Beranda blog Halaman 5

Wagub Aceh Dorong Generasi Muda Melek Pasar Modal Syariah

0
Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, SE, saat memberikan sambutan pada kegiatan OJK Mengajar dan Sosialisasi Pasar Modal Syariah, di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Jum'at (3/10/2025).(FOTO: dok/humas Aceh).

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Wakil Gubernur Aceh, H. Fadhlullah, SE, menekankan pentingnya peningkatan literasi keuangan syariah di kalangan generasi muda sebagai langkah strategis membangun ekonomi Aceh yang selaras dengan prinsip-prinsip Islam.

Hal tersebut disampaikan Fadhlullah dalam kegiatan OJK Mengajar dan Sosialisasi Pasar Modal Syariah yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Jumat (3/10/2025).

Dalam sambutannya, Fadhlullah mengapresiasi inisiatif OJK Republik Indonesia dan OJK Provinsi Aceh dalam menyelenggarakan kegiatan edukasi keuangan bagi masyarakat. “Kegiatan ini sangat relevan, bukan hanya bagi kalangan akademisi, tetapi juga bagi arah pembangunan ekonomi Aceh yang berlandaskan syariat Islam,” ujarnya.

Ia menjelaskan, perkembangan ekonomi global menuntut generasi muda memiliki literasi keuangan yang memadai. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK tahun 2024, indeks literasi keuangan nasional mencapai 65,43 persen, sedangkan tingkat inklusi keuangan berada di angka 75,02 persen.

“Di Aceh, literasi keuangan syariah memang menunjukkan tren positif, namun masih perlu diperluas agar anak muda mampu mengambil keputusan finansial yang cerdas, sehat, dan sesuai prinsip syariah,” kata Fadhlullah.

Fadhlullah juga menyoroti program pencanangan 2.000 Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Berinvestasi sebagai langkah awal yang baik. Ia menilai keterlibatan mahasiswa akan melahirkan generasi muda Aceh yang cerdas sekaligus berperan dalam membentuk ekosistem keuangan yang lebih sehat, mendukung pertumbuhan UMKM, dan memperluas akses pembiayaan syariah.

Lebih lanjut, Fadhlullah menyinggung tantangan ekonomi yang masih dihadapi Aceh. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan pada Maret 2025 tercatat sebesar 12,33 persen, sementara tingkat pengangguran terbuka mencapai 4,76 persen.

“Angka ini jelas menjadi tantangan. Karena itu perlu inovasi dan kolaborasi agar pertumbuhan ekonomi lebih inklusif serta mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran,” ungkapnya.

Menurutnya, penguatan pasar modal syariah dapat menjadi peluang besar dalam mendorong terciptanya lapangan kerja baru, memperluas akses permodalan bagi pelaku usaha, dan memperkuat basis ekonomi lokal berbasis nilai-nilai Islam.

“Dengan demikian, Aceh bukan hanya konsisten dalam penerapan syariat, tetapi juga menjadi contoh integrasi antara prinsip agama dengan kemajuan ekonomi modern,” tegas Fadhlullah.

OJK Kenalkan Investasi Pasar Modal Syariah di USK Banda Aceh

0

NUKILAN.ID – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkenalkan investasi di pasar modal syariah kepada mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh melalui kuliah umum di Gedung AAC Dayan Dawood, Jumat (3/10/2025).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK-RI, Inarno Djajadi, menegaskan bahwa investasi saham sah secara hukum maupun syariah.

“Investasi saham bukanlah perjudian. Saham merupakan instrumen investasi yang sah, bahkan dalam perspektif syariah telah memperoleh legitimasi dari DSN-MUI melalui fatwanya,” ujarnya.

Dalam program OJK Mengajar tersebut, Inarno memaparkan peluang dan tantangan pasar modal syariah. Ia menyebutkan hingga akhir Agustus 2025 kapitalisasi pasar syariah telah mencapai Rp8.856,95 triliun atau 62,55 persen dari total kapitalisasi pasar modal nasional.

Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dan Aceh sebagai Serambi Mekah dinilai memiliki peluang besar dalam pengembangan pasar modal syariah.

“Masyarakat Muslim dapat berinvestasi dengan cara yang halal, sesuai prinsip syariah, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Namun, ia mengingatkan agar semangat berinvestasi tidak dilakukan secara serampangan.

“Setiap orang harus mempelajari dengan cermat instrumen investasi, menyesuaikan dengan kemampuan finansial dan profil risiko,” kata Inarno.

Ia menekankan bahwa investasi tidak boleh dilakukan dengan cara berutang. Menurutnya, investasi terbaik adalah yang dijalani dengan nyaman, sesuai kemampuan, dan berorientasi jangka panjang.

Rektor USK, Prof Marwan, menilai kegiatan ini penting bagi peningkatan literasi keuangan di kalangan mahasiswa.

“Rendahnya literasi keuangan sering kali menjadi salah satu pemicu suburnya praktik-praktik yang merugikan, seperti judi online dan investasi ilegal,” ujarnya.

Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, juga menekankan bahwa penguatan pasar modal syariah dapat membuka lapangan kerja baru, memperluas akses permodalan, serta memperkuat ekonomi lokal.

“Aceh bukan hanya menjadi daerah yang konsisten dalam penerapan syariat, tetapi juga menjadi contoh keberhasilan integrasi antara prinsip agama dengan kemajuan ekonomi modern,” katanya.

Ia berharap sosialisasi ini berlanjut dengan pendampingan, pelatihan, dan program yang melibatkan mahasiswa, akademisi, pelaku usaha, hingga masyarakat luas.

Dari Tambang Ilegal hingga Listrik Padam, Auliya Pertanyakan Komitmen Mualem

0
Ketua Bentara Muda Abdya, T. Auliya Rahman. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Dalam sepekan terakhir, publik Aceh diguncang oleh rangkaian peristiwa yang saling terkait dan menimbulkan spekulasi liar. Dari instruksi penutupan tambang ilegal, ketegangan dengan Sumatera Utara, hingga pemadaman listrik berhari-hari, semua menyeret nama Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, dalam sorotan.

Ketua Ikatan Alumni Ilmu Pemerintahan Universitas Syiah Kuala (USK), T. Auliya Rahman, yang kini tengah menempuh studi Magister Islam Pembangunan dan Kebijakan Publik di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, menilai rangkaian kejadian ini bukan sekadar insiden terpisah, melainkan cerminan dinamika politik dan ekonomi yang rumit.

Awalnya, publik dikejutkan oleh instruksi Mualem agar tambang-tambang ilegal di Aceh segera ditutup. Langkah ini disebut berdasarkan temuan tim khusus (Timsus) yang menilai kerugian besar negara akibat penambangan ilegal. Namun, di balik instruksi itu muncul suara miring.

“Ada yang beranggapan bahwa instruksi tersebut hanya sebatas cara Pemerintah Aceh ‘mengusir’ pemodal luar agar meninggalkan tambang Aceh, untuk selanjutnya diambil alih oleh pemodal Aceh, terlepas apakah cara pengelolaan tambang tersebut nantinya akan legal atau tidak,” kata Auliya kepada Nukilan.id pada Jumat (10/3/2025).

Belum reda isu tambang, publik kembali dikejutkan oleh ketegangan Aceh–Sumut. Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, menginstruksikan razia kendaraan berpelat BL dan meminta seluruh kendaraan di wilayahnya diganti ke pelat BK. Kebijakan ini membuat masyarakat Aceh menduga adanya motif politik, bahkan dikaitkan dengan pengusiran pemodal tambang asal Sumut di Aceh.

Mualem kemudian merespons keras. Dalam salah satu pidatonya, ia berkata, “Kalau mereka jual kita beli, kalau mereka gatal kita garuk.” Kalimat itu sontak memicu tafsir beragam, ada yang menilai sebagai peringatan serius, ada pula yang menyebutnya sekadar gertakan kosong.

Belum selesai, Aceh kembali diguncang peristiwa besar, pemadaman listrik serentak berhari-hari. Aktivitas warga lumpuh, ekonomi terguncang. Warkop terpaksa menyalakan genset dengan biaya tinggi, usaha laundry dan UMKM kecil seperti penjual es ikut terpukul.

Pihak PLN menyebut pemadaman itu sebagai pemeliharaan rutin. Namun, publik tak percaya begitu saja. Banyak yang mengaitkannya dengan hubungan Aceh–Sumut, mengingat Aceh masih bergantung pada pasokan listrik luar daerah.

“Mengingat kerugian yang dialami masyarakat Aceh serta tidak adanya permintaan maaf dari PLN maupun elit pusat, asumsi ini bisa kita terima. Tidak adanya sikap rasa bersalah para pihak terkait atas kerugian masyarakat Aceh menyiratkan bahwa keberadaan masyarakat ini tidak begitu penting,” ujar Auliya.

Ia menambahkan, pernyataan Mualem soal “membeli” kini patut dipertanyakan. “Namun bisa saja pernyataan sebelumnya hanya basa-basi, dan Pemerintah Aceh tidak benar-benar ‘membeli’, hanya sekadar menawar karena sudah ‘kehabisan modal’,” katanya. (XRQ)

Apresiasi PBB: Indonesia Menuju Regulasi Bisnis dan HAM yang Bersifat Mandatory

0
Ketua WG-BHR, Pichamon Yeophantong, memberikan apresiasi atas perkembangan regulasi bisnis dan HAM di Indonesia yang semakin terarah dan bersifat mandatory. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | JENEWA – Dalam rangkaian aktivitas Kementerian Hak Asasi Manusia (Kemenham) di Jenewa untuk mendorong P5 HAM, Wakil Menteri HAM, Mugiyanto, melakukan pertemuan dengan Ketua Working Group on Business and Human Rights (WG-BHR) PBB, Pichamon Yeophantong dari Thailand.

Ketua WG-BHR, Pichamon Yeophantong, memberikan apresiasi atas perkembangan regulasi bisnis dan HAM di Indonesia yang semakin terarah dan bersifat mandatory. Ia menegaskan bahwa kebijakan Indonesia sejalan dengan tren global, sebagaimana yang telah dilakukan di Korea Selatan dan Thailand, sementara Malaysia masih mengatur dalam kerangka National Action Plan yang bersifat sukarela.

Pichamon juga menekankan pentingnya kejelasan regulasi, khususnya terkait sanksi, tanggung jawab, serta insentif bagi perusahaan, dengan mencontohkan praktik di Jerman (Supply Chain Due Diligence Act), Perancis (Law on the Duty of Vigilance), dan EU Directive.

Selain itu, WG-BHR juga mengapresiasi respons Pemerintah Indonesia terhadap berbagai komunikasi dan pengaduan yang masuk, khususnya terkait isu-isu bisnis dan HAM, seperti pembangunan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika (NTB), penambangan nikel di Sulawesi, serta Proyek Strategis Nasional di Merauke, Papua Selatan.

WG-BHR turut menyambut baik rencana partisipasi aktif Indonesia dalam UN Forum on Business and Human Rights yang akan digelar pada 24–26 November 2025 mendatang. Partisipasi tersebut diyakini akan memperkuat komitmen regional Asia dalam mendorong praktik bisnis yang menghormati HAM.

Dalam pertemuan tersebut, Wamen HAM menyampaikan ucapan terima kasih atas penghargaan yang diberikan kepada Pemerintah Indonesia terkait implementasi Aplikasi PRISMA, Strategi Nasional Bisnis dan HAM (Stranas BHAM), serta penyusunan regulasi Uji Tuntas Bisnis dan HAM yang mengarah pada penerapan secara wajib (mandatory).

“PRISMA merupakan salah satu tools yang dapat digunakan oleh pelaku usaha untuk mengukur potensi risiko usahanya berdasarkan indikator-indikator hak asasi manusia,” jelas Mugiyanto.

Sebagai informasi, WG-BHR memiliki mandat untuk mempromosikan UN Guiding Principles on Business and Human Rights, membangun kapasitas penerapan prinsip tersebut, serta mendampingi pemerintah dan para pemangku kepentingan dalam memastikan pelaksanaan bisnis yang selaras dengan penghormatan HAM.

Mahasiswa UTU Kenalkan Alat Tangkap Ramah Lingkungan kepada Nelayan Meureubo

0
Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Teuku Umar (UTU) bersama BEM FEB dan BEM FISIP memperkenalkan teknologi Bubu Dasar (BuDar) kepada kelompok nelayan tradisional di Desa Meureubo, Aceh Barat, Jumat, 3 Oktober 2025. (Foto: Dokumen untuk Nukilan.id)

NUKILAN.ID | MEULABOH – Upaya menjaga kelestarian laut sekaligus meningkatkan kesejahteraan nelayan tradisional mendapat perhatian dari kalangan akademisi dan mahasiswa.

Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) Universitas Teuku Umar (UTU) bersama BEM FEB dan BEM FISIP memperkenalkan teknologi Bubu Dasar (BuDar) kepada kelompok nelayan tradisional di Desa Meureubo, Aceh Barat, Jumat (3/10/2025).

Kegiatan yang dipusatkan di Balai Pertemuan Nelayan itu menghadirkan akademisi FPIK, yakni Dr. Muhammad Rizal, S.Pi., M.Si, Afdhal Fuadi, S.Pi., M.Si, dan Rusdi, M.M., serta turut melibatkan aparatur desa. Peserta kegiatan merupakan anggota Kelompok Usaha Bersama (KUB) Nelayan Mandiri, KUB Semangat Nelayan, dan KUB Kuala Meureubo yang sehari-hari menggantungkan hidup dari hasil laut.

Akademisi Program Studi Perikanan FPIK, Dr. Muhammad Rizal, S.Pi., M.Si, menjelaskan pengenalan teknologi BuDar merupakan implementasi tridharma perguruan tinggi, khususnya bidang pengabdian kepada masyarakat.

Alat tangkap ini dirancang ramah lingkungan, mudah dibuat, serta memanfaatkan bahan-bahan lokal yang tersedia di sekitar Desa Meureubo.

“BuDar ini dibuat dari batang pinang, rotan, dan jaring. Untuk memikat ikan, ditambahkan atraktor berupa daun pinang, daun kelapa, hingga daun paku laut. Konsepnya sederhana, tetapi berdampak besar. Nelayan bisa meningkatkan hasil tangkapan tanpa harus merusak ekosistem perairan,” ujarnya.

Ia menegaskan pengenalan BuDar merupakan langkah nyata mencegah praktik destructive fishing yang masih ditemukan di sejumlah wilayah pesisir.

“Harapannya, teknologi ini dapat memberi solusi bagi nelayan tradisional. Alat tangkap yang ramah lingkungan bukan hanya menjaga ekosistem laut, tetapi juga menjamin keberlanjutan hasil tangkapan dalam jangka panjang,” katanya.

Apresiasi datang dari Ketua KUB Nelayan Mandiri, Zulkarnain, yang menyambut baik keterlibatan mahasiswa dan akademisi UTU.

“Kami sangat berterima kasih kepada BEM dan dosen FPIK yang sudah datang langsung ke desa kami. Edukasi ini membuka wawasan baru bagi nelayan tradisional. Kami berharap ke depan tidak hanya sosialisasi, tetapi juga ada pelatihan pembuatan BuDar, sehingga kami bisa mempraktikkannya secara mandiri,” ungkapnya.

Anggota tim pengabdian berbasis BEM berdampak, Afdhal Fuadi, S.Pi., M.Si, menyebutkan kegiatan ini bukan sekadar sekali jalan, melainkan program berkelanjutan.

“Hari ini merupakan tahap awal berupa sosialisasi. Selama tiga bulan ke depan, akan ada pelatihan, pendampingan, hingga monitoring. Kami ingin nelayan benar-benar mampu membuat dan memanfaatkan BuDar untuk kegiatan melaut sehari-hari,” jelasnya.

Selain memperkenalkan konstruksi BuDar, tim juga memaparkan jenis ikan yang berpotensi ditangkap dengan teknologi ini, seperti ikan demersal bernilai ekonomis tinggi, di antaranya kakap merah, kerapu, dan jenahak. Dengan begitu, nelayan tidak hanya menjaga kelestarian laut, tetapi juga memperoleh nilai tambah dari hasil tangkapan.

Program pengabdian masyarakat ini merupakan bagian dari skema pemberdayaan yang didanai Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Dalam skema tersebut, BEM FPIK UTU menjadi penggerak utama dengan melibatkan lintas fakultas.

“Kegiatan ini menegaskan bahwa pengabdian mahasiswa bukan sekadar teori di kampus, melainkan aksi nyata yang menyentuh kebutuhan masyarakat pesisir. Dengan adanya BuDar, harapan nelayan tradisional Meureubo untuk melaut dengan cara yang lebih berkelanjutan semakin terbuka lebar,” tutup Afdhal. (XRQ)

Kisah Amir Faisal Nek Muhammad Mengangkat Cita Rasa Aceh ke Pentas Nasional

0
Pengusaha kuliner asal Aceh, Amir Faisal Nek Muhammad. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | FEATURE – Amir Faisal Nek Muhammad dikenal sebagai pengusaha kuliner asal Aceh yang sukses membangun jaringan bisnis di luar kampung halamannya. Ia merupakan pendiri The Atjeh Connection Resto & Coffee, sebuah restoran dan kafe yang menyajikan kopi serta makanan khas Aceh di berbagai kota besar.

Bisnis yang dirintis Amir Faisal di Jakarta pada 2015 ini bermula dari sebuah hobi dan keinginan sederhana, menyediakan tempat bagi teman-temannya untuk berkumpul sambil menikmati secangkir kopi Aceh terbaik.

“Pada mulanya kehadiran The Atjeh Connection Resto & Coffee adalah hobi untuk bersilaturahmi dengan sahabat-sahabat sekaligus mempromosikan kuliner Aceh di Jakarta,” ujar Amir Faisal menceritakan awal usahanya.

Berbekal latar belakang pendidikan ekonomi dan tekad kuat, ia mengubah pertemuan iseng bersama kawan-kawan itu menjadi peluang bisnis kuliner yang serius.

Dimulai dari gerai perdana di Apartemen Slipi, Jakarta Barat tahun 2015, Amir Faisal secara bertahap melebarkan sayap usahanya. Pada 2016, The Atjeh Connection membuka cabang di Jalan Sabang, Menteng, Jakarta Pusat.

Setelah itu ekspansi terus berlanjut ke sejumlah lokasi strategis ibu kota seperti kawasan SCBD Sudirman, Bendungan Hilir, Sarinah Thamrin, dan Tebet, Jakarta Selatan. Tidak hanya di Jakarta, Amir membawa cita rasa Aceh ke Jawa Timur dengan membuka cabang di Surabaya pada 2018.

Hingga 2021, jaringan Atjeh Connection telah mencapai sekitar 7 gerai di Jakarta dan Surabaya. Rencana ekspansi pun terus bergulir; Amir sempat menargetkan pembukaan gerai baru di Semarang meski tertunda karena kebijakan pembatasan pandemi bahkan menjajaki peluang membuka cabang di Singapura dan Kuala Lumpur sebelum Covid-19 melanda.

Ambisinya jelas: “cita-cita terbesar kita adalah The Atjeh Connection tidak hanya ada di seluruh kota besar di Indonesia, namun merambah ke luar negeri”, ungkap Amir optimistis.

Selain The Atjeh Connection, Amir Faisal juga merintis lini bisnis kuliner lain sebagai bagian dari visinya membangun jaringan kuliner nusantara. Bersama sang istri, Anita Amir Faisal, ia meluncurkan restoran bernama Malik & Co di Jalan H. Agus Salim No. 38 (Jl. Sabang), Jakarta Pusat, pada akhir Februari 2020.

Berbeda dengan Atjeh Connection yang berfokus pada masakan Aceh, Malik & Co menyajikan hidangan khas Medan dan Melayu Deli, seperti nasi lemak, soto Medan, roti cane, mie goreng Malik, hingga kari kambing. Nama “Malik & Co” sendiri diambil dari nama perusahaan milik kakek Amir yang dahulu berusaha di Medan, Sumatera Utara.

“Malik & Co ini jaringan dari The Atjeh Connection. Fokusnya di dunia kuliner dan kami mencoba merambah kuliner daerah lain, seperti ini Medan contohnya,” jelas Amir Faisal tentang konsep resto barunya.

Ke depan, ia berencana mengembangkan jaringan restoran dengan konsep serupa untuk masakan Minang, Sunda, Betawi, dan daerah Nusantara lain, sehingga brand usahanya dapat dikenal luas sebagai ikon kuliner Nusantara. Langkah diversifikasi ini menunjukkan visi bisnis Amir yang tak terbatas pada satu daerah saja, melainkan ingin mengangkat kekayaan kuliner berbagai daerah Indonesia.

Tidak berhenti di sektor kuliner, Amir Faisal juga merambah bidang usaha lain di luar Aceh. Berkat jejaring dan reputasinya, ia terlibat dalam pendirian sejumlah usaha di bidang media dan komunikasi serta dipercaya menduduki posisi strategis di beberapa perusahaan nasional. Misalnya, Amir turut membidani sebuah portal berita daring dan perusahaan komunikasi di Jakarta, dan pernah menjabat sebagai komisaris di anak perusahaan BUMN seperti PT Pelindo III dan PT Aerofood Indonesia (catering Garuda Indonesia).

Puncaknya, sejak akhir 2022 Amir Faisal diamanahi posisi Presiden Komisaris (Komisaris Utama) PT Pertamina Training & Consulting, sebuah anak usaha BUMN PT Pertamina, sebagai wujud pengakuan atas kapasitas dan pengalaman luasnya di dunia usaha. Pengalaman lintas industri dari kuliner, media, hingga konsultasi dan logistik menjadikan profil Amir Faisal kian komplet sebagai pebisnis serbabisa yang kiprahnya diakui di tingkat nasional.

Filosofi Bisnis dan Kisah Inspiratif

Salah satu kunci kesuksesan Amir Faisal terletak pada filosofi dan prinsip yang ia pegang teguh dalam berwirausaha.

“Membangun bisnis seperti mengayuh sepeda, harus terus berputar agar maju,” ujarnya dalam sebuah kesempatan, mengibaratkan pentingnya inovasi dan konsistensi dalam usaha.

Ia percaya bahwa pengusaha tidak boleh cepat berpuas diri. Setiap capaian adalah langkah untuk maju ke tantangan berikutnya harus terus “mengayuh” agar laju bisnis tidak berhenti. Prinsip ini tercermin dari ekspansi usahanya yang hampir setiap tahun membuka cabang baru atau merambah sektor baru.

Dalam memulai usaha, Amir menekankan perlunya modal utama berupa kepercayaan diri (faith) dan menemukan minat bersama (common interest) dengan tim atau rekan bisnis. Kombinasi keyakinan dan visi bersama inilah yang menurutnya bisa membuat sebuah ide berjalan jauh.

Dirinya juga selalu mengingatkan agar calon pengusaha tidak gentar menghadapi kemungkinan gagal.

“Jangan pernah berpikir soal gagal. Baca bismillah, gigit gigi kuat-kuat, jalan aja,” ucap Amir memberikan tip berwirausaha untuk anak muda.

Pesan bernada santai namun sarat tekad itu menggambarkan keberanian mengambil risiko yang ia nilai penting dalam merintis usaha.

Rekam jejak Amir Faisal sendiri dapat menjadi contoh inspiratif bagi generasi muda Aceh maupun Indonesia pada umumnya. Ia lahir di Sigli, Aceh, 5 Maret 1974, sebagai putra dari Nek Muhammad, seorang dokter yang dihormati di Aceh. Meski berdarah Aceh, Amir justru banyak menghabiskan waktunya di perantauan di luar Aceh sejak masa pendidikan hingga berkarier. Pengalaman merantau ini memberinya jaringan pertemanan luas lintas suku dan daerah.

Hal itu pula yang menginspirasi nama “The Atjeh Connection” Atjeh menggunakan ejaan lama sebagai kebanggaan asal-usul Aceh, dan Connection melambangkan semangat menjalin konektivitas dengan siapa saja.

“Kami ingin menjadi ruang yang bisa mempertemukan orang-orang, siapapun dia, tentu saja dengan sajian kuliner khas Aceh,” kata Bang Amir, sapaan akrabnya, menjelaskan filosofi di balik usahanya.

Restoran bagi Amir bukan sekadar tempat makan, melainkan wadah silaturahmi berbagai kalangan. Tak heran jika gerai Atjeh Connection miliknya kerap menjadi titik kumpul beragam orang – dari mahasiswa perantauan Aceh, kalangan profesional, tokoh nasional, hingga para menteri kabinet pun pernah menikmati suasana dan secangkir kopi sanger di sana.

Kopi Sanger khas Aceh memang menjadi salah satu andalan The Atjeh Connection yang digemari semua lapisan masyarakat. Mantan Menteri Desa, PDT, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo bahkan memuji kualitas racikan kopi Aceh buatan Amir.

“Salah satu produk Atjeh Connection adalah kopi sangeran, saya berani katakan taste-nya tidak kalah dengan kopi-kopi yang dibuat oleh franchise internasional,” kata Eko penuh apresiasi.

Pujian tersebut menegaskan keberhasilan Amir Faisal mengharumkan kopi Aceh di kancah nasional dengan cita rasa berdaya saing global. Upaya diplomasi kuliner yang ditempuhnya menjadikan kopi dan masakan Aceh sebagai medium komunikasi terbukti efektif mengenalkan budaya Aceh sekaligus membangun jejaring bisnis.

Di balik kesuksesannya, Amir tetap menunjukkan kerendahan hati dan keterbukaan terhadap banyak kalangan. Ia aktif berbagi pengalaman dan memotivasi generasi muda, terutama sesama perantau asal Aceh.

“Pengalaman saya dalam berbisnis perlu disiplin, jujur, pantang menyerah dan yakin bisa,” tuturnya, menegaskan nilai-nilai dasar yang ia pegang dalam berusaha. Sejak 2017, Amir mendirikan Atjeh Connection Community, komunitas yang mewadahi pemuda Aceh di Jakarta untuk saling belajar bisnis dan memperluas jaringan.

Ia kerap menggelar diskusi bertema “Yang Muda yang Berbisnis” atau “Ngopi Pagi” di kafe-kafenya, mengajak mahasiswa dan profesional muda Aceh berdialog dengan berbagai tokoh sukses. Melalui forum-forum tersebut, Amir mendorong lulusan perguruan tinggi agar tidak segan terjun menjadi wirausaha.

“Kita ingin mendorong anak-anak muda untuk terjun ke dalam dunia bisnis serta mencoba membantu jaringan-jaringan bisnis untuk mereka,” ujarnya dalam sebuah diskusi di Banda Aceh pada 2018.

Pribadi Amir sangat prihatin melihat banyak generasi muda Aceh bercita-cita menjadi pegawai negeri atau terjun ke politik, padahal berwirausaha juga jalan mulia untuk membangun daerah.

“Bukan berarti generasi muda Aceh alergi politik, hanya saja yang terjun ke dunia bisnis perlu lebih banyak. Adik-adik yang bermain di dunia bisnis dapat membuka lapangan kerja bagi warga dan ini sangat berguna,” pesan Amir.

Nasihat itu seolah lahir dari pengalamannya sendiri yang berhasil menciptakan lapangan kerja dan memperkerjakan puluhan hingga ratusan orang melalui unit bisnisnya.

Kepedulian Sosial dan Penghargaan

Sosok Amir Faisal kian lengkap dengan jiwa filantropi dan kepedulian sosial yang tinggi. Baginya, bisnis harus membawa manfaat bagi orang banyak.

“Kehadiran kami tak sekadar sebuah restoran, tetapi juga berusaha untuk meringankan beban mereka yang membutuhkan,” ujarnya mengenai peran sosial yang diemban usahanya. Sejak 2018, Amir bersama istrinya mendirikan Atjeh Connection Foundation, sebuah yayasan yang aktif dalam kegiatan kemanusiaan.

Yayasan ini sigap terjun membantu korban bencana alam di berbagai daerah. Tercatat, tim relawan Atjeh Connection Foundation turun langsung saat terjadi gempa di Lombok (NTB), tsunami di Palu-Donggala (Sulawesi Tengah), tsunami Selat Sunda di Banten, banjir bandang di NTT, hingga musibah banjir di Aceh. Bahkan, relawan dari yayasan Amir termasuk yang pertama hadir memberikan bantuan darurat di lokasi bencana gempa dan tsunami Palu pada 2018.

Tidak hanya tanggap bencana, secara rutin yayasan ini menjalankan program berbagi makanan gratis setiap Jumat bagi kaum dhuafa dengan tagline “Pastikan Tetanggamu Kenyang”. Mereka membagikan nasi kotak kepada warga kurang mampu di Jakarta dan sekitarnya setiap minggu. Yayasan ini juga memfasilitasi para pasien miskin dari luar daerah yang datang berobat ke Jakarta, memastikan mereka mendapat pendampingan dan bantuan selama di ibu kota.

Di bidang pendidikan, Atjeh Connection Foundation mengayomi ratusan anak asuh yang diberikan beasiswa bulanan secara rutin. Saat ini ada ratusan anak yatim dan kurang mampu, terutama di kawasan Jabodetabek, yang menerima manfaat beasiswa tersebut setiap bulannya.

Atas dedikasinya di sektor sosial, Amir Faisal melalui yayasannya mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak. Pada masa pandemi Covid-19, Atjeh Connection Foundation turut membantu pemerintah dalam menanggulangi pandemi termasuk menyalurkan bantuan dan dukungan logistik. Kiprah ini mendapat penghargaan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), sebagai pengakuan atas kontribusi yayasan dalam penanganan pandemi.

Di bidang olahraga, kepedulian Amir tampak ketika ia menjadi salah satu sponsor utama klub sepak bola Persiraja Banda Aceh saat tim tersebut berlaga di Liga 1 Indonesia pada 2020.

Logo The Atjeh Connection tersemat di jersey Persiraja, menandai dukungan pengusaha diaspora Aceh terhadap kebanggaan daerahnya sendiri. Selain itu, Amir juga mensponsori pebalap nasional dalam ajang Kejurnas Rally 2020, menunjukkan komitmennya mendukung talenta muda Indonesia di berbagai bidang.

Di mata kolega dan tokoh daerah, Amir Faisal dipandang sebagai sosok rendah hati yang tak lupa akar. Bupati Pidie, Roni Ahmad alias Abusyik (saat ini sudah Almarhum), pernah memuji langkah Amir yang mendirikan wadah untuk memotivasi pemuda Aceh.

“Ini adalah kebanggaan bagi Abusyik terhadap Amir Faisal, dengan ada wadah ini, kita masyarakat Aceh merasa ada kepedulian dari tokoh-tokoh yang masih setia dengan orang Aceh,” ujar Abusyik berterima kasih.

Ucapan itu merujuk pada fakta bahwa meski sukses di perantauan, Amir tetap peduli pada kemajuan pemuda Aceh. Sifat humble dan sikap ramah Amir juga diakui banyak pihak. Ia dikenal komunikatif, mudah bergaul dengan berbagai kalangan mulai dari menyapa pelanggan di kedainya, berdiskusi dengan mahasiswa, hingga berbincang santai dengan para pejabat tinggi yang mampir menikmati kopi Aceh.

Kemampuan bergaul dan menjaga silaturahmi inilah yang menjadi salah satu kunci keberhasilan usahanya.

“Yang junior bersilaturahim kepada yang senior dan yang senior menerima yang junior. Sopan santun tetap di depan,” begitu prinsip yang mengemuka dalam forum Ngopi Pagi di kafe Atjeh Connection, yang diselenggarakan komunitas diaspora Aceh di Jakarta. Prinsip saling menghormati lintas generasi dan kalangan tersebut melekat pula pada diri Amir dalam memimpin jaringan bisnisnya.

Berbekal visi bisnis yang mengedepankan silaturahmi, mutu, dan kepedulian sosial, Amir Faisal Nek Muhammad telah menjelma menjadi sosok pengusaha inspiratif di tingkat nasional. Kisahnya membangun bisnis kuliner Aceh di luar Aceh memberikan banyak pelajaran berharga.

Ia menunjukkan bahwa dengan disiplin, kejujuran, kerja keras, dan keyakinan, seorang perantau dari daerah pun mampu berjaya di ibu kota tanpa meninggalkan jati diri kedaerahannya.

Keberhasilan Amir memadukan kearifan lokal Aceh dengan profesionalisme bisnis modern bukan hanya menghasilkan keuntungan semata, tetapi juga membawa nama baik Aceh ke panggung kuliner Nusantara.

“Kami ingin menjadi duta kuliner Aceh di ibu kota serta menjadikan Aceh ikon nasional untuk internasional,” tekad Amir Faisal.

Tekad itu kini bukan lagi angan-angan lewat jaringan The Atjeh Connection dan berbagai kegiatan positifnya, Amir Faisal telah membuktikan bahwa kopi dan kuliner dapat menjadi jembatan emas yang menghubungkan Aceh dengan Indonesia, bahkan dunia, sembari tetap menebar inspirasi dan manfaat bagi sesama.

Danrem Lilawangsa: Maknai Ziarah Pahlawan di HUT ke-80 TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju

0
Letkol Cba Ridwan Nugraha, yang memimpin pasukan upacara ziarah nasional dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Blang Panyang, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Jumat (3/10/2025) pagi. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | LHOKSEUMAWE – Komandan Korem (Danrem) 011/Lilawangsa, Kolonel Inf Ali Imran, menekankan kepada seluruh prajurit untuk memaknai ziarah pahlawan nasional dalam rangka memperingati HUT ke-80 TNI, sebagai garda terdepan, TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju.

Penekanan tersebut disampaikan melalui Dandenbekang IM/2.B Lhokseumawe, Letkol Cba Ridwan Nugraha, yang memimpin pasukan upacara ziarah nasional dan tabur bunga di Taman Makam Pahlawan (TMP) Blang Panyang, Kecamatan Muara Satu, Kota Lhokseumawe, Jumat (3/10/2025) pagi.

Rangkaian acara diawali dengan penghormatan kepada arwah para pahlawan, mengheningkan cipta, peletakan karangan bunga kehormatan oleh inspektur upacara, pembacaan doa, hingga penaburan bunga di pusara makam pahlawan.

Letkol Cba Ridwan Nugraha menyampaikan, ziarah nasional merupakan wujud penghormatan serta penghargaan atas jasa perjuangan para pahlawan yang telah berkorban demi kemerdekaan bangsa dan negara Indonesia.

“Momentum peringatan HUT ke-80 TNI ini, dengan Frasa TNI Prima, TNI Rakyat, Indonesia Maju, makna ini mencerminkan visi TNI yang profesional, responsif, integritas, modern, dan adaptif,” ujarnya.

Menurutnya, kekuatan TNI bersumber dari rakyat. Karena itu, sebagai generasi penerus, prajurit TNI akan melanjutkan perjuangan para pahlawan dan pendahulu.

“TNI bersama rakyat akan menjaga dan menegakan kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti yang kita rasakan bersama kemerdekaannya saat ini,” pungkasnya.

Upacara ziarah nasional tersebut turut dihadiri Ketua Persit KCK Koorcab Rem 011 PD IM, Ny. Dini Imran beserta pengurus Koorcab, Jalasenastri, dan PIA Ardhya Garini Ranting 01-23/D.I Satrad 231 Lhokseumawe, Indri Deo Prima Gahari.

Selain itu, hadir pula Dansatradar 231 Lhokseumawe, Letkol Lek Deo Prima Gahari, para Kasi dan Pasi Korem 011/LW, ratusan personel TNI tiga matra (AD, AL, AU), kepolisian, unsur Forkopimda Kota Lhokseumawe, serta tamu undangan lainnya.

Editor: Akil

Rutan Takengon Gelar Wirid Yasin Bersama di Masjid At-Taubah

0
Wirid Yasin Bersama di Masjid At-Taubah Rutan Takengon. (Foto: Humas Rutan Takengon)

NUKILAN.ID | TAKENGON – Pejabat struktural bersama pegawai dan warga binaan Rumah Tahanan (Rutan) Takengon melaksanakan wirid yasin bersama di Masjid At-Taubah.

Kegiatan ini dimulai setelah shalat Maghrib berjamaah. Lantunan ayat-ayat suci Al-Qur’an, khususnya Surah Yasin, menggema di seluruh penjuru masjid, menciptakan suasana tenang dan penuh kedamaian. Para peserta, baik pegawai maupun warga binaan, tampak antusias dan khusyuk mengikuti bacaan.

Wirid yasin bersama ini memiliki makna mendalam. Selain sebagai bentuk ibadah dan mendekatkan diri kepada Allah, kegiatan tersebut juga diharapkan dapat memberikan ketenangan batin, memperkuat iman, serta menumbuhkan rasa persaudaraan di antara warga binaan dan petugas.

Kegiatan ini menjadi salah satu upaya pembinaan mental dan spiritual berkelanjutan di Rutan Takengon. Hal ini sekaligus menunjukkan komitmen pihak rutan dalam memberikan pembinaan yang menyeluruh, tidak hanya dari aspek keamanan dan keterampilan, tetapi juga dari sisi spiritual. Kegiatan berjalan tertib dan lancar.

Editor: Akil

Kepala Rutan Takengon Hadiri Penguatan Peran PK Menyongsong KUHP Baru

0
Kepala Rutan Takengon Hadiri Penguatan Peran PK Menyongsong KUHP Baru. (Foto: Humas Rutan Takengon)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Kepala Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas IIB Takengon, Rusli, menghadiri kegiatan yang digelar Ikatan Pembimbing Kemasyarakatan Indonesia (IPKI) Dewan Pengurus Wilayah Aceh di Aula Kantor Wilayah Kementerian Hukum Aceh.

Acara tersebut bertajuk “Penguatan Peran Pembimbing Kemasyarakatan (PK) dalam Menyongsong Berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang KUHP.”

Kehadiran Kepala Rutan Takengon ini merupakan bentuk komitmen mendukung program pembinaan serta penyiapan sumber daya manusia dalam menghadapi perubahan paradigma hukum pidana di Indonesia. Perubahan tersebut dipandang akan berdampak signifikan pada tugas dan fungsi Pemasyarakatan, khususnya bagi Pembimbing Kemasyarakatan.

Kegiatan membahas peran vital PK yang semakin diperluas dalam sistem peradilan pidana terpadu di bawah KUHP baru. Pemberlakuan aturan ini menekankan pergeseran fokus dari pidana penjara ke pidana alternatif dan restorative justice, di mana PK menjadi ujung tombak dalam pelaksanaan litmas, pembimbingan, serta pengawasan terhadap klien Pemasyarakatan.

Dalam kesempatan itu, Kepala Rutan Takengon mencermati materi terkait implikasi KUHP terhadap masa transisi narapidana dan tahanan. Ia juga menyoroti pentingnya koordinasi teknis yang intensif antara Rutan dan Balai Pemasyarakatan (Bapas) guna memastikan kelancaran implementasi pidana non-kustodial.

Melalui kegiatan penguatan ini, Rutan Kelas IIB Takengon memperoleh pemahaman lebih komprehensif mengenai strategi kolaboratif yang perlu dibangun bersama Bapas di lingkungan Kanwil Ditjenpas Aceh. Kegiatan berlangsung tertib dan lancar.

Editor: Akil

Penguatan Pembimbing Kemasyarakatan Aceh, Siap Sambut KUHP Baru yang Humanis

0
Kanwil Ditjenpas Aceh bersama Ikatan Pembimbing Kemasyarakatan Indonesia (Ipkemindo) Dewan Pengurus Wilayah Aceh menggelar kegiatan penguatan bagi Pembimbing Kemasyarakatan (PK), Kamis (2/10/2025). (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Menjelang diberlakukannya Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2023 tentang Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) pada 2 Januari 2026, Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pemasyarakatan (Kanwil Ditjenpas) Aceh bersama Ikatan Pembimbing Kemasyarakatan Indonesia (Ipkemindo) Dewan Pengurus Wilayah Aceh menggelar kegiatan penguatan bagi Pembimbing Kemasyarakatan (PK), Kamis (2/10/2025).

Kegiatan ini menjadi langkah strategis untuk memastikan seluruh petugas Pemasyarakatan, khususnya PK, memiliki pemahaman yang mendalam serta kompetensi yang mumpuni dalam menjalankan tugas, terutama terkait Penelitian Kemasyarakatan (Litmas) dan peran PK sesuai semangat pembaruan hukum pidana yang modern dan humanis.

Penguatan tersebut diikuti oleh seluruh Pembimbing Kemasyarakatan dan Kepala Unit Pelaksana Teknis Pemasyarakatan di lingkungan Kanwil Ditjenpas Aceh. Acara dibuka resmi oleh Kepala Kanwil Ditjenpas Aceh, Yan Rusmanto, di Aula Bangsal Garuda, Banda Aceh.

“Setelah sekian lama kita menggunakan KUHP warisan kolonial, akhirnya Indonesia memiliki KUHP baru yang lahir dari rahim bangsa sendiri, disusun dengan semangat reformasi hukum, dan berlandaskan nilai-nilai Pancasila serta jati diri bangsa,” ujar Yan Rusmanto.

Menurutnya, perubahan besar ini membawa implikasi luas, bukan hanya bagi aparat penegak hukum seperti hakim, jaksa, dan kepolisian, tetapi juga bagi seluruh jajaran pemasyarakatan, khususnya pembimbing kemasyarakatan.

“Di sinilah peran pembimbing kemasyarakatan menjadi sangat strategis. Rekan-rekanlah yang menjadi garda terdepan dalam memastikan bahwa prinsip keadilan restoratif benar-benar terlaksana, bukan hanya berhenti di atas kertas peraturan,” tegas Yan Rusmanto dalam kegiatan yang turut dihadiri PK Utama Ditjenpas.

Sesi inti diisi dengan pemaparan materi dari narasumber ahli di bidang Pemasyarakatan dan hukum pidana, yakni Okto Ghazali Roza, S.H., Dr. Mukhlis, S.H., M.Hum., PK Ahli Utama, Heni Yuwono selaku Kasubdit Pendampingan Klien dan Upaya Keadilan Restoratif Pemasyarakatan, Sigit Budiyanto, serta Kakanwil Ditjenpas Aceh, Yan Rusmanto. Materi yang dipaparkan menekankan peran vital Pembimbing Kemasyarakatan dalam sistem peradilan pidana yang diperbarui.

Melalui kegiatan ini, diharapkan kompetensi dan pemahaman Pembimbing Kemasyarakatan maupun Kepala UPT semakin kuat. Implementasi KUHP baru, khususnya dalam menjalankan fungsi litmas dan pendampingan klien, sangat ditentukan oleh kesiapan petugas di lapangan demi mewujudkan sistem peradilan pidana yang lebih humanis dan berorientasi pada pemasyarakatan.

Editor: Akil