Beranda blog Halaman 99

Hoaks! Video Wanita Aceh di Parlemen Uni Eropa Minta Kemerdekaan

0
Unggahan video yang menampilkan wanita Aceh di Parlemen Uni Eropa meminta kemerdekaan Aceh (Foto: Facebook)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Sebuah video berdurasi satu menit yang beredar di Facebook menampilkan seorang wanita berkerudung putih sedang berpidato di depan mikrofon dengan latar logo Parlemen Uni Eropa.

Amatan Nukilan.id dari rekaman tersebut, perempuan itu berbicara dalam bahasa Inggris dan mengaku mewakili bangsa Aceh. Ia bahkan menyerukan referendum damai agar rakyat Aceh dapat menentukan nasibnya sendiri.

Berikut isi narasi pidato yang ditampilkan dalam video itu:

“Yang terhormat anggota parlemen uni eropa, hari ini saya berdiri di sini bukan hanya sebagai suara bangsa aceh, tetapi juga sebagai saksi dari puluhan tahun ketidakadilan. Terlalu lama kekayaan kami dieksploitasi, budaya kami ditekan, dan hak demokratis kami diabaikan dibawah kekuasaan Indonesia. Bangsa aceh tidak meminta belas kasihan. Bangsa aceh menuntut hak yang dimiliki setiap bangsa, hak untuk menentukan nasib sendiri sebagaimana dijamin dalam piagam perserikatan bangsa-bangsa. Bangsa aceh percaya jalan ke depan bukan melalui perang, tetapi melalui perdamaian sebuah REFERENDUM damai yang diawasi oleh komunitas internasional, agar rakyat aceh dapat memilih masa depannya sendiri. Kami berharap kepada uni eropa untuk berdir di sisi sejarah yang benar, berdiri bersama keadilan dan berdiri bersama bangsa aceh. Thank you”

Unggahan tersebut juga disertai narasi:

SUBHANALLAH CANTIK NYA SRIKANDI ACEH GENERASI GENZI PIDATO DI PARLEMEN UNI EROPAH UNTUK REFERENDUM ACEH

CEPAT ATAU LAMBAT AKANKAH MERDEKA…???????

Namun, benarkah klaim itu?

Dikurip Nukilan.id dari ANTARA, Tim cek fakta ANTARA menemukan bahwa video tersebut tidak benar. Pemeriksaan menggunakan AI Detector Hive Moderation menunjukkan probabilitas 94,5 persen bahwa video itu merupakan hasil rekayasa kecerdasan buatan atau deepfake.

Artinya, sosok perempuan dan suara dalam video tersebut kemungkinan besar tidak nyata, melainkan dibuat menggunakan teknologi AI.

Lebih jauh, tidak ada bukti atau pemberitaan resmi dari Uni Eropa, media internasional, maupun sumber kredibel lainnya yang menyebutkan adanya perwakilan dari Aceh yang berpidato di forum Parlemen Eropa. (XRQ)

Klaim: Video wanita Aceh di Parlemen Uni Eropa meminta kemerdekaan Aceh
Rating: Hoaks

Reporter: Akil

Pengemudi Ojol Terlindas Rantis Brimob Usai Demo, Istana Angkat Bicara

0
ILUSTRASI. Menteri Sekretaris Negara Prasetyo Hadi mengikuti rapat kerja dengan Komisi XIII DPR di kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Rabu (13/11/2024). (Foto: TRIBUNNEWS/IRWAN RISMAWAN)

NUKILAN.ID – JAKARTA. Aksi demonstrasi di Jakarta pada Kamis (28/8) berujung ricuh dan menelan korban. Seorang pengemudi ojek online (ojol) tertabrak mobil rantis Brimob saat situasi massa memanas.

Merespons kejadian tersebut, Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Prasetyo Hadi menyampaikan bahwa pihak Istana terus melakukan koordinasi dengan berbagai lembaga terkait. Ia menegaskan, Presiden melalui Istana telah memberikan arahan khusus kepada aparat kepolisian.

“Termasuk kami meminta atensi khusus terhadap kejadian tersebut di atas,” ujar Prasetyo dalam keterangannya, Kamis (28/8/2025) malam.

Ia menambahkan, pemerintah meminta aparat berhati-hati dalam melakukan pengamanan agar peristiwa serupa tidak terulang.

“Sekecil apa pun jika ada kejadian tentunya kita semua pasti menyayangkan dan tidak ingin hal itu terjadi,” sambungnya.

Prasetyo juga menyayangkan tragedi yang menimpa pengemudi ojol tersebut. Menurutnya, koordinasi intensif terus dilakukan demi memastikan kondisi segera kembali kondusif.

Dalam sebuah video yang beredar, terlihat mobil rantis Brimob Polda Metro Jaya melaju di tengah kerumunan massa. Mobil tersebut dilempari pendemo. Di tengah situasi kacau, seorang driver ojol tampak berusaha menghindar, namun nahas tertabrak kendaraan itu.

Pasca insiden, rekan-rekan ojol mendatangi Mako Brimob Polda Metro Jaya, Jakarta Pusat. Mereka menuntut adanya tanggung jawab dari pihak terkait.

Editor: Akil

Dewan Pers Ingatkan Aparat Lindungi Wartawan Saat Liput Demo

0
Aparat Kepolisian. (Foto: BBC Indonesia)

NUKILAN.ID | JAKARTA – Ketua Dewan Pers Komaruddin Hidayat mengingatkan aparat keamanan yang bertugas mengawal aksi unjuk rasa untuk senantiasa menjaga keselamatan dan melindungi wartawan di lapangan.

“Mengingatkan aparat yang bertugas di lapangan untuk menjaga keselamatan serta melindungi para jurnalis/wartawan/media yang sedang menjalankan tugas jurnalistik,” kata Komaruddin dalam pernyataannya yang diterima redaksi Nukilan.id pada Jumat (29/8/2025).

Selain itu, Komaruddin juga mengimbau para jurnalis agar tetap waspada dan mengutamakan keselamatan diri maupun hasil liputannya. Ia menekankan pentingnya media massa untuk tetap profesional dengan berpegang pada Kode Etik Jurnalistik dan Undang-Undang Nomor 40 tentang Pers.

“Menyampaikan peristiwa dan fakta secara akurat, jujur, serta dilandasi itikad baik demi kepentingan masyarakat luas,” ujarnya.

Seruan Dewan Pers ini disampaikan setelah mencermati perkembangan unjuk rasa di Jakarta dalam beberapa hari terakhir. Aksi demonstrasi di Gedung DPR/MPR, Kamis (28/8/2025) malam, berakhir ricuh.

Dalam kericuhan itu, seorang pengemudi ojek online (ojol) meninggal dunia setelah tertabrak dan terlindas kendaraan taktis (rantis) Brimob di wilayah Pejompongan. Kejadian tersebut memicu aksi lanjutan ribuan massa yang terdiri dari pengemudi ojol dan warga di area Mako Brimob Polda Metro Jaya, Kwitang, sejak Kamis malam hingga Jumat dini hari.

Gelombang protes bahkan meluas ke sejumlah wilayah lain di luar Jakarta. (XRQ)

Reporter: Akil

Dewan Pers Serukan Profesionalisme dan Keselamatan Jurnalis saat Liput Demonstrasi

0
Seruan Dewan Pers. (Foto: Dok. Dewan Pers)

NUKILAN.ID | Banda Aceh – Menyikapi perkembangan aksi unjuk rasa yang berlangsung di wilayah Jakarta sejak Kamis, 28 Agustus 2025, Dewan Pers mengeluarkan seruan resmi kepada insan pers. Seruan tersebut menekankan dua hal utama: profesionalisme jurnalis dan keselamatan mereka di lapangan.

Ketua Dewan Pers, Komaruddin Hidayat, dalam keterangannya yang diterima Nukilan.id pada Jumat (29/8/2025), meminta seluruh media massa bekerja secara profesional dengan berpedoman pada Kode Etik Jurnalistik serta Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers.

Ia menegaskan pentingnya menyampaikan peristiwa maupun fakta secara akurat, jujur, dan dilandasi itikad baik demi kepentingan masyarakat luas.

Selain itu, Dewan Pers juga mengingatkan agar jurnalis tetap waspada dan menjaga keselamatan diri maupun liputannya dengan sebaik-baiknya.

Tak hanya ditujukan kepada pekerja media, seruan ini juga dialamatkan kepada aparat. Dewan Pers meminta aparat untuk menjaga keselamatan para jurnalis, wartawan, maupun media yang sedang menjalankan tugas jurnalistiknya. (XRQ)

Reporter: Akil

Dua Pengemudi Ojol Dilindas Mobil Brimob, Satu Tewas di RSCM

0
Massa saat berada di kawasan Mako Brimob Kwitang Jakarta, Jumat dini hari, 29 Agustus 2025. (Foto: ANTARA/Khaerul Izan)

NUKILAN.ID | JAKARTA – Dua pengemudi ojek online (ojol) menjadi korban setelah dilindas kendaraan taktis (rantis) milik Brimob Polda Metro Jaya saat pengamanan aksi massa di kawasan Bendungan Hilir II, Jakarta Pusat, Kamis malam, 28 Agustus 2025.

Dikutip dari Tempo.co, satu orang pengemudi bernama Affan Kurniawan meninggal dunia setelah sempat mendapat perawatan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM). Sementara rekannya, Moh Umar Amarudin, mengalami patah kaki dan kini dirawat di Rumah Sakit Pelni, Jakarta Barat.

Ketua Serikat Pekerja Angkutan Indonesia, Lily Pujiati, mengecam keras tindakan aparat yang dinilainya represif.

“Korban meninggal dunia di RSCM. Korban patah kaki di RS Pelni,” kata Lily, Kamis malam.

Ia mendesak agar kasus ini dikawal hingga tuntas. “Kami mohon dukungan masyarakat dalam memantau perkembangan peristiwa ini agar tidak terjadi lagi tindakan kekerasan yang menimbulkan korban. Kapolri harus bertanggung jawab atas jatuhnya korban meninggal dunia dan luka-luka,” ujarnya.

Namun, keterangan berbeda disampaikan Kapolda Metro Jaya Irjen Asep Edi Suheri. Menurutnya, hanya ada satu korban dalam insiden tersebut.

“Untuk korban tadi sore itu satu. Kalau yang lain saya belum dapat datanya,” kata Asep saat ditemui di RSCM. Ia hadir untuk menyampaikan permintaan maaf langsung kepada keluarga Affan Kurniawan.

Salah seorang saksi mata, Kevin, yang merupakan penghuni Rusun Bendungan Hilir II, menceritakan detik-detik kejadian. Menurut dia, seorang pengemudi ojol yang terjatuh di tengah jalan justru dilindas mobil rantis yang melaju kencang.

“Ada ojol yang terjatuh dan tertabrak. Tapi mobil tidak berhenti, melainkan terus maju dan melindas korban,” ujarnya.

Kevin menambahkan, selain melindas massa, polisi juga menembakkan gas air mata ke arah permukiman.

“Bahkan penghuni rusun di lantai sepuluh masih mencium gas air mata. Lansia dan anak-anak yang ada di dekat gerbang jadi ikut terkena gas air mata,” katanya.

Peristiwa itu memantik kemarahan pengemudi ojol. Puluhan rekan korban langsung mendatangi Markas Komando Brimob Polda Metro Jaya di Kwitang, Jakarta Pusat. Hingga Jumat dini hari, 29 Agustus 2025, massa masih bertahan di depan markas aparat tersebut.

Editor: Akil

20 Tahun Kepergian Jenderal Benny Moerdani, Loyalis yang Terpental dari Cendana

0
Benny Moerdani. (Foto: cdn.radionetherlands.nl)

NUKILAN.ID | JAKARTA – Dua puluh tahun lalu, 29 Agustus 2004, Jenderal TNI (Purn) Leonardus Benyamin Moerdani berpulang. Ia dikenang sebagai prajurit tangguh yang pernah menjadi orang kepercayaan Presiden Soeharto. Namun perjalanan hidupnya juga memperlihatkan bagaimana kedekatan yang begitu erat bisa berakhir dengan perpisahan karena kritik yang tak berkenan di telinga sang presiden.

Hasil penelusuran Nukilan.id, sejak masa mudanya Benny akrab dengan risiko. Bahkan keluarganya sudah ia persiapkan menghadapi segala kemungkinan buruk akibat pekerjaannya di dunia militer dan intelijen. Kesetiaan dan keberanian menjadikan dirinya tokoh sentral dalam menjaga keamanan negara, sekaligus pelindung bagi Soeharto.

Hubungan keduanya terjalin sejak awal 1960-an ketika bersama-sama terlibat dalam operasi militer di Irian Barat. Kedekatan itu membuat Benny kerap dipanggil secara khusus untuk mendampingi perjalanan Soeharto, bahkan setelah Soeharto naik menjadi presiden. Dari berbagai pos penugasan luar negeri, ia selalu kembali bila dibutuhkan untuk memastikan keselamatan sang kepala negara.

Loyalitas ini menjadikan Benny tokoh penting di lingkaran dalam Soeharto. Namun justru di situlah benih ketidaksukaan muncul. Ketika ia dipromosikan sebagai Panglima ABRI, isu kudeta berhembus kencang. Sejumlah pihak menilai Benny hendak mengambil alih kekuasaan. Namun pada akhirnya, Soeharto tetap mengangkatnya, menandai betapa besar kepercayaan yang diberikan kepada sang jenderal.

Memasuki akhir 1980-an, situasi berubah. Nama Benny sempat muncul sebagai calon wakil presiden, tetapi ia memilih memberi jalan kepada koleganya, Try Soetrisno. Harapannya pupus ketika Soeharto justru memilih Sudharmono. Meski masih dipercaya sebagai Menteri Pertahanan, langkah politiknya dianggap terlalu jauh sehingga menimbulkan kecurigaan.

Perlahan hubungan akrab antara keduanya merenggang. Benny melihat perilaku bisnis anak-anak dan menantu Soeharto berpotensi merugikan citra presiden. Ia menyampaikan keprihatinannya secara langsung. Namun nasihat itu dianggap sebagai campur tangan dalam urusan pribadi. Sejak saat itu, Benny tak lagi berada di lingkaran dalam Cendana.

Ketika Soeharto menyusun Kabinet Pembangunan VI, nama Benny tak lagi tercantum. Karier yang selama ini bersinar redup perlahan, menandai berakhirnya sebuah era loyalitas yang sebelumnya begitu kokoh.

Benny Moerdani akhirnya menutup perjalanan hidupnya pada 29 Agustus 2004. Ia meninggalkan warisan panjang tentang pengabdian, kesetiaan, dan keberanian berkata jujur meski konsekuensinya adalah kehilangan kedekatan dengan orang yang selama puluhan tahun ia lindungi. (XRQ)

Reporter: Akil

BNPB Kerahkan Helikopter Black Hawk Padamkan Karhutla di Aceh Selatan

0
Ilustrasi Sikorsky UH-60A Black Hawk. (Foto: Sikorskyarchives.com)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengerahkan satu unit helikopter tipe Sikorsky UH-60A Black Hawk untuk melakukan water bombing kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kecamatan Bakongan, Kabupaten Aceh Selatan, Kamis (28/8/2025).

“Semoga dengan bantuan water bombing ini seluruh titik api di Bakongan Aceh Selatan dapat dipadamkan,” kata Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA), T Nara Setia.

Karhutla di Bakongan telah terjadi sejak 19 Agustus 2025 dan hingga kini terus meluas hingga 77 hektare. Api bahkan sudah menjalar ke tiga desa, yakni Gampong Ujong Mangki, Padang Beurahan, dan Ujung Padang.

Atas kondisi tersebut, Bupati Aceh Selatan menetapkan status tanggap darurat penanganan bencana karhutla melalui Keputusan Bupati Nomor 585 Tahun 2025, serta membentuk pos komando tanggap darurat.

Helikopter Black Hawk buatan Amerika yang diturunkan ke Aceh Selatan itu diterbangkan dari Jambi. Pesawat tersebut memiliki kapasitas empat ton air dengan kemampuan terbang hingga lima jam.

Menurut Nara, helikopter sudah mulai melakukan pemadaman sejak siang. Sejumlah titik api berhasil dipadamkan, meski belum seluruhnya.

“Terlihat sementara ini sudah mulai padam, tetapi belum total lagi. Kondisi eksisting lapangan memperlihatkan sekitar 90 persen sudah padam (juga karena didukung hujan ringan),” ujarnya.

Ia menambahkan, tim BPBD Aceh Selatan turut melakukan sosialisasi bahaya asap kepada warga, sekaligus membagikan masker untuk mengurangi risiko dampak kesehatan.

“Untuk mengurangi risiko dampak bahaya asap, BPBD Aceh Selatan juga meminta masyarakat mengurangi aktivitas di luar ruangan serta membagikan masker. Semoga api cepat bisa padam total dalam 24 jam ini,” kata Nara.

Editor: Akil

Polemik Pembubaran DPR dan Blunder Komunikasi Elite Politik

0
Wakil Ketua Komisi III DPR, Ahmad Sahroni. (Foto: Jawa Pos)

NUKILAN.ID | Jakarta – Wacana pembubaran Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) kembali mengemuka dalam beberapa pekan terakhir. Desakan itu lahir dari keresahan publik atas gaji dan tunjangan anggota legislatif yang mencapai ratusan juta rupiah per bulan, namun dinilai tidak sebanding dengan kinerja mereka.

Gelombang kekecewaan yang semula marak di media sosial, akhirnya merembes ke jalanan. Pada Senin (25/8/2025), ribuan mahasiswa, buruh, dan masyarakat sipil menggelar aksi di depan Gedung Parlemen, Senayan, Jakarta. Mereka mengusung spanduk bertuliskan “Bubarkan DPR” dan menuding lembaga legislatif telah melupakan fungsi utamanya sebagai wakil rakyat.

Di tengah tensi publik yang meninggi, Wakil Ketua Komisi III DPR, Ahmad Sahroni justru melontarkan pernyataan yang semakin menyulut kemarahan. Saat kunjungan kerja di Sumatera Utara, ia menanggapi desakan pembubaran DPR dengan kata-kata keras.

“Mental manusia yang begitu adalah mental orang tertolol sedunia. Catat nih, orang yang cuma bilang bubarin DPR itu adalah orang tolol sedunia. Kenapa? Kita nih memang orang semua pintar semua? Enggak bodoh semua kita,” ujarnya, dikutip CNN Indonesia, Jumat (22/8/2025).

Ucapan itu seketika viral di media sosial. Nama Sahroni menjadi trending, sementara akun pribadinya di Instagram dan X dibanjiri kritik. Setiap unggahan yang ia buat tak lepas dari serbuan komentar pedas. Publik menilai ucapan tersebut melecehkan aspirasi rakyat dan menunjukkan jarak yang kian lebar antara wakil rakyat dengan rakyat yang diwakilinya.

Kontroversi ucapan Sahroni semakin diperuncing dengan sorotan terhadap harta kekayaan pribadinya. Berdasarkan data Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN) yang dilaporkan pada 21 Februari 2025, politikus Partai NasDem itu tercatat memiliki kekayaan senilai Rp 328,9 miliar.

Rinciannya, harta tidak bergerak berupa 19 bidang tanah dan bangunan tersebar di Jakarta dan Bali senilai Rp 139,5 miliar, kendaraan mewah hingga puluhan unit, surat berharga Rp 60 juta, serta kas dan setara kas Rp 78,3 miliar. Koleksi mobilnya pun membuat publik terbelalak. Ferrari, Porsche, Bentley, hingga Tesla Cyber Truck, berjejer di garasinya.

Meski tercatat memiliki utang sekitar Rp 34,9 miliar, total kekayaan Sahroni tetap fantastis. Tidak sedikit warganet yang mengaitkan harta itu dengan privilese anggota legislatif, mengingat gaji dan tunjangan DPR yang juga kerap menuai sorotan publik.

Kritik terhadap DPR

Isu fasilitas DPR bukanlah hal baru. Mantan Menkopolhukam Mahfud MD menilai pola belanja dewan justru bertolak belakang dengan semangat efisiensi anggaran yang dicanangkan Presiden Prabowo Subianto.

“Di DPR dan kementerian keuangannya juga dalam memberi kuota anggaran nampaknya penyisirannya kurang kuat. Sehingga tampak berlebihan juga dalam beberapa sektor seperti pemberian mobil dinas yang harganya hampir miliar. Itu untuk apa? Mobil yang dulu itu ada,” kata Mahfud, dikutip dari Rmol.id, Rabu (27/8/2025).

Meski keras mengkritik, Mahfud MD menolak ide pembubaran DPR. Ia menegaskan, “Itu terlalu beresiko dan mengada-ada kalau sampai minta DPR dibubarkan. Karena DPR itu adalah instrumen konstitusi, instrumen sebuah negara demokrasi.”

Menurut Mahfud, keberadaan DPR memang kerap mengecewakan. Namun tanpa DPR, bangsa justru berisiko jatuh dalam praktik otoritarianisme. “Saya sering mengatakan DPR kita ini buruk, partai kita buruk. Tetapi jauh lebih baik kita mempunyai DPR yang buruk dan mempunyai partai yang jelek daripada tidak ada partai dan tidak ada DPR,” ujarnya.

Secara konstitusional, pembubaran DPR memang hampir mustahil dilakukan. Pasal 7C UUD 1945 menegaskan: “Presiden tidak dapat membekukan dan/atau membubarkan Dewan Perwakilan Rakyat.”

Sejarah mencatat, Presiden Soekarno pernah membubarkan DPR hasil Pemilu 1955 pada 1960 melalui Penetapan Presiden Nomor 3, lalu menggantinya dengan Dewan Gotong Royong. Presiden Abdurrahman Wahid (Gus Dur) juga pernah mengeluarkan Maklumat Presiden pada 23 Juli 2001 untuk membubarkan DPR dan MPR, namun maklumat itu dianggap tidak sah dan justru mempercepat kejatuhannya.

Mekanisme demokratis satu-satunya untuk mengganti anggota DPR adalah melalui pemilu lima tahunan. Hal ini juga ditegaskan oleh organisasi masyarakat. Ketua MPC Pemuda Pancasila Kabupaten Lebak, M.Y. Sutrisna, menuturkan secara konstitusional DPR tidak dapat dibubarkan oleh Presiden. Hal ini sesuai dengan amandemen UUD 1945 Pasal 7C. Mekanisme yang sah hanyalah melalui pemilu.

Blunder Komunikasi Pejabat

Kasus Ahmad Sahroni memperlihatkan pola yang belakangan kerap berulang: blunder komunikasi pejabat publik. Alih-alih meredakan ketegangan, pernyataan mereka sering memperkeruh suasana.

Maret 2025, redaksi Tempo menerima teror berupa kepala babi. Namun Kepala Kantor Komunikasi Presiden, Hasan Nasbi, justru menanggapinya dengan santai: “Dimasak saja.” Ucapan itu memicu kemarahan publik karena dianggap meremehkan intimidasi terhadap kebebasan pers.

Tak lama setelahnya, Wakil Menteri Ketenagakerjaan Immanuel Ebenezer menanggapi fenomena tagar #KaburAjaDulu dengan kalimat, “Mau kabur, kabur aja lah. Kalau perlu jangan balik lagi.” Publik menilai komentar itu merendahkan aspirasi anak muda yang resah mencari pekerjaan di dalam negeri.

Di bidang olahraga, Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana mengaitkan kekalahan Timnas Indonesia dengan gizi pemain lokal. Menurutnya, “gizi yang tidak bagus” membuat pemain kesulitan bermain 90 menit penuh. Komentar ini memicu kecaman karena merendahkan perjuangan atlet nasional.

Nada serangan juga keluar dari militer. KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak menanggapi kritik terhadap RUU TNI dengan menyebutnya “otak kampungan”. Aktivis HAM Usman Hamid mengingatkan bahwa istilah tersebut bernuansa merendahkan rakyat.

Jika ditarik garis besar, semua kasus itu menunjukkan persoalan yang sama: lemahnya kepekaan komunikasi pejabat publik. Seperti diingatkan mantan Jubir Presiden Joko Widodo, Johan Budi, “Ucapan pejabat negara bukan opini pribadi semata, melainkan representasi pemerintah.” Dalam era digital, satu kalimat yang keliru bisa viral dan merusak kepercayaan rakyat pada institusi.

Pemerintah Jangan Defensif

Blunder komunikasi pejabat juga terkait dengan pola pemerintah yang kerap defensif menghadapi protes. Mahfud MD menegaskan, demonstrasi yang marak belakangan ini tidak perlu dicurigai sebagai gerakan yang ditunggangi.

“Demonstrasi yang terjadi dianggap organik dan tidak ada dalangnya,” kata Mahfud dalam podcast YouTube pribadinya, Rabu (27/8/2025). Menurutnya, unjuk rasa mahasiswa dan buruh lahir dari keresahan nyata masyarakat, bukan rekayasa.

Mahfud menyarankan pemerintah berhenti sibuk mencari “dalang” di balik aksi massa. Sebaliknya, protes rakyat harus dipandang sebagai momentum introspeksi. “Pemerintah harus memanfaatkan situasi ini untuk menciptakan jalan keluar dari kemelut yang sedang terjadi,” ujarnya.

Krisis Kepercayaan Publik

Gelombang desakan pembubaran DPR mencerminkan krisis kepercayaan publik. Namun, jalan konstitusional menutup kemungkinan itu terjadi. Di sisi lain, mempertahankan status quo tanpa perbaikan hanya akan memperlebar jurang antara rakyat dan wakilnya.

Solusi yang realistis bukanlah membubarkan DPR, melainkan melakukan reformasi internal: memperketat transparansi anggaran, memangkas fasilitas yang tidak perlu, serta memperkuat fungsi legislasi, anggaran, dan pengawasan sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014.

DPR harus membuktikan diri bahwa mereka benar-benar wakil rakyat, bukan sekadar penikmat fasilitas negara. Sebab, di era keterbukaan informasi, publik semakin kritis dan tidak lagi segan melawan simbol-simbol kekuasaan yang dianggap melenceng dari mandat konstitusi.

Pernyataan Ahmad Sahroni yang menyebut desakan “bubarkan DPR” sebagai mental “orang tolol” hanyalah satu potret kecil dari persoalan besar: runtuhnya komunikasi sehat antara pejabat publik dan rakyat. Ucapan serupa juga lahir dari pejabat lain, yang seolah menunjukkan pola pikir elitis, meremehkan, dan jauh dari empati.

Pada akhirnya, demokrasi tidak akan pernah sehat tanpa wakil rakyat yang peka terhadap aspirasi konstituennya. Kritik rakyat sah adanya, dan pejabat semestinya menanggapi dengan argumentasi, bukan dengan caci maki.

Seperti kata Mahfud MD, “DPR kita buruk, partai kita buruk. Tetapi jauh lebih baik kita punya DPR yang buruk daripada tidak punya DPR sama sekali.” Kalimat itu menjadi pengingat, bahwa jalan tengah demokrasi bukanlah membubarkan lembaga, melainkan memperbaiki agar lembaga itu kembali pada khitahnya: menjadi suara rakyat, bukan suara elit.

Polemik pembubaran DPR, yang mencuat gara-gara blunder ucapan Ahmad Sahroni, sejatinya memperlihatkan dua hal sekaligus. Pertama, adanya krisis kepercayaan publik terhadap lembaga legislatif yang dinilai tidak menjalankan fungsinya secara maksimal. Kedua, kegagalan sebagian pejabat publik dalam memahami sensitivitas komunikasi di tengah masyarakat yang sudah lelah oleh berbagai persoalan: ekonomi yang sulit, lapangan kerja terbatas, harga kebutuhan pokok yang kian mahal, serta beban hidup sehari-hari.

Ketika aspirasi rakyat muncul dalam bentuk kritik keras, sering kali pejabat justru membalas dengan kata-kata kasar, menyudutkan, bahkan merendahkan. Kasus Sahroni hanya satu contoh. Dari Hasan Nasbi yang menyepelekan teror kepala babi ke kantor media, hingga Maruli Simanjuntak yang menyebut pengkritik RUU TNI sebagai “otak kampungan”, semuanya menggambarkan pola komunikasi yang kerap abai terhadap etika.

Mencoreng Institusi

Di era media sosial, setiap ucapan pejabat tidak lagi sekadar pernyataan biasa. Kata-kata mereka segera menjadi sorotan publik, dikutip, dipotong, diperdebatkan, dan divisualkan ulang dalam bentuk meme, potongan video, atau narasi tandingan. Artinya, setiap blunder komunikasi bukan hanya berdampak pada citra personal seorang pejabat, melainkan juga mencoreng institusi yang mereka wakili—baik DPR, kementerian, maupun lembaga negara lainnya.

Bagi rakyat, kepercayaan adalah hal yang paling mahal. Sekali mereka merasa dihina atau diremehkan, jarak antara rakyat dan wakilnya akan semakin jauh. Kekecewaan pun berubah menjadi sinisme, dan sinisme mudah bertransformasi menjadi ketidakpedulian politik. Jika rakyat sudah apatis, demokrasi kehilangan napasnya.

Membubarkan DPR memang mustahil dilakukan tanpa amandemen konstitusi. Namun membiarkan DPR berjalan dengan citra buruk juga bukan pilihan. Jalan tengahnya adalah reformasi kelembagaan: memperkuat fungsi pengawasan, mengefisienkan anggaran, menertibkan penggunaan fasilitas, serta memastikan legislasi benar-benar berpihak pada kepentingan publik.

Selain itu, pembenahan juga harus dilakukan pada aspek komunikasi publik. Pejabat negara tidak bisa lagi bersembunyi di balik dalih “salah kutip” atau “keliru dipahami”. Setiap kata harus disusun dengan hati-hati, dengan kesadaran penuh bahwa publik menunggu pernyataan mereka sebagai rujukan moral dan politik.

Mahfud MD pernah mengingatkan bahwa pejabat publik adalah teladan. Keteladanan itu bukan hanya dalam kebijakan, melainkan juga dalam tutur kata. Di negeri dengan sejarah panjang demokrasi yang penuh luka, kata-kata bisa menjadi penyembuh, tetapi bisa juga menambah luka baru.

Masyarakat tentu tidak berharap pejabat sempurna. Namun, harapan paling mendasar adalah agar mereka mau mendengar, merespons dengan empati, dan berbicara dengan penuh hormat. Rakyat bukanlah “orang tolol”, bukan pula “otak kampungan”. Mereka adalah pemilik sah kedaulatan yang menitipkan mandat kepada para pejabat melalui pemilu.

Kini, bola ada di tangan para elite. Mereka bisa memilih untuk terus mempertahankan gaya komunikasi konfrontatif, yang mungkin sesaat memberi kepuasan emosional, tetapi jangka panjang hanya memperdalam jurang ketidakpercayaan. Atau, mereka bisa mengambil jalan berbeda: membangun dialog yang sehat, mengedepankan kerendahan hati, dan menempatkan rakyat sebagai mitra sejajar, bukan objek untuk direndahkan.

Sejarah politik Indonesia mencatat, setiap kali jurang antara rakyat dan penguasa melebar terlalu jauh, krisis besar selalu muncul. Dari kejatuhan Soekarno pada 1966, tumbangnya Soeharto pada 1998, hingga gelombang protes di era reformasi, semuanya lahir dari rasa ketidakpuasan rakyat terhadap elit yang abai.

Apakah DPR dan pejabat publik hari ini belajar dari sejarah? Atau mereka akan mengulang kesalahan yang sama dengan cara berbeda?

Polemik “pembubaran DPR” mungkin hanya ledakan sesaat dari rasa frustasi. Namun blunder komunikasi pejabat yang berulang-ulang adalah bara kecil yang bisa menjalar menjadi api besar. Jika pejabat tidak segera berbenah, bukan tidak mungkin suara rakyat akan makin keras, menuntut perubahan lebih fundamental daripada sekadar revisi undang-undang.

Demokrasi adalah ruang dialog, bukan arena caci-maki. Dan pejabat publik, sejatinya, adalah penyambung lidah rakyat—bukan penguasa yang merasa lebih tinggi dari warga biasa. Selama pejabat masih gagal memahami hal itu, blunder komunikasi akan terus lahir, krisis kepercayaan akan semakin dalam, dan jarak antara rakyat dengan wakilnya kian sulit dijembatani.

Akhirnya, pilihan kembali pada para pemimpin negeri ini: apakah mereka mau mengubah cara bicara, cara bersikap, dan cara memandang rakyatnya—atau membiarkan bangsa ini terus terjebak dalam lingkaran blunder yang sama. []

Reporter: Sammy

Turnamen Tenis Internasional Teuku Umar Cup 2025 Digelar di Banda Aceh, Total Hadiah Rp64 Juta

0
Final Tenis PON XXI 2024. (Foto: Kemenpora)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Kabar gembira bagi para pecinta tenis di Tanah Rencong. Untuk pertama kalinya, Banda Aceh akan menjadi tuan rumah turnamen tenis internasional bertajuk “Teuku Umar Cup Aceh Open 2025” pada 5–7 September 2025 mendatang.

Ajang ini bakal berlangsung di Stadion Harapan Bangsa, Banda Aceh, dengan total hadiah mencapai Rp 64 juta.

Ketua Panitia, Yosi Suryaningrat, menyebutkan turnamen ini akan mempertandingkan enam kategori. “Setiap pemain maksimal tampil di dua kategori,” ujarnya dikutip dari Serambinews.com.

Enam kategori yang dipertandingkan meliputi ganda putra open, ganda putri (minimal 30 tahun), ganda putra intermediate, ganda putra KU 100 (minimal 45 tahun), ganda putra KU 120 (minimal 55 tahun), serta DNA bapak-ibu/anak + suami istri (bebas).

Pendaftaran turnamen telah dibuka sejak 2 Agustus lalu dan akan ditutup pada 2 September 2025. Biaya pendaftaran ditetapkan sebesar Rp 350 ribu per slot. “Bagi yang berminat untuk tampil di turnamen tenis internasional ini, informasi tentang pendaftaran bisa ditanyakan melalui nomor 08126976131 (Yoshie),” timpal dia.

Yosi menyebutkan, hingga saat ini peserta yang sudah mendaftar berasal dari Malaysia, Surabaya, Bandung, Jakarta, Padang, Medan, hingga Aceh.

Adapun hadiah yang diperebutkan, untuk ganda putra open dan KU, juara pertama akan membawa pulang Rp 5 juta. Juara kedua dan ketiga (juara bersama) masing-masing berhak atas Rp 3,5 juta dan Rp 2 juta.

“Sedangkan untuk kategori intermediate dan DNA, juara I, II, dan juara III (bersama) masing-masing berhak atas hadiah Rp 3 juta, Rp 2 juta, dan Rp 1 juta,” pungkas Yosi.

Sekilas Stadion Harapan Bangsa

Turnamen ini akan digelar di Stadion Harapan Bangsa, stadion utama di Provinsi Aceh yang terletak di Kompleks Lhong Raya, Banda Aceh. Stadion dengan kapasitas sekitar 45.000 penonton ini dibangun pada 1991 dan beberapa kali direnovasi, termasuk pascatsunami 2004.

Pada PON XXI Aceh-Sumut 2024 lalu, stadion ini menjadi salah satu venue utama. Selain sepak bola, Stadion Harapan Bangsa juga memiliki fasilitas olahraga lain, termasuk lapangan tenis, lintasan atletik, gelanggang olahraga (GOR), hingga asrama sederhana untuk atlet.

Kompleks ini bukan hanya menjadi pusat olahraga terbesar di Aceh, tetapi juga kerap digunakan untuk berbagai acara besar non-olahraga, seperti konser dan kegiatan masyarakat.

Karhutla di Aceh Selatan Hampir Masuki Kawasan TNGL, Tim Gabungan Perketat Pemadaman

0
Kawasan Taman Nasional Gunung Leuser. (Foto: Facebook TNGL)

NUKILAN.ID | Banda Aceh – Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Kecamatan Bakongan, Aceh Selatan, memasuki hari kesepuluh. Api dilaporkan semakin mendekati kawasan Taman Nasional Gunung Leuser (TNGL), namun hingga Kamis (28/8/2025) kawasan konservasi tersebut belum terdampak.

Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Aceh Selatan, Zainal, mengatakan upaya pencegahan terus dilakukan untuk menghalau api agar tidak merembet ke kawasan TNGL.

“Dapat kami sampaikan bahwa untuk Taman Nasional Gunung Leuser belum terdampak, tapi hanya mendekati kawasan tersebut. Sistem yang dilakukan oleh tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) yang diarahkan melalui Deputi III sangat membantu pencegahan karhutla pada hari ini,” ujar Zainal saat dihubungi Nukilan, Kamis (28/8/2025).

Menurut Zainal, pemadaman masih berlangsung dengan mengerahkan mesin portable dan dukungan tim gabungan di lapangan. Operasi pemadaman juga diperkuat melalui koordinasi dengan BNPB yang melakukan penanganan berbasis komando darurat.

“Ini hari kesepuluh karhutla. Hari ini kita masih melakukan pemantauan sekaligus pemadaman dengan mesin portable, dan masih dibantu oleh tim-tim gabungan,” kata Zainal.

Hingga saat ini, BPBD bersama aparat TNI, Polri, serta petugas dari BNPB terus berupaya menahan pergerakan api agar tidak memasuki kawasan TNGL yang menjadi salah satu ekosistem penting di Aceh. []

Reporter: Sammy