinan, konflik kepemilikan lahan, hingga pengabaian hak-hak masyarakat lokal. Sayangnya, pemerintah justru kerap berdiri di sisi pelaku, bukan korban.

Penerbitan izin tambang di Raja Ampat adalah bentuk nyata pelanggaran terhadap Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (yang direvisi pada 2014). Dalam beleid itu, Pasal 35 huruf K dengan jelas melarang aktivitas penambangan mineral di pulau kecil berukuran kurang dari 2.000 kilometer persegi. Dari sekitar 1.500 pulau di Raja Ampat, hanya Pulau Waigeo dan Misool yang melebihi ambang batas tersebut.

Celakanya, pemerintah tetap memberikan konsesi penambangan, bahkan di Pulau Gag, dengan alasan berada di luar kawasan geopark. Dalih itu jelas menyesatkan, sebab Undang-Undang tidak mengenal pengecualian berbasis status geopark. Ini bukan soal persepsi, melainkan hukum yang dilanggar terang-terangan.

Kisruh tambang nikel Raja Ampat juga menunjukkan lemahnya fungsi pengawasan dan penegakan hukum. Para pejabat seolah baru bertindak setelah dipaksa oleh protes publik. Padahal, sejak 2022 Presiden Joko Widodo telah menunjuk Bahlil Lahadalia sebagai ketua satuan tugas penataan penggunaan lahan yang bertugas mengevaluasi ribuan izin tambang. Dalam kapasitas itu, Bahlil sempat mencabut lebih dari 2.000 izin pertambangan, termasuk konsesi nikel yang bermasalah.

Namun, menjelang pelantikan sebagai Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Bahlil justru menerbitkan izin baru bagi perusahaan tambang di Raja Ampat, dan menghidupkan kembali izin yang sebelumnya dicabut. Alih-alih merasa bersalah, ia berdalih bahwa izin tersebut keluar sebelum dirinya menjabat sebagai menteri. Padahal, publik tak lagi bisa dibodohi oleh alibi-alibi teknokratis yang menutupi kepentingan bisnis dan politik.

Fenomena ini membuktikan bahwa hilirisasi yang selama ini diagungkan sebagai strategi menghidupkan ekonomi nasional, hanyalah kedok untuk menyedot kekayaan alam demi keuntungan segelintir elite. Mereka yang berdiri di belakang perusahaan tambang di Raja Ampat adalah kaum oligark—elit partai politik, kroni penguasa, dan para taipan tambang—yang menjadikan sumber daya mineral sebagai alat akumulasi kekayaan.

Sudah saatnya kita bertanya, untuk siapa sebenarnya kekayaan alam negeri ini dikelola?

Richard Auty, ekonom dari Lancaster University, pernah mengemukakan teori “kutukan sumber daya alam” (resource curse) dalam bukunya Sustaining Development in Mineral Economies (1993). Dalam pandangannya, negara-negara yang memiliki kekayaan alam melimpah justru cenderung terjebak dalam kemiskinan struktural karena korupsi, tata kelola yang buruk, dan eksploitasi berlebihan.

Indonesia tampaknya sedang menjalani kutukan itu dalam bentuk paling telanjang. Kita kaya, tetapi tetap miskin. Kita punya nikel, tetapi tidak punya daya tawar. Kita punya undang-undang, tapi tidak punya nyali menegakkannya. Lebih dari segalanya, kita punya pejabat, tapi kehilangan integritas.

Kisruh tambang nikel Raja Ampat adalah alarm keras bagi kita semua. Bila negara terus berpihak pada kekuasaan dan modal, maka rakyat akan terus menjadi korban. Saatnya masyarakat sipil memperkuat pengawasan, dan menagih akuntabilitas. Sebab tanpa perlawanan, kebijakan yang lahir bukan untuk menjaga bumi, melainkan untuk mengurasnya hingga habis. (XRQ)

Penulis: Akil

Muswil IDI Aceh: dr. Muntadar Terpilih Jadi Ketua Secara Aklamasi

0
dr Muntadar, SpB, Subsp, Ped (K), salah seorang dokter di SMF Bedah RSUZA Banda Aceh terpilih secara aklamasi sebagai Ketua IDI Wilayah Aceh periode 2025-2028, dalam Musyawarah Wilayah (Muswil) IDI di Bireuen, dimulai Sabtu (21/6/2025) malam. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.IDBIREUEN – Dokter spesialis bedah anak Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin (RSUZA) Banda Aceh, dr Muntadar, terpilih sebagai Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Wilayah Aceh periode 2025–2028.

Pemilihan tersebut berlangsung dalam Musyawarah Wilayah (Muswil) IDI Aceh yang digelar di Aula Ampoen Chiek, Fakultas Kedokteran Universitas Almuslim (Umuslim), Peusangan, Kabupaten Bireuen, Sabtu malam, 21 Juni 2025.

Ketua IDI Bireuen, dr Zumirda, menyampaikan bahwa kegiatan Muswil berjalan lancar dan dihadiri oleh pengurus IDI Pusat, IDI Wilayah Aceh, serta perwakilan IDI dari 23 kabupaten/kota se-Aceh. Dalam sidang tersebut, dr Muntadar terpilih secara aklamasi.

“Kami berharap IDI Aceh bersinergi dengan IDI pusat supaya ke depan bisa melahirkan dokter-dokter unggul, profesional dalam segala hal, dedikasi yang tinggi tentang hubungan dan etika di tengah masyarakat,” ujar dr Zumirda.

Muswil IDI kali ini juga menjadi momentum penting bagi Fakultas Kedokteran Umuslim yang baru didirikan. Fakultas tersebut merupakan hasil kolaborasi antara Umuslim, Pemerintah Kabupaten Bireuen, IDI Cabang Bireuen, dan IDI Wilayah Aceh. Kehadirannya dinilai sebagai pencapaian besar yang memberi manfaat luas bagi masyarakat.

“Kita ingin menciptakan dokter-dokter untuk memberi pelayanan kesehatan bagi masyarakat, kami IDI Bireuen dan IDI Aceh, Yayasan Umuslim, Rektor Umuslim Dr Marwan, Pemkab Bireuen, sangat mensuport fakultas ini. Saat ini telah menerima mahasiswa baru gelombang I,” lanjut Zumirda.

Ketua IDI Aceh terpilih, dr Muntadar, menyampaikan apresiasi terhadap dukungan Pemkab Bireuen dalam menyukseskan Muswil IDI Aceh di Umuslim. Ia juga berharap agar Fakultas Kedokteran tersebut dapat mencetak tenaga medis yang berdedikasi tinggi dan mampu menjawab kebutuhan dokter di Aceh maupun Indonesia.

Dokter asal Gampong Abeuk Jaloh, Kecamatan Jangka, Bireuen itu menyatakan, kegiatan seperti Muswil ke depan akan digalakkan di setiap IDI Cabang kabupaten/kota sebagai bentuk penguatan organisasi.

“Harapan saya kegiatan IDI ke depan bisa meningkatkan keterampilan bagi anggota, kekompakan, kesejawatan, etik di antara keluarga besar IDI, juga program ke masyarakat yaitu promotif, preventif, kuratif,” kata dr Muntadar.

Ia pun menyampaikan terima kasih kepada Ketua IDI Wilayah Aceh sebelumnya, Dr dr Safrizal Rahman, beserta seluruh jajaran yang telah membangun kepercayaan masyarakat terhadap IDI selama ini.

Editor: Akil

Aceh Didorong Masuk Daftar Prioritas PLTSa, Komisi III DPRA Siap Kawal

0
Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Hasballah. S.Ag. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | BANDA ACEHAnggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Hasballah, menyatakan dukungannya terhadap program nasional pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di 33 kota besar di Indonesia. Ia menilai Aceh harus menjadi bagian dari proyek tersebut sebagai solusi atas persoalan sampah yang kian mendesak.

Menurut Hasballah, pembangunan PLTSa merupakan langkah penting dalam mengatasi darurat sampah sekaligus memperkuat energi terbarukan. Ia menyambut baik dorongan Kementerian Lingkungan Hidup untuk memperluas pembangunan PLTSa ke berbagai provinsi.

Politisi Partai Aceh itu menjelaskan, beberapa hari lalu pihaknya telah melakukan pertemuan dengan Yunnan Construction and Investment Holding Group Co., Ltd (YCIH), investor proyek PLTSa di Surabaya. Pertemuan itu turut dihadiri oleh Sekretaris Komisi III DPRA, Hadi Surya, serta perwakilan Pemerintah Aceh seperti Kadis PUPR Mawardi dan jajarannya, serta M Fauzan Febriansyah dari Aspebindo Aceh.

Hasballah mengatakan, YCIH membuka peluang investasi untuk Aceh selama daerah ini mampu menyiapkan syarat teknis dan dukungan kebijakan.

Ia menambahkan, pihaknya bersama Pemerintah Aceh dan Forbes DPR/DPD RI akan mendorong revisi terhadap Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2018 agar Aceh dapat dimasukkan sebagai lokasi prioritas pembangunan PLTSa.

“Kita akan dorong agar Aceh dimasukkan dalam revisi Perpres tersebut. Tidak cukup hanya menunggu. Komitmen dan kerja advokatif diperlukan agar Aceh diakui sebagai daerah yang siap dan strategis dalam pengembangan PLTSa,” ujarnya.

Hasballah juga menilai bahwa pendekatan konvensional dalam penanganan sampah sudah tidak relevan. Ia menyebut Banda Aceh dan Aceh Besar memiliki potensi besar untuk menjadi percontohan pembangunan PLTSa apabila didukung dengan infrastruktur dan regulasi yang memadai.

“Darurat sampah adalah persoalan nyata. PLTSa bukan hanya proyek listrik, tapi solusi lingkungan. Kalau Palembang sudah progres, dan Surabaya masuk prioritas, kenapa Aceh tidak?” tutupnya.

Editor: Akil