Beranda blog Halaman 93

Neraca Perdagangan Luar Negeri Aceh pada Juli 2025 Capai 9,14 Juta Dolar AS

0

NUKILAN.ID | Banda Aceh – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Aceh mencatat neraca perdagangan luar negeri Aceh pada Juli 2025 mengalami surplus sebesar 9,14 juta dolar AS. Surplus tersebut diperoleh dari nilai ekspor sebesar 61,35 juta dolar AS, sementara impor tercatat 52,22 juta dolar AS.

Plt Kepala BPS Aceh, Tasdik Ilhamudin, menjelaskan bahwa surplus ini menunjukkan kinerja ekspor Aceh masih lebih tinggi dibandingkan impor meskipun nilai impor meningkat signifikan. “Pada Juli 2025, ekspor Aceh naik 25,95 persen dibandingkan Juni 2025, sementara impor meningkat lebih tajam yaitu 146,66 persen. Namun demikian, neraca perdagangan kita tetap mencatat surplus sebesar 9,14 juta dolar AS,” kata Tasdik, dikutip Nukilan dari laporan terbaru BPS Aceh, Senin (1/9/2025).

BPS merinci bahwa komoditas ekspor terbesar Aceh berasal dari kelompok bahan bakar mineral, terutama batubara, dengan nilai 39,20 juta dolar AS atau 70,16 persen dari total ekspor. Negara tujuan utama ekspor Aceh adalah India dengan nilai 44,40 juta dolar AS, disusul Thailand 8,04 juta dolar AS, dan Jepang 2,26 juta dolar AS.

Menurut sektor, ekspor tertinggi berasal dari hasil pertambangan senilai 39,34 juta dolar AS, diikuti industri pengolahan 14,55 juta dolar AS, serta pertanian 7,47 juta dolar AS.

“Dominasi ekspor kita masih ditopang oleh komoditas tambang, khususnya batubara. Namun, ada juga kontribusi dari kopi, rempah-rempah, serta produk kimia,” jelas Tasdik.

Sementara itu, impor Aceh selama Juli 2025 didominasi komoditas bahan bakar mineral atau gas senilai 48,68 juta dolar AS. Selain itu, Aceh juga mengimpor pupuk sebesar 2,71 juta dolar AS dan bahan kimia anorganik senilai 0,82 juta dolar AS. Negara pemasok utama impor Aceh pada bulan ini adalah Qatar dan Amerika Serikat, masing-masing sebesar 25,11 juta dolar AS dan 23,57 juta dolar AS, dengan komoditas utama berupa gas butana/propana.

Tasdik menambahkan, surplus yang dicapai Aceh meski impor meningkat tajam tetap menjadi sinyal positif. Surplus ini menandakan daya saing ekspor Aceh masih kuat, terutama di sektor batubara. Namun kata Tasdik perlu mendorong diversifikasi agar komoditas ekspor Aceh tidak hanya bergantung pada pertambangan.

Berdasarkan catatan BPS, ekspor Aceh melalui pelabuhan di wilayah provinsi sendiri mencapai 52,14 juta dolar AS atau 84,99 persen dari total ekspor. Sisanya diekspor melalui pelabuhan di provinsi lain, terutama Sumatera Utara dengan nilai 9,09 juta dolar AS.

Secara kumulatif, periode Januari hingga Juli 2025, nilai ekspor Aceh tercatat 375,18 juta dolar AS dengan impor 363,49 juta dolar AS. Dengan demikian, Aceh masih membukukan surplus perdagangan sebesar 11,69 juta dolar AS sepanjang tahun berjalan. []

Reporter: Sammy

Bupati Abdya Tunjuk Nur Afni Muliana sebagai Plt Kepala BKPSDM

0
Surat Perintah Pelaksana Tugas Bupati Abdya. (Foto: tangkapan layar)

NUKILAN.ID | Blangpidie – Bupati Aceh Barat Daya (Abdya), Safaruddin, menunjuk Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Pengendalian Penduduk dan Pemberdayaan Perempuan (DPMP4) Nur Afni Muliana, SPd, MM, sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kabupaten Abdya.

Penunjukan ini tertuang dalam Surat Perintah Pelaksana Tugas Bupati Aceh Barat Daya Nomor 875.1/845. Dalam surat tersebut dijelaskan bahwa penugasan tambahan ini berlaku mulai 1 September 2025 hingga 1 Desember 2025.

Dikutip Nukilan dari surat tersebut, Nur Afni Muliana menggantikan Yusan Sulaidi yang sebelumnya menjabat Kepala BKPSDM Abdya dan kini memasuki masa pensiun. Dengan penunjukan ini, Nur Afni akan memimpin dua instansi sekaligus, yakni tetap sebagai Kepala DPMP4 Abdya dan Plt Kepala BKPSDM.

“Terhitung mulai tanggal 1 September 2025 sampai dengan 1 Desember 2025, selain menjabat Kepala DPMP4 Abdya, Nur Afni Muliana juga diberikan tugas tambahan sebagai Plt Kepala BKPSDM,” bunyi surat perintah yang ditandatangani Bupati Safaruddin.

Dalam surat tersebut juga ditegaskan bahwa penugasan sebagai Plt Kepala BKPSDM akan berakhir dengan sendirinya apabila telah diangkat pejabat definitif. Dengan demikian, roda organisasi di BKPSDM Abdya dipastikan tetap berjalan sambil menunggu pejabat definitif ditetapkan. []

Reporter: Sammy

Massa Aksi Kibarkan Bendera One Piece dan Bulan Bintang di Depan Gedung DPRA

0
Massa aksi di depan gedung DPR Aceh, Banda Aceh, pada Senin 1 September 2025. (Foto: Nukilan/Rezi)

NUKILAN.id | BANDA ACEH – Ribuan massa yang terdiri dari mahasiswa dan berbagai elemen masyarakat menggelar aksi unjuk rasa di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Senin (1/9/2025).

Pantauan Nukilan di lokasi, massa aksi mengibarkan sejumlah atribut, mulai dari bendera anime One Piece hingga bendera Aceh berlambang Bulan Bintang.

Aksi ini merupakan bagian dari gelombang demonstrasi nasional yang berlangsung sejak 25 Agustus 2025 di berbagai daerah di Indonesia.

Para massa menuntut reformasi Dewan Perwakilan Rakyat, reformasi kepolisian, serta menolak kehadiran lima batalyon baru di Aceh.

Selain itu, massa juga mendesak pengusutan tuntas kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di Indonesia khususnya di Aceh serta penyelesaian persoalan perusahaan pertambangan yang dinilai bermasalah.

Hingga berita ini diturunkan, ribuan massa masih bertahan di depan gedung DPRA dan meminta diizinkan masuk ke dalam halaman gedung dewan. Aksi ini berjalan dengan pengawalan ketat dari polisi dan TNI.

Reporter: Rezi

Ribuan Massa Geruduk Gedung DPRA, Suarakan Reformasi Polri dan Tuntut Penegakan HAM

0
Ribuan massa yang menamakan diri Aliansi Rakyat Aceh menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR Aceh, Banda Aceh, Senin (1/9/2025). (Foto: Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Ribuan massa yang menamakan diri Aliansi Rakyat Aceh menggelar aksi unjuk rasa di depan Gedung DPR Aceh, Banda Aceh, Senin (1/9/2025). Aksi serentak ini juga berlangsung di sejumlah daerah lain sebagai bentuk penyampaian aspirasi atas kondisi terkini di tanah air.

Pantauan Nukilan.id, peserta aksi yang mayoritas berasal dari kalangan mahasiswa memulai pergerakan dari Stadion H. Dimurtala, Lampineung. Mereka menggelar longmarch menuju Gedung DPRA sambil membawa spanduk dan pengeras suara untuk menyuarakan tuntutan.

Dalam orasinya, massa mendesak adanya reformasi DPR dan Polri, menolak rencana penambahan lima batalyon di Aceh, menuntut pengusutan berbagai pelanggaran HAM, serta meminta aparat keamanan membebaskan peserta aksi yang ditangkap di sejumlah daerah.

Setibanya di Gedung DPR Aceh, massa sempat tertahan di gerbang utama. Dengan lantang mereka meneriakkan, “Buka, buka, buka,” sebagai desakan agar pintu gedung wakil rakyat itu dibuka.

Para orator juga berharap ada perwakilan anggota DPR Aceh yang bersedia menemui mereka. Meski penuh dengan teriakan tuntutan, aksi tersebut berlangsung tertib dan damai. Sementara itu, aparat keamanan tampak bersiaga penuh di sekitar lokasi untuk memastikan jalannya unjuk rasa tetap kondusif. (XRQ)

Reporter: Akil

Warga Padati Halaman DPRA untuk Saksikan Aksi Demo

0
Warga Padati Halaman DPRA untuk Saksikan Aksi Demo (Foto: Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Sejumlah warga mulai memadati kawasan halaman Kantor Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Senin (1/9/2025). Mereka berkumpul untuk menyaksikan jalannya aksi demonstrasi yang digelar oleh Aliansi Rakyat Aceh.

Pantauan Nukilan.id di lokasi, kerumunan didominasi kalangan anak muda, orang tua, bahkan terlihat pula beberapa anak-anak ikut serta. Meski demikian, hingga berita ini diturunkan, massa dari Aliansi Rakyat Aceh yang direncanakan melakukan aksi belum juga tampak hadir.

Sementara itu, aparat keamanan sudah bersiaga di gerbang utama Kantor DPRA. Petugas juga menutup akses jalan dari arah Simpang Lima menuju kawasan Jambo Tape untuk mengantisipasi padatnya arus kendaraan di sekitar lokasi.

Hingga siang hari, halaman dan area sekitar Kantor DPRA masih dipenuhi masyarakat yang menunggu jalannya aksi, dengan mayoritas pengunjung berasal dari kalangan remaja. (xrq)

Reporter: AKil

Aceh Dinobatkan Provinsi Paling Aman di Sumatra Versi BRIN

0
ACEH
Masjid Raya Bairurahman (MRB) Banda Aceh. (Foto: scmedia)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Provinsi Aceh kembali menorehkan catatan penting dalam bidang keamanan dan demokrasi. Nukilan.id mengutip data Indeks Demokrasi dan Keamanan Sosial (IDSD) 2025 yang dirilis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Aceh dinobatkan sebagai provinsi paling aman di Sumatra dengan perolehan skor tertinggi, yakni 4,7.

Capaian tersebut menempatkan Aceh berada di atas provinsi lain di Sumatra. Sumatera Barat menyusul di posisi kedua dengan skor 4,38, kemudian Jambi (4,36), Riau (4,30), Bengkulu (4,28), Kepulauan Bangka Belitung (4,27), Kepulauan Riau (4,20), Lampung (4,13), Sumatra Utara (4,08), dan Sumatra Selatan (4,06).

Dalam keterangannya, BRIN menjelaskan bahwa skor keamanan dalam IDSD tidak hanya mengukur tingkat kriminalitas, melainkan juga mencakup aspek sosial, politik, dan hukum.

Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan antara lain penanganan terorisme dan radikalisme di tingkat lokal, kinerja kepolisian dalam menjaga ketertiban masyarakat, serta jaminan kebebasan pers dan ruang demokrasi di setiap provinsi.

Dengan indikator tersebut, Aceh dinilai mampu menjaga stabilitas sosial-politik di tengah dinamika pembangunan daerah.

Prestasi ini sekaligus menjadi sinyal positif bahwa Aceh tidak hanya mampu merawat perdamaian pascakonflik, tetapi juga konsisten memperkuat fondasi demokrasi dan rasa aman warganya. (xrq)

Reporter: Akil

Festival Layang-Layang Blang Tanoh Abee Meriahkan Langit Aceh Besar

0
Festival Layang-Layang Blang Tanoh Abee Meriahkan Langit Aceh Besar. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | JANTHO — Ratusan layang-layang beraneka bentuk dan warna menghiasi langit biru Kemukiman Tanoh Abee, Seulimeum, Aceh Besar, Minggu siang. Hamparan persawahan yang menjadi lokasi acara seketika berubah menjadi arena penuh keceriaan dalam gelaran Festival Layang-Layang Blang Tanoh Abee 2025.

Festival yang digelar di samping kompleks bersejarah Jeurat Puteh, makam para Teungku Chik Tanoh Abee, menghadirkan perpaduan unik antara hiburan rakyat dan nilai budaya.

Sebanyak 224 peserta dari berbagai gampong di Aceh Besar dan sekitarnya turut ambil bagian. Persaingan berlangsung ketat namun tetap penuh sportivitas, diiringi sorakan dan tepuk tangan penonton yang memadati area persawahan.

Setelah melalui proses penilaian, panitia menetapkan Julian dari Montasik sebagai juara pertama, disusul Abi dari Sibreh di posisi kedua, serta Wak Jos dari Keunaloi yang menempati peringkat ketiga.

Ketua panitia sekaligus perwakilan pemuda Tanoh Abee, Keuchik Jafrizal atau yang akrab disapa Abu Ijo, mengungkapkan rasa syukur atas suksesnya festival ini.

“Kegiatan seperti ini bukan hanya ajang hiburan dan perlombaan, tetapi juga menjadi wadah kebersamaan masyarakat, mempererat silaturahmi, serta melestarikan budaya permainan tradisional Aceh. Semoga ini menjadi agenda tahunan pemuda Tanoh Abee dan pecinta layang-layang di Aceh Besar maupun Aceh secara umum,” ujar Abu Ijo.

Antusiasme masyarakat terlihat jelas. Dari anak-anak hingga orang dewasa bersorak gembira setiap kali layang-layang menjulang tinggi di angkasa. Bahkan, beberapa warga rela datang dari luar daerah untuk menyaksikan keseruan acara.

Lebih dari sekadar hiburan, festival ini juga dipandang penting untuk menjaga identitas budaya Aceh. Permainan layang-layang yang dulu begitu populer kini kembali mendapat ruang di tengah derasnya arus modernisasi. Generasi muda pun diajak untuk tidak melupakan warisan tradisional yang sarat dengan nilai kebersamaan dan kreativitas.

Festival Layang-Layang Blang Tanoh Abee mendapat apresiasi luas dari berbagai kalangan. Bagi masyarakat, ajang ini bukan semata soal siapa pemenangnya, melainkan tentang semangat persatuan dan keceriaan yang lahir dari tradisi sederhana namun penuh makna.

“Kita berharap agar Festival Blang Tanoh Abee terus berkibar setiap tahunnya seperti layang-layang yang tegak melawan angin, membawa pesan kebersamaan dan kebanggaan bagi masyarakat Aceh,” tutupnya.

Editor: Akil

Ulama Minta Pejabat Aceh Jangan Sombong

0
lem faisal
Ketua MPU Aceh, Tgk. H. Faisal Ali alias Lem Faisal. (Foto: Nukilan).

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) Aceh menyampaikan keprihatinan atas dinamika yang tengah terjadi di Tanah Air. Meski sejumlah daerah, termasuk Ibu Kota, dilanda aksi unjuk rasa, situasi di Aceh dinilai masih dalam kondisi aman dan terkendali.

Ketua MPU Aceh, Tgk H. Faisal Ali atau yang akrab disapa Abu Sibreh, mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk terus menjaga suasana kondusif di Tanah Rencong.

“Saya mengimbau kepada seluruh masyarakat Aceh untuk selalu mengedepankan kedamaian,” katanya dikutip dari Kompas.com, Senin (1/9/2025).

Abu Sibreh juga menyampaikan pesan khusus kepada pejabat dan tokoh politik agar lebih bijaksana dalam bertutur maupun membuat kebijakan. Ia menekankan pentingnya kerendahan hati dalam menghadapi kondisi sulit yang sedang dirasakan masyarakat.

“Dalam kesusahan hidup, jangan ada pejabat dan tokoh politik yang berlaku sombong dan angkuh. Hiduplah secara sederhana dan bantu masyarakat dalam kesulitan,” ujarnya.

Ia menambahkan, masyarakat Aceh kini tengah bersiap menyambut bulan Maulid Nabi Muhammad SAW. Momentum tersebut diharapkan membawa keberkahan bagi semua.

“Saya mengajak masyarakat untuk memperbanyak shalawat kepada Rasulullah SAW,” tuturnya.

Antisipasi Demo, Sekolah di Banda Aceh Terapkan Belajar Daring Sehari

0
Ilustrasi murid SD. (Foto: Pinterest)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Aktivitas belajar mengajar di sekolah-sekolah yang berada di bawah naungan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Banda Aceh, Senin (1/9/2025), dialihkan sementara ke sistem pembelajaran daring. Langkah ini diambil untuk mengantisipasi rencana demonstrasi yang akan berlangsung di depan gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA).

Dalam instruksi yang disampaikan kepada seluruh kepala sekolah, proses belajar mengajar (PBM) hari ini dilakukan secara online. Para orang tua diminta memastikan anak-anak tetap berada di rumah, serta tidak ikut menyaksikan maupun mengikuti aksi unjuk rasa. Guru dan tenaga kependidikan juga menjalankan tugas dari rumah atau work from home (WFH).

Kepala Disdikbud Kota Banda Aceh, Sulaiman Bakri, membenarkan kebijakan tersebut. Menurutnya, keputusan itu diambil setelah melihat situasi terkini dan mendengar keresahan para orang tua murid.

“Jadi untuk memberikan keamanan bagi para siswa dan juga kenyamanan orang tua, maka sekolah hari ini kami lakukan secara daring saja,” ujar Sulaiman saat dihubungi, Senin pagi.

Ia menyebut, sebelum instruksi dikeluarkan, banyak orang tua yang menghubunginya. Mereka khawatir terhadap kondisi di sekitar kota selama beberapa hari terakhir.

“Mungkin karena berita-berita sebelumnya dan informasi selama dua hari terakhir ini karena anak-anak masih kecil, perlu kita jaga,” kata Sulaiman.

Meski kegiatan belajar dipindahkan ke rumah, aktivitas di perkantoran tetap berjalan normal. Para guru diminta tetap mendampingi siswa dalam pembelajaran daring.

“Belajar daring ini cuma satu hari saja. Untuk besok, kita lihat perkembangan bagaimana nanti kebijakan selanjutnya,” pungkasnya.

Editor: Akil

Teuku Nyak Arif: Pengibar Bendera Merah Putih Pertama Keliling Banda Aceh

0

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Pada 24 Agustus 1945, masyarakat Aceh mulai merasakan getaran kemerdekaan yang menggema dari Jakarta. Pada saat itu, Teuku Nyak Arif berkeliling Kutaraja (kini Banda Aceh) mengibarkan bendera merah putih dari mobilnya, menandai awal mula kebebasan yang hendak dirayakan oleh seluruh rakyat Indonesia.

Meski upaya itu sempat dibendung pihak militer Jepang, berita proklamasi lambat laun tetap sampai ke seluruh Indonesia, termasuk Aceh yang berada di ujung barat negeri. Karena jaraknya yang jauh dari Jakarta, masyarakat Aceh baru mengetahui kabar Proklamasi Kemerdekaan Indonesia sekitar dua pekan setelah teks proklamasi dibacakan oleh Sukarno dan Mohammad Hatta pada 17 Agustus 1945.

Sebagaimana dicatat dalam buku Sejarah Daerah Propinsi Daerah Istimewa Aceh karya Muhammad Ibrahim dkk, masyarakat Aceh secara umum baru mendengar berita kemerdekaan pada 29 Agustus 1945. Namun, para staf kantor berita Hodoka Kutaradja dan surat kabar Atjeh Simbun telah lebih dulu mendapatkan informasi itu pada 21 Agustus 1945.

Keberanian juga ditunjukkan oleh tiga pemuda pegawai Kantor Kepolisian Kutaradja (kini Kota Banda Aceh). Mereka nekat mengibarkan bendera merah putih di kantor tersebut pada malam hari, berharap bisa dilihat masyarakat pada pagi harinya. Itu kali pertama bendera merah putih berkibar di Bumi Serambi Makkah sejak dibacakannya proklamasi kemerdekaan di Jakarta.

Selain itu, Teuku Nyak Arif melakukan aksi nekat lainnya dengan berkeliling Kutaraja pada 24 Agustus, mengibarkan bendera merah putih di mobilnya.

“Maksudnya agar masyarakat luas tahu bahwa Indonesia sudah merdeka dan rakyat tidak perlu lagi tunduk pada penjajahan Jepang,” tulis Rusdi Sufi, Iriani Dewi Wanti, Seno, dan Djuniat dikutip Nukilan.id dari buku Sejarah Kotamadya Banda Aceh.

Meski begitu, usaha-usaha awal itu belum sepenuhnya dipahami masyarakat awam. Baru pada 29 Agustus, kabar kemerdekaan benar-benar sampai ke seluruh lapisan masyarakat Aceh, setelah kedatangan Teuku Mohammad Hasan dan M. Amir dari Jakarta yang singgah di Kota Medan.

Kabar itu kemudian ditindaklanjuti para pemuda setempat dengan mengibarkan bendera merah putih di depan Kantor Kesejahteraan Rakyat dan Kantor Tyokan (Kantor Baperis). Setiap rumah di Aceh pun diwajibkan mengibarkan bendera pada 13 Oktober melalui Maklumat Nomor 2 Komite Nasional Indonesia Daerah Aceh.

Peristiwa ini menjadi tonggak sejarah penting bagi Aceh, menandai awal perayaan kemerdekaan yang kini dikenang sebagai simbol semangat dan keberanian rakyat Serambi Makkah dalam memperjuangkan Indonesia merdeka. (XRQ)

Reporter: Akil