Beranda blog Halaman 46

Jose Rizal: PLTU Rancong Seharusnya Tetap Dilanjutkan

0
Ilustrasi PLTU. (Foto: dok. PLN)

NUKILAN.ID | JAKARTA — Pemadaman listrik yang melanda seluruh Aceh sejak 29 September hingga 1 Oktober 2025 masih menyisakan keresahan di tengah masyarakat. Banyak pihak menilai, kejadian ini merupakan salah satu yang terparah sejak masa pascatsunami 2004 dan berakhirnya konflik. Ironisnya, Aceh justru dikenal memiliki sumber daya energi yang melimpah.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Bumiputera Nusantara Indonesia (Asprindo), Jose Rizal, turut menyoroti persoalan ini. Sebagai tokoh asal Aceh, Jose mengaku peristiwa tersebut mengingatkannya pada upaya yang pernah ia lakukan untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Rancong di kawasan Arun, Kabupaten Aceh Utara.

Menurut Jose, proyek tersebut sempat digagas melalui perusahaannya, PT Jorindo Agung, yang kemudian membentuk PT Jorindo Aceh Power bekerja sama dengan Perusda Bina Usaha.

“Saat itu, semua perizinan lokasi sudah siap. Investor pendanaan juga siap. Kami juga sudah mengantongi izin hibah lokasi tanah dari pemerintah pusat, ESDM. Pertamina dan Kementerian Keuangan sudah mendapat persetujuan hibah tanah lokasi tersebut kepada kabupaten Aceh Utara yang merupakan tanah PT Arun milik Pertamina seluas 19,2 Ha untuk dijadikan lokasi PLTU,” kisah Jose.

Ia menambahkan, pada 14 Agustus 2007 telah dilakukan penandatanganan Power Purchase Agreement (PPA) bersamaan dengan acara groundbreaking PLTU Pacitan di Jawa Timur.

“Sekalian dengan tiga PLTU lainnya menandatangani PPA di depan Menteri ESDM dan Dirut PLN serta yang mewakili pemerintah sebagai proyek nasional IPP (Independent Power Producer). Tapi kemudian proyek itu tidak bisa diwujudkan,” kenangnya.

Hibah Tanah yang Terhambat

Jose menjelaskan, gagalnya proyek PLTU Rancong disebabkan berlarut-larutnya proses pemecahan sertifikat tanah hibah oleh Badan Pertanahan Nasional (BPN) Kabupaten Aceh Utara.

“Awalnya, karena Kabupaten Aceh Utara mengalami pemekaran, melahirkan Kota Lhokseumawe. Kebetulan lokasi yang direncanakan untuk PLTU berada di perbatasan dua wilayah yang kemudian menjadi masuk ke wilayah Kota Lhokseumawe. Setelah itu kemudian terbitnya surat pembatalan hibah dari Wali Kota Lhokseumawe,” ujarnya.

Ia menilai, persoalan itu muncul karena ego sektoral antarpemerintah daerah. “Memang pada akhirnya dapat diselesaikan dengan musyawarah pemda kedua belah pihak. Tapi bagi investor menjadi takut. Harusnya tanah untuk kepentingan industri—termasuk untuk PLTU Rancong, yang sudah disetujui Kementerian Keuangan untuk dihibahkan ke pemerintah daerah—malah dibatalkan oleh Wali Kota Lhokseumawe. Itulah akibat ego sektoral. Padahal saya ikut membantu pemerintah daerah Aceh Utara mengurus hibah itu,” kata Jose.

Menurutnya, pembatalan hibah membuat pemecahan sertifikat tanah terhambat, dan meskipun konsolidasi telah dilakukan berkali-kali, proses tersebut tidak pernah tuntas. “Karena jenuh menunggu, investor akhirnya mundur,” ujarnya.

Pernyataan Jose diperkuat oleh Mehrabsyah, yang saat itu menjabat sebagai Ketua Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Aceh Utara.

“Saya menjadi saksi bagaimana Pak Jose melalui Jorindo Agung dan Jorindo Aceh Power berjuang mewujudkan PLTU Rancong. Sebagai putra Aceh, saya kira beliau sudah berusaha memberikan pikiran, tenaga, dan bahkan materi yang tidak sedikit untuk memperjuangkan hadirnya PLTU Rancong,” kata Mehrabsyah.

Ia menambahkan, sejak 2007 hingga 2013, berbagai koordinasi dan konsolidasi dilakukan untuk merealisasikan proyek tersebut. Namun, ia juga tidak memahami mengapa BPN tak kunjung menyelesaikan pemecahan sertifikat agar PT Jorindo Aceh Power dapat mengelola lahan itu.

Siap Kelola Energi Geotermal

Kini, Jose Rizal mengaku tertarik untuk mengembangkan energi terbarukan, khususnya geotermal, di Aceh. “Indonesia adalah negara dengan potensi geotermal terbesar ke-3 di dunia. Dan salah satunya Aceh. Kalau Aceh mengalami krisis energi, itu ironi,” ujarnya.

Ketika ditanya apakah dirinya akan kembali membangun pembangkit listrik di Aceh, Jose menjawab, “Sebagai putra Aceh, tentu saja saya terpanggil untuk membangun Aceh. Masalahnya, apakah pemerintah daerah bersedia memberi izin dan memfasilitasi? Saya tidak ingin mengulang cerita PLTU Rancong. Saya berharap pemerintah daerah mau benar-benar mengoptimalkan potensi energi di Aceh, sehingga Aceh tidak lagi mengalami peristiwa seperti sekarang. PLTU Rancong juga masih memungkinkan dilanjutkan kok, asal pemerintah mau,” pungkasnya.

Tak Seperti Bobby, Wagub Aceh Beri Uang Makan kepada Sopir Truk Plat BK

0
Wakil Gubernur Aceh Fadhlullah atau Dek Fadh saat menyapa sopir truk di kawasan Gunung Geurutee, Aceh Jaya. (Foto tangkapan layaR)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Aksi Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah atau yang akrab disapa Dek Fadh, saat menyapa para sopir truk lintas provinsi di kawasan Gunung Geurutee, Aceh Jaya, menyita perhatian warganet di media sosial.

Amatan Nukilan.id, dalam sebuah video yang beredar di TikTok pada Sabtu (4/10/2025), terlihat Dek Fadh menghampiri sopir truk berwarna hijau dengan nomor polisi BK asal Sumatera Utara. Dengan sikap ramah, ia menanyakan kondisi sang sopir.

“Sudah makan belum?” tanya Wagub Aceh. Sopir itu pun menjawab singkat, “belum.”

Mendengar jawaban tersebut, Dek Fadh kemudian memberikan sejumlah uang kepada sopir itu. Ia juga menanyakan soal keamanan kendaraan dari luar daerah saat melintas di Aceh.

“Aman di Aceh kan? Ada di-stop untuk periksa plat di Aceh?” tanyanya. Sopir itu pun menjawab tidak pernah ada pemeriksaan seperti itu.

Selain sopir truk berpelat BK, Wakil Gubernur Aceh juga memberikan uang dalam jumlah yang sama kepada pengemudi truk berpelat BA asal Sumatera Barat yang kebetulan melintas di jalur yang sama. (xrq)

Reporter: Akil

Kepala Biro Isra Aceh: RIAB FAIR Bentuk Generasi Aceh yang Islami dan Kompetitif

0
Kepala Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat (Kesra) Pemerintah Aceh, Dr Drs Yusrizal, MSi foto bersama dengan pimpinan MAS Ulumul Quran Banda Aceh yang menjadi juara umum RIAB FAIR XII Tahun 2025, di Madrasah Aliyah Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB), Sabtu (4/10/2025). (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Kepala Biro Keistimewaan dan Kesejahteraan Rakyat (Isra) Pemerintah Aceh, Dr Drs Yusrizal, MSi, memberikan apresiasi tinggi terhadap penyelenggaraan RIAB FAIR XII Tahun 2025 yang digelar oleh Madrasah Aliyah Ruhul Islam Anak Bangsa (RIAB), Sabtu (4/10/2025) di Banda Aceh.

Dalam kesempatan itu, Yusrizal hadir mewakili Gubernur Aceh sekaligus menutup secara resmi ajang tahunan yang mempertemukan para pelajar terbaik dari berbagai madrasah dan sekolah di Aceh. Ia menilai RIAB FAIR bukan sekadar kompetisi, tetapi juga wadah pembinaan karakter dan kreativitas generasi muda Aceh.

“Kegiatan ini sangat penting dalam membentuk generasi muda Aceh yang islami, kreatif, dan kompetitif,” katanya.

“Semoga RIAB FAIR terus berkembang dan menjadi ajang inspiratif setiap tahunnya,” ujar Dr Yusrizal.

Dalam sambutannya, Yusrizal juga menyampaikan pesan motivatif kepada para peserta agar tidak berhenti berjuang dalam meraih cita-cita.

“Man jadda wajada—siapa yang bersungguh-sungguh, akan menemukan jalan menuju keberhasilan,” ucapnya penuh semangat.

Yusrizal turut memberikan selamat kepada Madrasah Aliyah Swasta (MAS) Ulumul Quran Banda Aceh, yang berhasil menyabet gelar juara umum tingkat SMA/MA pada perhelatan RIAB FAIR XII 2025. Menurutnya, capaian tersebut merupakan cerminan dari kerja keras, kedisiplinan, dan semangat belajar para siswa serta dukungan penuh dari para guru dan pimpinan madrasah.

“Keberhasilan ini menunjukkan bahwa madrasah di Aceh memiliki potensi besar dan mampu bersaing secara sehat di berbagai bidang,” kata Yusrizal.

Ia berharap prestasi MAS Ulumul Quran dapat menjadi contoh bagi madrasah lain untuk terus berinovasi dan mengembangkan mutu pendidikan.

Selain memberikan apresiasi kepada pemenang, Yusrizal juga mengapresiasi panitia RIAB FAIR dan seluruh pihak yang telah berkontribusi dalam suksesnya kegiatan tersebut. Ia menegaskan, Pemerintah Aceh akan terus mendukung kegiatan positif yang mendorong tumbuhnya generasi muda yang berakhlak mulia dan unggul di berbagai bidang.

“Semoga RIAB FAIR terus menjadi inspirasi dan wadah bagi pelajar Aceh untuk menunjukkan potensi terbaiknya,” tutup Yusrizal.

Daftar prestasi MAS Ulumul Quran Banda Aceh di RIAB FAIR XII Tahun 2025:

  • Tahyiḍ Mayat – Juara 1

  • Nasyid Acapella – Juara 1

  • Rapa-i – Juara 2

  • Futsal – Juara 2

  • Syarhil Qur’an – Juara 2

Capaian gemilang tersebut menegaskan komitmen dunia pendidikan Aceh dalam mencetak generasi yang berilmu, berakhlak, dan siap berkontribusi untuk kemajuan daerah.

Pemuda Aceh Dukung Langkah Mualem Jajaki Kerja Sama dengan Australia

0
Pemuda Aceh, Balma Amaldi. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, melalui Ketua Badan Reintegrasi Aceh (BRA) Jamaluddin, tengah menjajaki peluang kerja sama dengan Pemerintah Australia di bidang pendidikan, pelatihan, dan peternakan.

Langkah ini mendapat dukungan dari berbagai kalangan, salah satunya datang dari Pemuda Aceh, Balma Amaldi.

Balma menyampaikan apresiasinya atas upaya Pemerintah Aceh tersebut. Menurutnya, kerja sama dengan Australia akan membawa manfaat besar bagi masyarakat, khususnya generasi muda yang ingin melanjutkan pendidikan agar menjadi sumber daya manusia (SDM) potensial untuk kemajuan Aceh.

Balma juga sependapat dengan pernyataan Ketua BRA, Jamaluddin, bahwa Aceh memiliki sumber daya alam (SDA) yang melimpah, namun masih lemah di sisi SDM. Akibatnya, potensi besar yang dimiliki Aceh belum bisa dikelola secara optimal.

“Sekarang adalah saatnya generasi Aceh mempersiapkan diri menjadi sdm yang berkualitas agar bisa mengelola semua potensi Aceh dengan mandiri, tentunya hal ini perlu adanya dukungan oleh pemerintah Aceh secara serius,” kata Balma dalam keterangannya kepada Nukilan.id pada Sabtu, (4/10/2025).

Ia menambahkan, saat ini banyak pemuda Aceh yang telah menyelesaikan pendidikan tinggi namun kesulitan mendapatkan pekerjaan karena terbatasnya lapangan kerja serta ketidaksesuaian antara bidang keilmuan yang ditempuh dengan potensi daerah. Karena itu, menurut Balma, diperlukan skema pendidikan dan pelatihan yang relevan dengan kebutuhan pembangunan Aceh.

“Bidang-bidang seperti pertambangan, perminyakan, industri, kelautan, dan peternakan sangat memiliki prospek yang besar jika dikelola oleh tenaga muda yang ahli di bidangnya,” ungkapnya.

Balma berharap langkah yang diambil Ketua BRA bersama Pemerintah Aceh dalam menjajaki kerja sama tersebut dapat membuka peluang bagi pemuda Aceh untuk meningkatkan kapasitas diri melalui pendidikan dan pelatihan.

“Kita berharap dan berdo’a semoga kerjasama tersebut bisa terjalin sehingga nantinya membawa manfaat kepada masyarakat Aceh,” tutupnya. (XRQ)

Reporter: Akil

Ratusan Pejabat Administrator dan Pengawas Pemerintah Aceh Dikukuhkan

0
Ratusan Pejabat Administrator dan Pengawas Pemerintah Aceh Dikukuhkan. (FOTO: HUMAS Aceh)

NUKILAN.ID | Banda Aceh – Sebanyak 610 pejabat administrator dan pengawas di lingkungan Pemerintah Aceh dikukuhkan oleh Asisten Administrasi Umum Sekda Aceh, Muhammad Diwarsyah, di Gedung Serbaguna Kantor Gubernur Aceh, Banda Aceh, Jumat (3/10/2025).

Pengukuhan tersebut dilakukan secara langsung kepada pejabat yang bertugas di Sekretariat Daerah Aceh dan Badan Pengelola Keuangan Aceh (BPKA), sementara pejabat dari Satuan Kerja Perangkat Aceh (SKPA) lainnya mengikuti prosesi secara virtual.

Langkah ini merupakan penyesuaian terhadap Susunan Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) baru sesuai amanat Peraturan Gubernur Aceh Nomor 1 Tahun 2024 tentang Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, dan Tata Kerja Satuan Kerja Perangkat Aceh, Cabang Dinas, serta Unit Pelaksana Teknis Daerah.

Dalam arahannya, Diwarsyah berharap momentum pengukuhan ini dapat menumbuhkan semangat baru, memperkuat tekad, serta menyegarkan komitmen seluruh pejabat dalam menjalankan tugas pelayanan publik.

“Sejalan dengan visi dan misi Pemerintah Aceh, saya ingin mengajak kita semua untuk terus meningkatkan kualitas pelayanan, membangun tata kelola pemerintahan yang bersih, efektif, dan akuntabel, serta menghadirkan birokrasi yang semakin dekat dengan rakyat,” ujar Diwarsyah.

Ia juga mengingatkan pentingnya disiplin, integritas, dan tanggung jawab sebagai landasan utama dalam bekerja.

“Masyarakat menaruh harapan besar kepada kita semua, dan harapan itu hanya bisa dijawab dengan kinerja yang baik dan pelayanan yang tulus,” katanya.

Di akhir sambutannya, Diwarsyah menekankan agar para pejabat menghindari birokrasi berbelit dan terus menghadirkan kemudahan dalam setiap pelayanan.

“Hindari sikap bertele-tele dalam bekerja, dan berusahalah menghadirkan kemudahan, kepastian, serta kenyamanan dalam setiap urusan yang ditangani,” tutupnya.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Kepala Badan Kepegawaian Aceh Abdul Qohar, Kepala Biro Pemerintahan dan Otonomi Daerah Syakir, serta Kepala Biro Umum Adi Darma.

Investasi Aceh Triwulan II 2025 Tembus Rp 2,09 Triliun, Naik 40,5 Persen dari Triwulan I

0
Ilustrasi Investasi. (Foto: Universitas Airlangga)

NUKILAN.ID | Banda Aceh – Realisasi investasi di Aceh hingga Triwulan II tahun 2025 tercatat mencapai Rp 3,58 triliun, dengan rincian Rp 1,49 triliun pada Triwulan I dan Rp 2,09 triliun pada Triwulan II. Capaian tersebut menunjukkan adanya peningkatan sebesar 40,5 persen dibandingkan dengan triwulan sebelumnya.

Secara nasional, nilai investasi Aceh hingga Triwulan II 2025 menempatkan provinsi ini pada peringkat ke-28 dari 38 provinsi di Indonesia.

Dari sisi sumber investasi, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendominasi dengan nilai Rp 2,025 triliun atau 96,77 persen dari total investasi. Sementara Penanaman Modal Asing (PMA) tercatat sebesar Rp 67,559 miliar atau 3,23 persen.

Adapun lima sektor terbesar penyumbang realisasi investasi pada Triwulan II 2025 adalah:

  1. Listrik, Gas, dan Air sebesar Rp 391,55 miliar (18,7%)

  2. Tanaman Pangan, Perkebunan, dan Peternakan sebesar Rp 367,41 miliar (17,6%)

  3. Transportasi, Gudang, dan Telekomunikasi sebesar Rp 356,94 miliar (17,1%)

  4. Industri Makanan sebesar Rp 326,59 miliar (15,6%)

  5. Perdagangan dan Reparasi sebesar Rp 203,31 miliar (9,7%)

Berdasarkan wilayah, lima kabupaten/kota dengan realisasi investasi terbesar adalah:

  1. Aceh Besar Rp 376,72 miliar (18,0%)

  2. Aceh Singkil Rp 288,11 miliar (13,8%)

  3. Aceh Tamiang Rp 264,78 miliar (12,7%)

  4. Aceh Tengah Rp 185,15 miliar (8,8%)

  5. Aceh Barat Rp 177,38 miliar (8,5%)

Dari sisi asal negara, investasi asing terbesar berasal dari:

  1. Seychelles Rp 30,65 miliar (45,4%)

  2. Singapura Rp 15,37 miliar (22,7%)

  3. Republik Rakyat Tiongkok Rp 12,58 miliar (18,6%)

  4. Malaysia Rp 5,09 miliar (7,5%)

  5. Inggris Rp 1,24 miliar (1,8%)

Sementara itu, jumlah tenaga kerja yang terserap selama Triwulan II 2025 mencapai 2.503 orang, terdiri atas 49 tenaga kerja Indonesia pada sektor PMA, 2.454 tenaga kerja Indonesia pada PMDN, dan tidak ada tenaga kerja asing.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, realisasi investasi pada Triwulan II 2025 mengalami penurunan. Pada Triwulan II 2024, nilai investasi mencapai Rp 2,41 triliun, sementara tahun ini sebesar Rp 2,09 triliun — atau turun sekitar Rp 314 miliar (13,05 persen).

Pemerintah Aceh Segera Salurkan Bantuan Pendidikan 2025 untuk Anak Yatim dan Piatu

0
Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, ST., D.E.A., (Foto: for nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Sebanyak 93.397 anak yatim dan piatu di Aceh ditetapkan sebagai penerima Bantuan Biaya Pendidikan Tahun 2025. Program ini diharapkan meringankan beban keluarga sekaligus memastikan anak-anak tetap bisa melanjutkan pendidikan meski kehilangan orang tua.

Mereka berasal dari berbagai jenjang, mulai SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, hingga siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) dan dayah.

“Pemerintah Aceh sangat serius agar bantuan ini tepat sasaran kepada yang berhak,” kata Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, ST., D.E.A., Sabtu (4/10/2025).

Ia menegaskan, proses verifikasi dan validasi telah dilakukan secara hati-hati. Kekhawatiran masyarakat soal keterlambatan pencairan juga dijawab tegas. Menurut Marthunis, seluruh administrasi termasuk SK Gubernur sudah rampung, tinggal menunggu pengesahan APBA Perubahan 2025.

“Kami memahami keresahan wali anak-anak penerima bantuan. Tapi kami pastikan, pencairan akan segera dilakukan begitu APBA Perubahan 2025 disahkan. Semua dokumen pendukung sudah siap,” ujarnya.

Marthunis menambahkan, bantuan ini bukan sekadar angka dalam APBA, melaiKepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, ST., D.E.A.,nkan “napas harapan” bagi anak-anak Aceh agar tetap semangat belajar dan meraih cita-cita. Dinas Pendidikan Aceh, katanya, terus berkoordinasi dengan instansi terkait agar distribusi anggaran berjalan cepat dan lancar.

“Kita ingin bantuan ini segera sampai ke tangan mereka untuk membantu biaya pendidikan,” katanya.

Pemerintah Aceh berharap program ini mampu memberi dampak nyata: pendidikan yang lebih inklusif, kesempatan yang setara, dan masa depan lebih cerah bagi anak-anak yatim dan piatu di seluruh Aceh.[]

Wagub Aceh Dorong Generasi Muda Melek Pasar Modal Syariah

0
Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, SE, saat memberikan sambutan pada kegiatan OJK Mengajar dan Sosialisasi Pasar Modal Syariah, di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Jum'at (3/10/2025).(FOTO: dok/humas Aceh).

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Wakil Gubernur Aceh, H. Fadhlullah, SE, menekankan pentingnya peningkatan literasi keuangan syariah di kalangan generasi muda sebagai langkah strategis membangun ekonomi Aceh yang selaras dengan prinsip-prinsip Islam.

Hal tersebut disampaikan Fadhlullah dalam kegiatan OJK Mengajar dan Sosialisasi Pasar Modal Syariah yang diselenggarakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) di Gedung AAC Dayan Dawood, Banda Aceh, Jumat (3/10/2025).

Dalam sambutannya, Fadhlullah mengapresiasi inisiatif OJK Republik Indonesia dan OJK Provinsi Aceh dalam menyelenggarakan kegiatan edukasi keuangan bagi masyarakat. “Kegiatan ini sangat relevan, bukan hanya bagi kalangan akademisi, tetapi juga bagi arah pembangunan ekonomi Aceh yang berlandaskan syariat Islam,” ujarnya.

Ia menjelaskan, perkembangan ekonomi global menuntut generasi muda memiliki literasi keuangan yang memadai. Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK tahun 2024, indeks literasi keuangan nasional mencapai 65,43 persen, sedangkan tingkat inklusi keuangan berada di angka 75,02 persen.

“Di Aceh, literasi keuangan syariah memang menunjukkan tren positif, namun masih perlu diperluas agar anak muda mampu mengambil keputusan finansial yang cerdas, sehat, dan sesuai prinsip syariah,” kata Fadhlullah.

Fadhlullah juga menyoroti program pencanangan 2.000 Mahasiswa Universitas Syiah Kuala Berinvestasi sebagai langkah awal yang baik. Ia menilai keterlibatan mahasiswa akan melahirkan generasi muda Aceh yang cerdas sekaligus berperan dalam membentuk ekosistem keuangan yang lebih sehat, mendukung pertumbuhan UMKM, dan memperluas akses pembiayaan syariah.

Lebih lanjut, Fadhlullah menyinggung tantangan ekonomi yang masih dihadapi Aceh. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat kemiskinan pada Maret 2025 tercatat sebesar 12,33 persen, sementara tingkat pengangguran terbuka mencapai 4,76 persen.

“Angka ini jelas menjadi tantangan. Karena itu perlu inovasi dan kolaborasi agar pertumbuhan ekonomi lebih inklusif serta mampu menurunkan angka kemiskinan dan pengangguran,” ungkapnya.

Menurutnya, penguatan pasar modal syariah dapat menjadi peluang besar dalam mendorong terciptanya lapangan kerja baru, memperluas akses permodalan bagi pelaku usaha, dan memperkuat basis ekonomi lokal berbasis nilai-nilai Islam.

“Dengan demikian, Aceh bukan hanya konsisten dalam penerapan syariat, tetapi juga menjadi contoh integrasi antara prinsip agama dengan kemajuan ekonomi modern,” tegas Fadhlullah.

OJK Kenalkan Investasi Pasar Modal Syariah di USK Banda Aceh

0

NUKILAN.ID – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memperkenalkan investasi di pasar modal syariah kepada mahasiswa Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh melalui kuliah umum di Gedung AAC Dayan Dawood, Jumat (3/10/2025).

Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK-RI, Inarno Djajadi, menegaskan bahwa investasi saham sah secara hukum maupun syariah.

“Investasi saham bukanlah perjudian. Saham merupakan instrumen investasi yang sah, bahkan dalam perspektif syariah telah memperoleh legitimasi dari DSN-MUI melalui fatwanya,” ujarnya.

Dalam program OJK Mengajar tersebut, Inarno memaparkan peluang dan tantangan pasar modal syariah. Ia menyebutkan hingga akhir Agustus 2025 kapitalisasi pasar syariah telah mencapai Rp8.856,95 triliun atau 62,55 persen dari total kapitalisasi pasar modal nasional.

Indonesia sebagai negara dengan populasi Muslim terbesar dan Aceh sebagai Serambi Mekah dinilai memiliki peluang besar dalam pengembangan pasar modal syariah.

“Masyarakat Muslim dapat berinvestasi dengan cara yang halal, sesuai prinsip syariah, sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi,” katanya.

Namun, ia mengingatkan agar semangat berinvestasi tidak dilakukan secara serampangan.

“Setiap orang harus mempelajari dengan cermat instrumen investasi, menyesuaikan dengan kemampuan finansial dan profil risiko,” kata Inarno.

Ia menekankan bahwa investasi tidak boleh dilakukan dengan cara berutang. Menurutnya, investasi terbaik adalah yang dijalani dengan nyaman, sesuai kemampuan, dan berorientasi jangka panjang.

Rektor USK, Prof Marwan, menilai kegiatan ini penting bagi peningkatan literasi keuangan di kalangan mahasiswa.

“Rendahnya literasi keuangan sering kali menjadi salah satu pemicu suburnya praktik-praktik yang merugikan, seperti judi online dan investasi ilegal,” ujarnya.

Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, juga menekankan bahwa penguatan pasar modal syariah dapat membuka lapangan kerja baru, memperluas akses permodalan, serta memperkuat ekonomi lokal.

“Aceh bukan hanya menjadi daerah yang konsisten dalam penerapan syariat, tetapi juga menjadi contoh keberhasilan integrasi antara prinsip agama dengan kemajuan ekonomi modern,” katanya.

Ia berharap sosialisasi ini berlanjut dengan pendampingan, pelatihan, dan program yang melibatkan mahasiswa, akademisi, pelaku usaha, hingga masyarakat luas.

Dari Tambang Ilegal hingga Listrik Padam, Auliya Pertanyakan Komitmen Mualem

0
Ketua Bentara Muda Abdya, T. Auliya Rahman. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Dalam sepekan terakhir, publik Aceh diguncang oleh rangkaian peristiwa yang saling terkait dan menimbulkan spekulasi liar. Dari instruksi penutupan tambang ilegal, ketegangan dengan Sumatera Utara, hingga pemadaman listrik berhari-hari, semua menyeret nama Gubernur Aceh, Muzakir Manaf atau Mualem, dalam sorotan.

Ketua Ikatan Alumni Ilmu Pemerintahan Universitas Syiah Kuala (USK), T. Auliya Rahman, yang kini tengah menempuh studi Magister Islam Pembangunan dan Kebijakan Publik di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, menilai rangkaian kejadian ini bukan sekadar insiden terpisah, melainkan cerminan dinamika politik dan ekonomi yang rumit.

Awalnya, publik dikejutkan oleh instruksi Mualem agar tambang-tambang ilegal di Aceh segera ditutup. Langkah ini disebut berdasarkan temuan tim khusus (Timsus) yang menilai kerugian besar negara akibat penambangan ilegal. Namun, di balik instruksi itu muncul suara miring.

“Ada yang beranggapan bahwa instruksi tersebut hanya sebatas cara Pemerintah Aceh ‘mengusir’ pemodal luar agar meninggalkan tambang Aceh, untuk selanjutnya diambil alih oleh pemodal Aceh, terlepas apakah cara pengelolaan tambang tersebut nantinya akan legal atau tidak,” kata Auliya kepada Nukilan.id pada Jumat (10/3/2025).

Belum reda isu tambang, publik kembali dikejutkan oleh ketegangan Aceh–Sumut. Gubernur Sumatera Utara, Bobby Nasution, menginstruksikan razia kendaraan berpelat BL dan meminta seluruh kendaraan di wilayahnya diganti ke pelat BK. Kebijakan ini membuat masyarakat Aceh menduga adanya motif politik, bahkan dikaitkan dengan pengusiran pemodal tambang asal Sumut di Aceh.

Mualem kemudian merespons keras. Dalam salah satu pidatonya, ia berkata, “Kalau mereka jual kita beli, kalau mereka gatal kita garuk.” Kalimat itu sontak memicu tafsir beragam, ada yang menilai sebagai peringatan serius, ada pula yang menyebutnya sekadar gertakan kosong.

Belum selesai, Aceh kembali diguncang peristiwa besar, pemadaman listrik serentak berhari-hari. Aktivitas warga lumpuh, ekonomi terguncang. Warkop terpaksa menyalakan genset dengan biaya tinggi, usaha laundry dan UMKM kecil seperti penjual es ikut terpukul.

Pihak PLN menyebut pemadaman itu sebagai pemeliharaan rutin. Namun, publik tak percaya begitu saja. Banyak yang mengaitkannya dengan hubungan Aceh–Sumut, mengingat Aceh masih bergantung pada pasokan listrik luar daerah.

“Mengingat kerugian yang dialami masyarakat Aceh serta tidak adanya permintaan maaf dari PLN maupun elit pusat, asumsi ini bisa kita terima. Tidak adanya sikap rasa bersalah para pihak terkait atas kerugian masyarakat Aceh menyiratkan bahwa keberadaan masyarakat ini tidak begitu penting,” ujar Auliya.

Ia menambahkan, pernyataan Mualem soal “membeli” kini patut dipertanyakan. “Namun bisa saja pernyataan sebelumnya hanya basa-basi, dan Pemerintah Aceh tidak benar-benar ‘membeli’, hanya sekadar menawar karena sudah ‘kehabisan modal’,” katanya. (XRQ)

Reporter: Akil