Beranda blog Halaman 74

Musisi Aceh Galang Dana untuk Palestina dan Fakir Miskin

0
Musisi Aceh foto bersama usai penampilan mereka pada acara Aceh Peduli Palestina dan Fakir Miskin di MJD Kupi Banda Aceh, Sabtu (14/09/2025). (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Sejumlah musisi Aceh bersatu dalam aksi kemanusiaan bertajuk Aceh Peduli Palestina dan Fakir Miskin yang digelar di MJD Kupi Banda Aceh, Sabtu–Minggu (13–14/9/2025).

Amatan Nukilan.id selama 2 malam, deretan musisi dan seniman Aceh ikut ambil bagian, di antaranya Rafly Kande, Apache, RialDoni, Mai Munzir, New Laras Cita, Ranup Band, Djamal Sharief, Wira And Friend, Kozzy Band, serta sejumlah musisi lokal lainnya. Penampilan mereka dikemas dalam nuansa akustik dan etnik, menyuarakan pesan perdamaian sekaligus empati lintas batas.

Kegiatan ini merupakan kolaborasi antara Studio Bro dan Rumah Musisi di Taman Budaya. Tujuannya tidak sekadar menghadirkan hiburan, tetapi juga menggalang kepedulian masyarakat terhadap penderitaan warga Palestina dan kaum fakir miskin di Aceh.

Apid, penanggung jawab acara, menegaskan bahwa kegiatan ini berangkat dari hati.
“Kami ingin menunjukkan bahwa musik bisa menjadi jembatan kemanusiaan. Ini bukan soal panggung, tapi soal hati. Semoga langkah kecil ini bisa memberi harapan dan membuka pintu kebaikan yang lebih luas,” ujar Apid.

Bagi masyarakat yang ingin berdonasi, panitia membuka dua rekening resmi:

  • Bank Aceh: 06802400084992

  • BSI: 7243396756

Dana yang terkumpul akan disalurkan secara transparan kepada pihak-pihak yang membutuhkan, baik di Palestina maupun fakir miskin di Aceh.

Selain menjadi wadah penggalangan dana, kegiatan ini juga menghadirkan ruang silaturahmi antara musisi dan penikmat seni. Dari sebuah panggung sederhana, solidaritas sosial kembali diteguhkan lewat alunan musik yang menyentuh hati. (xrq)

Reporter: Akil

Bungkam Sulsel, Juang FC Wakili Aceh ke Semifinal Piala Soeratin U-17 2025

0
Pemain Juang FC Bireuen bersama manajer dalam pertandingan babak perempat final melawan Bangau Putra Sulawesi Selatan pada babak perempat final Piala Soeratin U-17, Sabtu (13/9/2025). Juang FC menang 4-2 (1-1) dan akan menghadapi Persikota dari Banten, Senin (15/9/2025). (Foto: SerambiNews)

NUKILAN.ID | BIREUEN – Juang FC yang mewakili Aceh berhasil melaju ke semifinal Piala Soeratin U-17 2025 setelah menyingkirkan PS Bangau Putra Sulawesi Selatan melalui adu penalti.

Sebagaimana diberitakan oleh SerambiNews, laga perempat final yang berlangsung di Lapangan Kota Barat, Surakarta, Solo, Sabtu (13/9/2025) siang, berakhir dengan skor 1-1 di waktu normal. Juang FC kemudian memastikan kemenangan lewat drama adu penalti dengan skor 4-2.

Pertandingan ini dipimpin wasit Umar SPd dari Kota Surakarta, dibantu asisten wasit Wina Apriliana Putri dari Kabupaten Lima Puluh Kota dan Wiraka Dwi Saputra dari Jakarta Selatan.

Sekretaris Juang FC, Sardani, menyebutkan Exco Asprov PSSI Aceh yang juga Ketua Juang FC, Ir Saifuddin Muhammad, turut hadir bersama pengurus menyaksikan langsung pertandingan. Kehadiran masyarakat Aceh yang berdomisili di Solo juga ikut memberi dukungan dari tribun.

Kebobolan Cepat, Bangkit di Babak Kedua

Tim asuhan Mustafa M Nur dikejutkan gol cepat PS Bangau Putra ketika pertandingan baru berjalan dua menit. Tendangan Muh Ikhsan gagal diantisipasi kiper Juang FC, Azizul Zikkri.

Tertinggal 0-1 sejak awal tidak membuat wakil Aceh kehilangan semangat. Meski babak pertama berakhir untuk keunggulan Sulawesi Selatan, Juang FC mampu mengatur ritme permainan di paruh kedua.

Upaya mereka akhirnya membuahkan hasil pada menit ke-61. Syuhada Assaif mencetak gol penyama kedudukan dan membuat skor berubah menjadi 1-1. Hasil imbang ini bertahan hingga peluit panjang dibunyikan, sebelum Juang FC memastikan tiket semifinal lewat adu penalti.

Tantangan Berikutnya: Persikota

Di semifinal, Juang FC akan berhadapan dengan Persikota Banten pada Senin (15/9/2025).

Exco Asprov PSSI Aceh, Ir Saifuddin Muhammad, mengapresiasi perjuangan para pemain.
“Para pemain telah berusaha semaksimal mungkin dan berkat kerjasama yang kuat serta dukungan dan doa masyarakat Aceh, Juang FC sukses melangkah ke semifinal. Tinggal dua langkah lagi untuk meraih prestasi tertinggi,” ujarnya.

Susunan Pemain

Juang FC: Azizul Zikri (kiper), Rifky Erlangga, Muhammad Farid Irsa, Syuhada Assaif, Rafi Aulia, Muhammad Iqram, Teuku Alfiqram, Muhammad Nabil Ghadaffi (kapten), Nabil Zulfin Yadi, Muhammad Ikram, M Ikram Akbar.

PS Bangau Putra: Muhammad Henda (kiper), Revant Marsyal Malino, Matheas Kian Talman, Rizqan Nur Ikhsan Fajrullah (kapten), Abd Mushawwir Bahtiar, Rizky Alamsyah, Daerrel Felik Hanggu, Indra Prasetyo Laga Riwu, Muh Ikhsan, Zidane Syahril, Muh Gilang Perdana Putra Habibi.

Sekilas Piala Soeratin

Piala Soeratin merupakan turnamen sepak bola nasional untuk pemain usia muda yang digelar PSSI sejak 1965. Kompetisi ini telah melahirkan banyak talenta yang kemudian berkiprah di level profesional.

Nama turnamen ini diambil dari Soeratin Sosrosoegondo, Ketua Umum pertama PSSI. Saat ini, Piala Soeratin digelar untuk kelompok usia U-13, U-15, dan U-17, dengan tujuan utama mencari sekaligus membina bibit muda sepak bola dari seluruh Indonesia.

Editor: AKil

Umat Kristen, Katolik, Buddha, dan Hindu: Hidup di Aceh Nyaman untuk Semua

0
Pembimas Umat Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha. (Foto: Kemenag Aceh)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Nama Aceh kerap identik dengan penerapan syariat Islam. Namun, di balik persepsi luar yang kadang menimbulkan kesan eksklusif, Serambi Mekkah justru memperlihatkan wajah yang damai, harmonis, dan penuh penghargaan terhadap keragaman.

Umat Kristen, Katolik, Hindu, dan Buddha mengaku bisa menjalankan ibadah dengan tenang tanpa gangguan. Bahkan, keberadaan mereka mendapat dukungan dari masyarakat sekitar maupun pemerintah.

Vihara 147 Tahun Jadi Bukti Harmoni

Ketua Vihara Dharma Bhakti sekaligus Ketua Majelis Buddhayana Indonesia (MBI) Provinsi Aceh, Fajar Saputra, menyebut kehidupan beragama di Aceh berjalan penuh toleransi.

“Tinggal di Aceh bagi saya terasa sangat nyaman. Kerukunan antarumat beragama berjalan dengan baik dan dalam sejarahnya tidak pernah ada konflik agama,” ujarnya.

Vihara Dharma Bhakti, yang berdiri sejak 1878, menjadi saksi sejarah harmoni tersebut. Selama lebih dari satu abad, vihara ini menjadi pusat ibadah umat Buddha di Banda Aceh. Hingga kini, kebaktian rutin dan sekolah Minggu tetap berjalan lancar.

“Kami merasakan peran Kementerian Agama sangat penting dalam menjaga kerukunan dan mendampingi umat Buddha di Aceh. Kehadiran Pembimas Buddha di Kanwil Kemenag menjadi seperti orang tua bagi kami, yang mampu merangkul dan menyatukan umat dalam perbedaan pandangan,” tambah Fajar.

Setiap tahun, umat Buddha dari berbagai daerah di Aceh menggelar perayaan Dharma Santi Waisak. Jumlah pesertanya mencapai 500 hingga 1.000 orang dan pelaksanaannya bergilir di beberapa kota. Tahun ini digelar di Langsa, tahun lalu di Meulaboh, dan tahun depan direncanakan di Banda Aceh.

Pembimas Buddha Provinsi Aceh, Suwarno, menambahkan jumlah umat Buddha di Aceh mencapai 6.591 jiwa dengan konsentrasi terbesar di Banda Aceh. “Untuk sarana ibadah, terdapat 16 vihara dan 7 cetya. Cetya ini semacam rumah ibadah kecil seperti musala,” jelasnya.

Kristen Aman Beribadah di 189 Gereja

Hal senada dirasakan umat Kristen. Pembimas Kristen Provinsi Aceh, Samarel Telaubanua, sudah 26 tahun bermukim di Aceh. Ia mengaku nyaman hidup di sana meski kerap mendapat kesan negatif dari luar.

“Informasi di luar sering menggambarkan Aceh sebagai daerah yang menakutkan. Padahal kenyataannya, di sini aman, nyaman, dan damai,” ujarnya.

Umat Kristen di Aceh diperkirakan berjumlah 40 ribu jiwa. Mereka beribadah di sekitar 189 gereja, dengan konsentrasi terbesar di Aceh Tenggara dan Aceh Singkil. Samarel menegaskan, sejauh ini tidak pernah ada laporan gangguan terhadap umat Kristen saat beribadah.

“Semoga kondisi aman dan damai ini terus terjaga selamanya,” tambahnya.

Nuansa Syariat Menguatkan Iman Katolik

Pengalaman berbeda datang dari umat Katolik. Pembimas Katolik Provinsi Aceh, Baron Ferryson Pandiangan, menilai penerapan syariat Islam justru memberi pengaruh positif bagi dirinya.

“Nuansa syariat justru menguatkan iman saya,” ujarnya.

Sejak bertugas pada 2011, Baron bersama keluarga merasa diterima masyarakat Aceh. “Kami hidup berdampingan, saling menghormati, bahkan saya sering diminta ikut dalam acara adat seperti tepung tawar haji atau perayaan Maulid,” katanya.

Umat Katolik kini tersebar di 23 kabupaten/kota dengan 20 gereja. Salah satunya Paroki Hati Kudus Yesus Banda Aceh, yang berdiri sejak 1926 dan tahun ini genap berusia 100 tahun. Perayaan seabad gereja itu digelar pada September ini, menjadi bukti panjangnya jejak Katolik di Aceh.

Muslim Ikut Peduli Renovasi Kuil Hindu

Dari komunitas Hindu, Sahnan Ginting, yang hampir 20 tahun bertugas sebagai Pembimas Hindu Provinsi Aceh, juga menyampaikan hal serupa.

Kuil Palani Andawa, yang dibangun umat Hindu Tamil pada 1934, masih berdiri kokoh di Banda Aceh. Ada pula kuil yang lebih tua, berdiri sejak 1925, namun rusak akibat tsunami 2004.

“Dalam proses pembangunan kembali, masyarakat Muslim setempat ikut peduli, bahkan sering menanyakan perkembangan renovasi kuil. Pemerintah Kota Banda Aceh, terutama almarhum Wali Kota Mawardi, juga memberi dukungan penuh hingga kuil bisa kembali diresmikan,” tuturnya.

Menghargai Perbedaan

Kepala Kanwil Kemenag Provinsi Aceh, Azhari, menegaskan bahwa kerukunan antarumat beragama di Aceh terjaga melalui koordinasi lintas tokoh di Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB).

“Forum FKUB ini menghadirkan semua tokoh agama. Kita diskusikan perkembangan situasi dan kondisi di daerah masing-masing,” ujarnya.

“Terkait dengan komunikasi antarumat beragama, kita di sini ada 4 pembimas, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha, itu keempat-empatnya kita setiap saat berdiskusi. Malah hampir setiap hari kerja, pertemuan di pagi hari, sambil ngobrol atau sambil ngopi, kita tanyakan bagaimana perkembangan situasi,” tambahnya.

Menurut Azhari, penerapan syariat Islam di Aceh hanya berlaku bagi umat Islam. “Menghargai dalam artian misalnya orang Aceh yang Muslimah pakai jilbab, yang non-Muslim menyesuaikan, tidak dianjurkan pakai jilbab, tapi dia memakai pakaian yang sopan,” jelasnya.

Ia menegaskan, harmoni di Aceh terwujud karena prinsip saling menghormati. “Maka harmoni kehidupan itu aman, tentram. Karena saling mengakui dan menghargai akan perbedaan,” tuturnya.

Bupati H. Mirwan Diminta Evaluasi Vendor Penyedia Makan Minum Santri MUQ Aceh Selatan

0
Sekretaris Komisi IV DPRK Aceh Selatan, Novi Rosmita SE, M.Kes. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | TAPAKTUAN – Kasus penemuan belatung dalam menu makanan santri Madrasah Ulumul Quran (MUQ) Aceh Selatan kembali menuai sorotan. Setelah berbagai pihak masyarakat menyampaikan kritik, kini giliran legislatif daerah mendesak pemerintah mengambil langkah tegas.

Sekretaris Komisi IV DPRK Aceh Selatan, Novi Rosmita SE, M.Kes, meminta Bupati Aceh Selatan H. Mirwan segera mengevaluasi kinerja vendor penyedia makan minum santri MUQ, yakni CV. Gilan Prima.

“Kasus penemuan belatung dalam menu makanan santri MUQ itu tak bisa dianggap sepele, sebab bakteri itu berpotensi dapat menimbulkan keracunan makanan yang berdampak terhadap kesehatan anak-anak. Makanya, kita minta agar bupati segera mengevaluasinya secara menyeluruh,” ujar Novi di Tapaktuan, Sabtu (13/9/2025).

Menurut Novi, Komisi IV DPRK Aceh Selatan sebelumnya telah memanggil pihak MUQ dan Dinas Pendidikan Dayah sebagai leading sector. Komisi meminta agar dilakukan monitoring dan evaluasi ketat terhadap vendor agar kualitas makanan santri benar-benar terjaga.

“Sejak awal kami telah menekankan agar benar-benar serius mengawasi pihak vendor penyedia agar menjaga kualitas makanan bagi santri MUQ. Apalagi anak-anak santri penghafal Al-quran itu butuh nutrisi gizi untuk meningkatkan daya kecerdasan intelektualnya serta juga harus terjaga kesehatannya,” tegas Novi.

Bukti Visual dan Kritik For-PAS

Sebelumnya, Koordinator Forum Peduli Aceh Selatan (For-PAS), T. Sukandi, mengungkapkan pihaknya menemukan bukti foto dan video adanya belatung dalam makanan santri MUQ.

“Dari bukti visual foto dan video yang kami dapatkan ternyata benar bahwa di dalam menu makan santri MUQ terdapat belatung,” kata Sukandi.

Ia menjelaskan, belatung berasal dari lalat hijau dan lalat tentara hitam (Black Soldier Fly) yang dapat membahayakan kesehatan jika tak sengaja tertelan karena berpotensi menyebabkan keracunan, infeksi, atau alergi.

Sukandi menilai, masalah ini muncul karena lemahnya pengawasan UPTD Pengelolaan Dayah Darul Aitami dan MUQ yang seharusnya bertanggung jawab sesuai Peraturan Bupati Nomor 38 Tahun 2021.

“Kalau saja dari awal rekanan penyedia makan minum dan UPTD sebagai PPTK MUQ Aceh Selatan sensitif dan responsif atas laporan para santri, maka tentu permasalahan memalukan ini tidak akan sampai mencuat ke permukaan,” ujarnya.

Anggaran dan Kondisi Santri

Data yang dihimpun For-PAS menyebutkan, jumlah santri SMP dan SMA MUQ Aceh Selatan mencapai 230 orang. Dari jumlah itu, 190 orang mendapat subsidi makan dengan anggaran Rp1,6 miliar per tahun, sementara 40 santri lainnya harus membayar Rp800 ribu per bulan kepada warga sekitar.

Selain itu, Sukandi menyoroti nasib delapan guru pengawas yang tinggal di lingkungan sekolah. Mereka harus membayar makan Rp700 ribu per bulan di warung sekitar, padahal gaji yang diterima hanya Rp1,3 juta dan cair setiap tiga bulan sekali.

“Maka dari itu, Sukandi mengharapkan Pemda dan rekanan berempati agar guru pengawas juga mendapat subsidi makan minum, karena bagaimanapun MUQ Panjupian adalah anak kandung Pemerintah Aceh Selatan,” katanya.

Usulan Solusi

Untuk mencegah kejadian serupa, Sukandi menyarankan agar Pemkab membangun ruang makan yang layak dan memastikan pengawasan optimal oleh UPTD/PPTK.

“Apalagi, santri MUQ Aceh Selatan cukup gemilang dalam menorehkan prestasinya yang terbukti beberapa kali mengharumkan nama pemerintah daerah dan masyarakat Aceh Selatan baik di tingkat provinsi maupun di tingkat nasional,” tambahnya.

Editor: AKil

Makanan Santri MUQ Aceh Selatan Kembali Berbelatung, Publik Pertanyakan Pengawasan

0
Makanan Santri MUQ Aceh Selatan Kembali Berbelatung (Foto: LARASNEWS)

NUKILAN.ID | TAPAKTUAN – Program makan-minum di Madrasah Ulumul Qur’an (MUQ) Aceh Selatan kembali menuai sorotan. Tim investigasi LNC menemukan makanan yang disajikan kepada santri pada Sabtu sore (13/9/2025) tidak hanya rendah kualitas gizi, tetapi juga tidak layak konsumsi setelah kembali ditemukan belatung pada lauk.

Akibat temuan tersebut, sejumlah santriwati memilih tidak menyantap hidangan, sementara sebagian santriwan sudah terlanjur makan sejak sore.

“Kami lebih baik lapar daripada makan begitu,” ujar salah seorang santri sebagaimana diberitakan oleh LarasNews.

Menu Murahan, Gizi Pas-pasan

Hidangan sore itu terdiri dari tempe goreng, telur bulat goreng, sup sayur tanpa daging, dan nasi putih. Dari perhitungan gizi rata-rata, satu porsi makanan mengandung sekitar 627 kkal energi, 35 gram protein, 22 gram lemak, dan 80 gram karbohidrat.

Sekilas, angka itu terlihat mencukupi. Namun, kualitas bahan baku dinilai sangat rendah. Nasi berasal dari beras kualitas rendah dengan aroma apek, sementara sup sayur hambar tanpa tambahan protein hewani. Minimnya variasi sayuran dan ketiadaan daging membuat santri rentan kekurangan zat besi, vitamin B12, dan kalsium.

Lebih memprihatinkan, keberadaan belatung pada lauk menandakan risiko higienis yang serius sejak proses dapur hingga penyajian.

Penyajian dengan Wadah Plastik Murahan

Investigasi juga menemukan makanan disajikan menggunakan wadah plastik biasa tanpa penutup. Hal ini menimbulkan dua persoalan besar.

Pertama, risiko kontaminasi mikroba dan serangga karena wadah terbuka mengundang lalat, debu, dan kotoran. Kedua, bahaya kimia dari plastik murah yang tidak food grade, berpotensi melepaskan zat berbahaya seperti BPA dan ftalat ketika bersentuhan dengan makanan panas atau berminyak.

Paparan zat tersebut dalam jangka panjang dikaitkan dengan gangguan hormon, risiko kanker, hingga masalah kesuburan.

Ancaman Serius bagi Santri

Kondisi ini membuat santri terjebak dalam pilihan sulit, “lapar atau sakit perut”. Padahal, sebagai remaja yang sedang dalam masa pertumbuhan, mereka semestinya mendapatkan asupan bergizi seimbang.

Menurut Perbup No. 38 Tahun 2021, pengawasan makan-minum santri menjadi tanggung jawab UPTD Pengelolaan Dayah Darul Aitami dan MUQ Dinas Dayah Kabupaten Aceh Selatan. Dengan anggaran sebesar Rp1,6 miliar per tahun, publik pun mempertanyakan efektivitas penggunaan dana jika yang tersaji hanya nasi murahan, lauk berbelatung, dan sup tanpa gizi.

Desakan Tindakan Tegas

Sejumlah pihak menilai kasus ini bukan sekadar soal makanan basi, melainkan bentuk pembiaran sistemik dalam penyediaan dan pengawasan. Selain bahaya biologis seperti belatung dan bakteri, terdapat pula ancaman kimia dari wadah plastik beracun.

Melihat kondisi tersebut, Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan didesak segera mengambil langkah tegas, antara lain:

  1. Memutus kontrak penyedia makanan yang terbukti lalai.

  2. Melakukan audit menyeluruh atas anggaran Rp1,6 miliar.

  3. Memeriksa kesehatan santri yang sudah mengonsumsi makanan bermasalah.

  4. Mengganti wadah penyajian dengan peralatan food grade berpenutup.

  5. Menyajikan laporan gizi dan kualitas makanan secara transparan setiap bulan kepada orang tua santri.

Investigasi ini menegaskan, program makan-minum di MUQ Aceh Selatan bukan hanya gagal, melainkan sudah berubah menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan masa depan generasi Qur’ani.

Editor: Akil

Pemerintah Aceh Pastikan Bonus Atlet PON Segera Cair

0
ampon man
Juru Bicara Pemerintah Aceh, Teuku Kamaruzzaman. (Foto: Dok Pribadi)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Pemerintah Aceh memastikan komitmen untuk menyalurkan bonus bagi atlet asal Aceh yang meraih medali pada Pekan Olahraga Nasional (PON) XXI Aceh-Sumut 2024.

Juru Bicara Pemerintah Aceh, Teuku Kamaruzzaman atau yang akrab disapa Ampon Man, menyebutkan bonus tersebut sudah diusulkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Aceh Perubahan (APBA-P) 2025 dan kini menunggu pengesahan Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA).

“Insya Allah dalam waktu dekat akan segera cair. Mohon doanya. Sesuai komitmen bersama, bonus para atlet pasti dibayar sesuai yang telah dijanjikan pemerintah,” ujar Ampon Man di Banda Aceh, Sabtu (13/9/2025).

Ia menjelaskan, sebelumnya bonus atlet PON sempat tidak terakomodasi dalam APBA saat Aceh dipimpin oleh Pj. Gubernur Safrizal. Namun, setelah Muzakir Manaf dan Fadhlullah resmi menjabat sebagai Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh, usulan tersebut kembali dimasukkan dalam APBA-P 2025.

“Itu bentuk komitmen Pemerintah Aceh saat ini untuk menepati janji kepada atlet yang telah mengharumkan nama daerah,” tegasnya.

Adapun anggaran yang telah disiapkan Pemerintah Aceh untuk bonus atlet PON dan Peparnas, termasuk pelatih, mencapai lebih dari Rp72 miliar. Jumlah bonus ditentukan berdasarkan capaian medali, mulai Rp300 juta untuk emas perorangan, Rp350 juta untuk beregu kecil, hingga Rp1 miliar untuk beregu besar.

Menurut Ampon Man, pemenuhan hak atlet berprestasi bukanlah janji pribadi atau lembaga tertentu seperti Panitia PON, KONI Aceh, maupun Dispora Aceh. Hal itu merupakan komitmen Pemerintah Aceh melalui mekanisme APBA, baik murni maupun perubahan, sesuai ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

Selain itu, ia menambahkan, Pemerintah Aceh di bawah kepemimpinan Gubernur dan Wakil Gubernur saat ini juga tengah fokus mengawal sejumlah agenda strategis. Mulai dari percepatan realisasi APBA, penetapan RPJMA 2025–2029 dan RKPA 2026, hingga mendorong revisi UUPA di DPR RI untuk memperkuat kewenangan Aceh dan menjamin keberlanjutan perdamaian sesuai MoU Helsinki.

Ampon Man menegaskan, perhatian Pemerintah Aceh tidak hanya terbatas pada olahraga, melainkan juga pendidikan, kesejahteraan masyarakat, serta pembenahan birokrasi. Semua langkah tersebut, katanya, merupakan satu kesatuan menuju Aceh yang lebih maju, damai, sejahtera, dan bermartabat.

Editor: Akil

Dek Gam Kecewa Persiraja Dipermalukan Adhiyaksa FC di Kandang Sendiri

0
Unggahan kekecewaan di Instagram Presiden Persiraja. (Foto: Tangkapan Layar)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Presiden Persiraja Banda Aceh, Nazaruddin Dek Gam, meluapkan kekecewaannya setelah tim Laskar Rencong tumbang 2-3 dari Adhiyaksa FC pada laga perdana Liga 2 Pegadaian musim 2025/26 di Stadion H. Dimurthala, Banda Aceh, Sabtu (13/9/2025) malam.

Kekalahan ini terasa memalukan karena terjadi di hadapan ribuan pendukung sendiri. Dalam catatan sejarah, Persiraja nyaris tak pernah menelan kekalahan di kandang.

“Hana tom lam sejarah (belum ada dalam sejarah Persiraja kalah di kandang),” ungkap Dek Gam melalui akun Instagramnya dikutip Nukilan.id pada Minggu (14/9/2025).

Sebelumnya, Persiraja tercatat kalah di kandang terakhir kali saat menghadapi PSMS Medan pada 2022. Namun kekalahan itu terjadi lewat keputusan walk out (WO) usai insiden mati lampu stadion yang memicu kericuhan penonton hingga laga tak dapat dilanjutkan.

Di luar kejadian tersebut, Persiraja selalu mampu meraih hasil positif saat tampil di rumah sendiri. Bahkan sebelum kompetisi bergulir, mereka sukses menumbangkan Barito Putera 1-0 dalam laga uji coba.

Dek Gam menilai penampilan tim jauh dari ekspektasi. Dengan nada kecewa, ia menyebut permainan Persiraja tidak mencerminkan level profesional.

“Di maen bola lagee piala keuchik (main bolanya seperti piala kepala desa/tarkam),” ucapnya.

Pada pertandingan itu, Persiraja sempat tertinggal 0-3 hingga menit-menit akhir babak kedua. Laskar Rencong akhirnya memperkecil ketertinggalan lewat gol Mujahiddin di menit ke-88, disusul tambahan gol dari sang kapten Miftahul Hamdi. Namun, waktu yang tersisa tidak cukup untuk menyelamatkan mereka, sehingga laga berakhir dengan skor 2-3 untuk kemenangan Adhiyaksa FC. (XRQ)

Reporter: Akil

Persiraja Takluk 2-3 dari Adhyaksa FC di Laga Perdana Pegadaian Championship

0
Pemain Persiraja Banda Aceh dan Adhyaksa saat duel udara dalam laga perdana Pegadaian Championship 2025/2026 di Stadion H Dimurthala Lampineung Banda Aceh, Sabtu (13/9/2025). (Foto: Persiraja)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Persiraja Banda Aceh gagal memetik poin penuh di kandang sendiri usai ditaklukkan Adhyaksa FC dengan skor tipis 2-3 pada laga perdana Pegadaian Championship 2025/2026 di Stadion H Dimurthala, Lampineung, Sabtu (13/9) malam.

Amatan Nukilan.id, kedua tim tampil hati-hati sejak awal pertandingan. Persiraja mencoba membuka celah pertahanan lawan, namun justru tim tamu lebih dulu mencetak gol. Pada menit ke-19, sundulan keras Adilson memanfaatkan umpan lambung Makan Konate berhasil merobek gawang tuan rumah. Skor 0-1 bertahan hingga turun minum.

Memasuki babak kedua, Persiraja meningkatkan tempo dan menekan pertahanan lawan. Beberapa peluang tercipta, tetapi tak ada yang berbuah gol. Situasi justru berbalik, Adhyaksa menambah keunggulan pada menit ke-63 lewat sepakan keras Makan Konate dari luar kotak penalti.

Hanya berselang tiga menit, gawang tuan rumah kembali kebobolan. Aaron mencatatkan namanya di papan skor setelah memanfaatkan bola rebound. Skor 0-3 membuat anak asuh Ade Suhendra semakin nyaman.

Tak ingin menyerah begitu saja, Persiraja terus berupaya mengejar. Pada menit ke-87, Mujahidin memperkecil ketertinggalan menjadi 1-3. Semangat tuan rumah kembali hidup di masa tambahan waktu, ketika Miftahul Hamdi berhasil mencetak gol kedua melalui kemelut di depan gawang.

Skor 2-3 membuat laga semakin panas di detik-detik akhir. Persiraja hampir menyamakan kedudukan, namun peluang terakhir mereka justru melambung tinggi di atas mistar. Peluit panjang wasit mengakhiri pertandingan dengan kemenangan untuk tim tamu.

Dengan hasil ini, Adhyaksa FC sukses membawa pulang tiga poin berharga dari Banda Aceh, sementara Persiraja harus rela kehilangan angka di hadapan pendukung sendiri. (XRQ)

Reporter: Akil

Hujan Guyur Sejumlah Wilayah di Aceh, Suhu Capai 33 Derajat Celsius

0
Ilustrasi hujan. (Foto: Freepik)

NUKILAN.ID | Banda Aceh – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Malikussaleh memprakirakan hujan akan mengguyur sejumlah wilayah di Provinsi Aceh selama tiga hari ke depan, mulai Sabtu (13/9/2025) hingga Selasa (16/9/2025).

Dirangkum Nukilan dari data BMKG Stasiun Malikussaleh, enam kabupaten/kota yang dipantau meliputi Simpang Tiga Redelong, Bireuen, Lhokseumawe, Lhoksukon, Idi Rayeuk, dan Langsa. Seluruh wilayah tersebut diprediksi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat pada periode prakiraan.

Untuk wilayah Simpang Tiga Redelong, suhu udara diperkirakan berkisar 20–28 derajat Celsius dengan kelembaban udara 70–99 persen. Arah angin bertiup dari selatan dengan kecepatan sekitar 26 km/jam.

Sementara itu, lima daerah lainnya, yakni Bireuen, Lhokseumawe, Lhoksukon, Idi Rayeuk, dan Langsa, diprediksi memiliki suhu udara lebih tinggi, yakni 23–33 derajat Celsius. Angin bertiup dari arah tenggara dengan kecepatan rata-rata 20 km/jam, serta kelembaban udara mencapai 67–99 persen.

BMKG mengimbau masyarakat di enam wilayah tersebut untuk tetap waspada terhadap potensi hujan lebat yang dapat disertai angin kencang. Kondisi cuaca ini berpotensi mengganggu aktivitas harian masyarakat, termasuk transportasi darat maupun laut. []

Reporter: Sammy

Subuh Berjamaah dan Tausiah Inspiratif Bersama Kadisdik Aceh di Sekolah Unggul Ali Hasjmy

0
Subuh Berjamaah dan Tausiah Inspiratif Bersama Kadisdik Aceh di Sekolah Unggul Ali Hasjmy. (Foto: Disdik Aceh)

NUKILAN.ID | JANTHO – Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, S.T., D.E.A, bersama Tim Humas Disdik Aceh melakukan kunjungan ke SMA Negeri 2 Ali Hasjmy dan Sekolah Rakyat yang berlokasi di Komplek Sekolah Ali Hasjmy, Indrapuri, Aceh Besar, pada Sabtu (13/9/2025).

Kegiatan dimulai dengan salat Subuh berjamaah yang diikuti siswa, kepala sekolah, dewan guru, dan pengasuh dari kedua sekolah. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan tausiah motivasi pendidikan yang disampaikan langsung oleh Kadisdik Aceh, serta kegiatan senam pagi bersama.

Dalam tausiahnya, Marthunis menekankan pentingnya pembentukan karakter dan keimanan sejak dini melalui pembiasaan ibadah, terutama salat Subuh berjamaah. Ia menyebutkan bahwa salat Subuh merupakan salah satu indikator keimanan yang kuat, sekaligus kebiasaan orang-orang sukses.

“Anak-anak yang terbiasa bangun Subuh dan mampu menjadi imam salat berjamaah, kelak akan menjadi pemimpin baik bagi dirinya sendiri maupun masyarakat,” ungkapnya.

Marthunis juga menjelaskan bahwa program pembiasaan seperti membaca Al-Qur’an, salat berjamaah, dan kegiatan literasi lainnya merupakan bagian dari upaya Pemerintah Aceh untuk melahirkan generasi unggul yang berilmu sekaligus berakhlak.

Dalam kesempatan tersebut, ia mengapresiasi peran sekolah dalam menanamkan nilai-nilai pendidikan karakter di lingkungan asrama. “Ia berharap Sekolah Rakyat dan SMAN 2 Ali Hasjmy menjadi pusat lahirnya generasi yang tercerahkan, tidak hanya secara akademik, tetapi juga spiritual dan sosial,” jelas Marthunis.

Mengutip Al-Baqarah ayat 30–31, Marthunis mengajak siswa memahami peran manusia sebagai khalifah di muka bumi yang dibekali ilmu pengetahuan. Ia menegaskan bahwa pendidikan tidak sekadar transfer ilmu, melainkan pembentukan karakter serta tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat.

“Kegiatan ini menjadi bagian dari implementasi Gerakan 7 Anak Indonesia hebat, yang mencakup pembiasaan bangun pagi, beribadah, olahraga, sarapan bergizi, gemar belajar, bermasyarakat dan tidur cepat, pola hidup sehat dan disiplin ini akan melahirkan anak-anak Aceh yang siap bersaing di tingkat nasional maupun global,” ujar Marthunis.

Dengan semangat kebersamaan, kedisiplinan, dan nilai religius yang kuat, kegiatan ini menunjukkan keseriusan Dinas Pendidikan Aceh dalam membangun pendidikan yang berkarakter, bermutu, dan berkelanjutan.

Sebagai penutup, Kadisdik Aceh mendorong agar kegiatan semacam ini menjadi tradisi rutin, bukan hanya sekadar seremonial.

“Pembiasaan kebaikan harus menjadi budaya sekolah. Kita tidak hanya sedang mencetak pelajar yang cerdas, tapi juga manusia-manusia tangguh yang membawa nilai-nilai luhur ke mana pun mereka melangkah,” tutup Marthunis.