Beranda blog Halaman 23

Rindu yang Terlalu Lama Bisa Ganggu Kesehatan, Ini Penjelasan Ilmiahnya

0
Ilustrasi Depresi. (Foto: Harian Jogja)

NUKILAN.ID | SAINS — Rasa rindu ternyata bukan hanya persoalan perasaan. Dilansir Nukilan.id dari sebuah studi dari Yerkes National Primate Research Center, Emory University, Amerika Serikat, menemukan bahwa menahan rindu terlalu lama dapat memengaruhi kondisi biologis tubuh.

Penelitian yang dilakukan pada prairie vole—sejenis tikus padang rumput yang dikenal monogami—menunjukkan, perpisahan dari pasangan dapat memicu reaksi kimia dan perilaku yang menyerupai stres emosional.

Ilmuwan menemukan bahwa pejantan yang dipisahkan dari pasangannya mengalami perilaku mirip depresi serta perubahan pada kadar hormon oksitosin dan vasopresin, dua zat yang berperan penting dalam membangun ikatan emosional.

Gangguan pada sistem hormon tersebut ternyata juga mengaktifkan area otak yang sama dengan mekanisme kecanduan, sehingga memunculkan respons biologis mirip gejala penarikan obat.

Meski riset ini dilakukan pada hewan, para peneliti menilai hasilnya memberikan gambaran penting bagi manusia. Rindu atau kehilangan yang tidak dikelola dengan sehat dapat menimbulkan stres, memengaruhi keseimbangan hormon, bahkan berdampak pada kesehatan mental.

Dengan kata lain, kerinduan bukan sekadar emosi yang bersifat sementara, tetapi bagian dari proses biologis yang nyata terjadi di tubuh. Karena itu, mengelola rindu dengan cara sehat—seperti tetap aktif secara sosial dan menjaga rutinitas positif—menjadi langkah penting agar emosi tersebut tidak berubah menjadi beban psikologis. (XRQ)

Reporter: Akil

Warga Panton Luas Kembangkan Situs Bivak Belanda Jadi Destinasi Wisata Sejarah

0
Warga Gampong Panton Luas, Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, membersihkan lahan eks bivak Kolonial Belanda yang akan dikembangkan menjadi destinasi wisata. (Foto: Dok Pemerintah Desa Panton Luas)

NUKILAN.ID | TAPAKTUAN — Warga Gampong Panton Luas, Kecamatan Tapaktuan, Kabupaten Aceh Selatan, berinisiatif mengembangkan kawasan bekas bivak peninggalan Kolonial Belanda menjadi destinasi wisata sejarah. Langkah ini diharapkan dapat menjadi sumber ekonomi baru bagi masyarakat setempat sekaligus menjaga jejak sejarah kolonial di wilayah tersebut.

Penjabat Keuchik (kepala desa) Panton Luas, Ismaidi, mengatakan pengembangan wisata bivak Belanda dilakukan sebagai upaya memanfaatkan potensi lokal yang selama ini belum tergarap maksimal.

“Kami mengembangkan bivak peninggalan Kolonial Belanda sebagai destinasi pariwisata karena menjadi potensi meningkatkan perekonomian masyarakat,” katanya saat dihubungi dari Banda Aceh, Kamis (23/10/2025).

Bivak tersebut menjadi saksi sejarah masa pendudukan Belanda di Tapaktuan. Berdasarkan literasi yang dihimpun warga, tempat itu pernah digunakan oleh pasukan marsose atau serdadu Belanda sejak tahun 1931.

Meski bangunan utama bivak telah hilang dimakan waktu, sejumlah sisa struktur masih dapat dijumpai di lokasi. Di antaranya fondasi, lantai, kolam penampung air, serta tangga yang dahulu menjadi akses menuju bangunan utama.

“Kami berencana membangun replika bivak tersebut sebagai objek wisata sejarah. Masyarakat berharap dukungan pengembangan pemerintah kabupaten maupun provinsi dalam pengembangan wisata sejarah ini,” ujar Ismaidi.

Selain bernilai sejarah, kawasan tersebut juga memiliki potensi alam yang indah dengan lanskap perbukitan dan pepohonan rindang, menjadikannya cocok dikembangkan sebagai wisata edukasi dan rekreasi.

Pemerintah gampong bersama warga kini mulai melakukan pembersihan dan penataan area eks bivak, sembari menunggu dukungan lebih lanjut dari pemerintah daerah dan pihak terkait.

Korban TPPO Asal Aceh Tengah Bertambah, Diaspora Serukan Aksi Nyata Pemkab

0
Ilustrasi TPPO. (Foto: iStock)

NUKILAN.ID | TAKENGON — Kasus Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) yang menimpa pekerja migran asal Kabupaten Aceh Tengah kembali mencuat. Seorang warga Kampung Mulie Jadi, Kecamatan Silih Nara, bernama Dwi Putra Darma, dilaporkan menjadi korban di Kamboja.

Informasi ini disampaikan oleh Diaspora Indonesia-Inggris sekaligus Inisiator World Gayonese Community, Yusradi Usman Al-Gayoni, dari London, Inggris, Minggu (26/10/2025).

“Tiga hari lalu saya diinformasikan oleh Komisioner Baitul Mal Aceh Tengah, Pak Abdul Aziz, tentang korban baru asal Silih Nara, yang menjadi korban di Kamboja,” ujar Yusradi.

Menurut Yusradi, kasus serupa juga sebelumnya menimpa seorang perempuan asal Kecamatan Atu Lintang, yang menjadi korban TPPO di Malaysia sekitar dua bulan lalu. Dengan tambahan dua kasus terbaru itu, jumlah korban TPPO asal Aceh Tengah yang telah terdata kini mencapai tiga orang.

“Dengan tambahan Dua kasus baru ini, sejauh ini ada Tiga korban TPPO asal Aceh Tengah yang sudah terdata. Kemungkinan masih ada lainnya, yang belum terungkap,” jelasnya.

Yusradi, yang turut membantu pemulangan Al Muttakim dan sejumlah rekannya dari Kamboja pada Juli 2025 lalu, mendesak Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Aceh Tengah untuk segera membentuk Layanan Pengaduan Korban TPPO.

“Sudah lebih Tiga bulan sejak kasus pertama, tapi belum ada langkah konkret dari Pemkab Aceh Tengah. Padahal, kasus seperti ini sudah terus berulang,” tegasnya.

Ia menilai, langkah cepat dan nyata sangat dibutuhkan agar korban maupun keluarga mengetahui kemana mereka harus mengadu dan mendapatkan pertolongan.

Lebih lanjut, Yusradi juga mendorong Pemkab melalui Dinas Transmigrasi dan Tenaga Kerja untuk melakukan edukasi berkelanjutan bagi calon pekerja migran serta membuka lapangan kerja baru di daerah.

“Masalah utama banyak warga kita ke luar negeri, adalah minimnya peluang kerja di Aceh Tengah. Kalau lapangan kerja bisa diciptakan di Tanoh Tembuni, tentu jumlah korban TPPO bisa ditekan,” pungkasnya.

Kasus ini menambah daftar panjang warga Aceh yang menjadi korban eksploitasi tenaga kerja di luar negeri. Pemerintah daerah diharapkan segera mengambil langkah nyata agar peristiwa serupa tidak terus berulang.

Investasi di Aceh Melonjak Hampir Dua Kali Lipat, Capai Rp4,16 Triliun pada Triwulan III 2025

0
Ilustrasi Investasi. (Foto: Universitas Airlangga)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Investasi di Aceh terus menunjukkan tren positif. Pemerintah Aceh melalui Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) mencatat realisasi investasi triwulan III tahun 2025 mencapai Rp4,16 triliun, naik hampir dua kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Kepala DPMPTSP Aceh, Marwan Nusuf, menyebut capaian tersebut sebagai bukti semakin kuatnya kepercayaan investor terhadap Aceh sebagai daerah tujuan investasi. Dari total tersebut, Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) mendominasi sebesar Rp3,98 triliun atau 95,5 persen, sedangkan Penanaman Modal Asing (PMA) berkontribusi Rp185,7 miliar atau 4,5 persen.

“Lonjakan ini menjadi bukti bahwa iklim investasi di Aceh semakin kondusif. Pemerintah terus berupaya menghadirkan pelayanan perizinan yang cepat, transparan, dan berbasis digital melalui sistem OSS-RBA agar investasi dapat direalisasikan tanpa hambatan,” ujar Marwan di Banda Aceh, Minggu (26/10).

Secara kumulatif, total investasi yang telah terealisasi sejak Januari hingga September 2025 telah menembus Rp7,75 triliun, atau sekitar 81,5 persen dari target tahunan Rp9,5 triliun. Marwan optimistis target tersebut akan tercapai bahkan berpotensi terlampaui menjelang akhir tahun.

Perdagangan dan Pertanian Jadi Andalan

Sektor Perdagangan dan Reparasi tercatat sebagai penyumbang terbesar dengan nilai Rp2,29 triliun atau 55,2 persen dari total realisasi. Sektor lainnya yang juga menunjukkan pertumbuhan pesat antara lain:

  • Tanaman pangan, perkebunan, dan peternakan: Rp667,3 miliar (16,0%)

  • Pertambangan: Rp401,6 miliar (9,65%)

  • Transportasi, gudang, dan telekomunikasi: Rp245,5 miliar (5,9%)

  • Industri makanan: Rp244,8 miliar (5,88%)

“Perdagangan dan pertanian masih menjadi tulang punggung ekonomi Aceh. Namun yang lebih menggembirakan, kini mulai muncul minat besar dari investor di sektor hilir seperti pengolahan hasil pertanian dan industri makanan,” jelas Marwan.

Aceh Tamiang dan Lhokseumawe Paling Diminati

Dari sisi geografis, Kabupaten Aceh Tamiang menjadi daerah dengan nilai investasi tertinggi sebesar Rp942,9 miliar, disusul Kota Lhokseumawe Rp812,9 miliar, Aceh Timur Rp684,8 miliar, Aceh Barat Rp348,6 miliar, dan Aceh Singkil Rp260,4 miliar.

Sebaran investasi yang cukup merata antara wilayah timur dan barat Aceh dinilai menunjukkan bahwa potensi ekonomi daerah semakin dikenal luas oleh para investor.

Investor Asing dari Asia dan Eropa

Investasi asing pada triwulan III 2025 didominasi oleh negara-negara Asia dan Eropa. Lima besar negara asal investor asing tersebut meliputi:

  • Singapura – Rp56,7 miliar (29,8%)

  • Belgia – Rp37,5 miliar (19,7%)

  • Seychelles – Rp38,6 miliar (19,3%)

  • Turki – Rp24,3 miliar (12,8%)

  • Inggris – Rp8,8 miliar (4,6%)

“Kerja sama dengan investor dari kawasan Asia dan Eropa terus kita dorong, terutama di sektor energi, agrikultur, dan industri tekstil. Ini peluang besar untuk membuka lapangan kerja baru di Aceh,” ujar Marwan.

Serap Ribuan Tenaga Kerja Lokal

Tak hanya mendongkrak angka ekonomi, investasi juga membawa dampak langsung terhadap kesejahteraan masyarakat. Sepanjang triwulan III tahun ini, 3.504 tenaga kerja lokal terserap dari berbagai proyek investasi, terdiri atas 3.344 pekerja di sektor PMDN dan 160 pekerja di proyek PMA.

“Seluruh tenaga kerja yang terserap adalah pekerja lokal. Artinya, investasi yang masuk tidak hanya menambah nilai ekonomi tetapi juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh,” tutur Marwan.

Naik 99 Persen dari Tahun Lalu

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2024, investasi di Aceh tumbuh positif sebesar Rp2,07 triliun, atau naik hampir 99 persen. Menurut Marwan, kinerja ini tidak lepas dari dukungan berbagai pihak, termasuk kebijakan Gubernur dan Wakil Gubernur Aceh dalam mendorong promosi investasi ke luar negeri.

“Pemerintah Aceh terus aktif menjemput peluang kerja sama dengan berbagai negara, termasuk Bangladesh, Arab Saudi, dan Tiongkok. Kami yakin, dengan dukungan kebijakan yang konsisten dan pelayanan yang cepat, Aceh akan menjadi salah satu destinasi investasi unggulan di Indonesia bagian barat,” kata Marwan Nusuf.

Aceh Jajaki Kerja Sama dengan Bahrain dan UEA, Wagub Fadhlullah: “Aceh Punya Potensi Besar di Energi dan Pariwisata Halal”

0
Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, menyambut hangat kunjungan delegasi kehormatan dari Kerajaan Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam jamuan makan malam yang digelar Pemerintah Aceh di Meuligoe Gubernur, Banda Aceh, Sabtu malam, 25 Oktober 2025. (Foto: Humas Aceh)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Wakil Gubernur Aceh, Fadhlullah, menyambut hangat kunjungan delegasi kehormatan dari Kerajaan Bahrain dan Uni Emirat Arab (UEA) dalam jamuan makan malam yang digelar Pemerintah Aceh di Meuligoe Gubernur, Banda Aceh, Sabtu malam, 25 Oktober 2025.

Dalam suasana penuh keakraban, Fadhlullah menyampaikan ucapan selamat datang kepada Duta Besar Kerajaan Bahrain untuk Indonesia, H.E. Ahmed Abdulla Alharmasi Alhajeri, beserta rombongan. Hadir pula Head of UNOCHA Indonesia, Thandie Mwape, President Director Mubadala Energy Indonesia, Brendan McDonald, Abdulla Bu Ali, serta mantan Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti.

Turut mendampingi Wakil Gubernur dalam acara tersebut sejumlah pejabat Pemerintah Aceh, di antaranya Kepala Biro Administrasi Pimpinan Setda Aceh, perwakilan PT PEMA, serta sejumlah kepala SKPA terkait.

Dalam keterangannya kepada Nukilan.id, Fadhlullah menegaskan bahwa pertemuan ini merupakan simbol semangat kerja sama dan persahabatan antara Aceh dengan negara-negara Timur Tengah dan mitra internasional lainnya.

“Pemerintah Aceh mengundang mitra internasional untuk berkolaborasi melalui skema kerja sama publik-swasta dan joint venture di berbagai sektor potensial,” ujar Fadhlullah.

Ia menjelaskan, Aceh memiliki potensi besar di sektor energi, perikanan, pertanian, dan pariwisata halal. Letak geografis Aceh yang strategis di gerbang barat Indonesia dan dekat dengan pasar ASEAN, menurutnya, menjadi nilai tambah untuk memperkuat kerja sama ekonomi lintas negara.

“Pemerintah Aceh juga memprioritaskan empat sektor utama, yaitu agroindustri, energi dan infrastruktur, pariwisata, serta pengembangan kawasan bisnis,” tambahnya. “Produk unggulan seperti Kopi Gayo, industri hilir sawit, dan peternakan sapi skala besar menjadi daya tarik utama investasi daerah tersebut.”

Dalam kesempatan itu, Fadhlullah turut menyampaikan apresiasi kepada Mubadala Energy atas kontribusinya dalam pengembangan sektor energi di Indonesia, termasuk di Aceh. Ia juga menyampaikan terima kasih kepada UNOCHA Indonesia dan Susi Pudjiastuti atas perhatian dan dukungan terhadap pembangunan daerah.

Fadhlullah berharap, pertemuan tersebut menjadi langkah awal menuju hubungan yang lebih erat antara Aceh, Bahrain, UEA, serta komunitas internasional lainnya.

“Pertemuan ini adalah simbol semangat kerja sama dan persahabatan antara negara-negara Timur Tengah dan Indonesia,” tutupnya. (XRQ)

Reporter: Akil

Rajut Kebersamaan di Perantauan, Komunitas Rajolelo Peusijuek Mahasiswa Baru Gampong Sapik

0
Ketua Pembina Komunitas Rajolelo, Kusnadi, S.Ag., M.A., melakukan prosesi peusijuek kepada mahasiswa baru tahun ajaran 2025–2026 di Pantai Riting Stable, Leupung, Aceh Besar, Minggu (26/10/2025). (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.id | BANDA ACEH – Dalam semangat merajut persaudaraan sesama perantau, masyarakat Gampong Sapik, Kecamatan Kluet Timur, Kabupaten Aceh Selatan, yang tergabung dalam Komunitas Rajolelo, menggelar kegiatan silaturahmi sekaligus prosesi peusijuek bagi mahasiswa baru tahun ajaran 2025–2026. Acara berlangsung di Pantai Riting Stable, Leupung, Aceh Besar, pada Minggu (26/10/2025).

Kegiatan yang digagas oleh para mahasiswa dan tokoh masyarakat tersebut turut dihadiri oleh Kusnadi, S.Ag., M.A., selaku Ketua Pembina Komunitas Rajolelo. Dalam sambutannya, ia menekankan pentingnya menjaga akhlak dan etika di tengah derasnya arus modernisasi dan budaya digital yang kian bebas.

“Generasi muda harus menjaga tutur kata yang sopan, berperilaku santun, dan berpakaian sesuai dengan syariat Islam. Kita boleh modern, tapi jangan kehilangan identitas dan nilai-nilai keislaman yang menjadi jati diri,” ungkap Kusnadi yang juga Kasubbag Tata Usaha Kemenag Kota Banda Aceh tersebut.

Ia juga menambahkan bahwa kegiatan silaturahmi seperti ini penting untuk menjaga kekompakan dan memperkuat tali persaudaraan antarwarga Gampong Sapik yang tinggal di perantauan.

“Melalui silaturahmi, hati menjadi tenang, rezeki dilapangkan, dan umur diberkahi. Inilah cara kita menjaga hubungan antarsesama, terutama antara mahasiswa baru dengan para orang tua dan tokoh masyarakat Gampong Sapik di Banda Aceh,” tambahnya.

Setelah sambutan, acara dilanjutkan dengan prosesi peusijuek mahasiswa baru sebagai simbol doa dan restu agar mereka diberi keselamatan, kemudahan rezeki, serta kesuksesan dalam menempuh pendidikan. Prosesi ini juga menjadi penanda bahwa mereka resmi menjadi bagian dari keluarga besar masyarakat Gampong Sapik di Banda Aceh.

Ketua panitia, Arifandi, menjelaskan bahwa kegiatan ini sudah menjadi agenda tahunan komunitas. Tahun 2025 menjadi tahun keempat pelaksanaan acara yang selalu diisi dengan suasana keakraban dan kebersamaan.

“Silaturahmi ini menjadi momen penting untuk berkumpul dan saling merangkul seluruh lapisan masyarakat Gampong Sapik yang berada di Banda Aceh dan Aceh Besar,” ujarnya kepada Nukilan.id.

Sementara itu, Ketua Umum Komunitas Rajolelo, Khairul Umadi, berharap kegiatan tersebut menjadi ajang mempererat rasa kekeluargaan di perantauan.

“Kami ingin acara ini menjadi tempat duduk bersama, berbagi cerita dan semangat, seperti istilah Kluet ‘serung, pulung tandok sehamparan’. Harapannya, kebersamaan ini terus terjaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya,” ungkapnya.

Selain peusijuek, acara turut diisi dengan sharing session mengenai dunia perkuliahan yang dibawakan oleh Kusnadi. Ia berbagi pengalaman serta memberikan motivasi kepada mahasiswa baru agar mampu beradaptasi, menjaga disiplin, dan menyeimbangkan antara ilmu dunia dan ilmu agama.

Keluarga besar masyarakat Gampong Sapik, Kecamatan Kluet Timur, Kabupaten Aceh Selatan, yang tergabung dalam Komunitas Rajolelo. (Foto: For Nukilan)

Rangkaian kegiatan ditutup dengan makan bersama dan berbagai permainan tradisional yang melibatkan seluruh peserta. Suasana hangat dan penuh keakraban menjadi penanda bahwa semangat kekeluargaan Gampong Sapik tetap hidup, meski jauh dari kampung halaman.

Melalui acara ini, diharapkan mahasiswa baru tidak hanya mendapat dukungan moral dari komunitas, tetapi juga merasa memiliki keluarga besar yang siap mendampingi mereka dalam perjalanan menuntut ilmu di perantauan. (XRQ)

Reporter: Akil

Rekor Manis Persiraja di Medan Terhenti Usai Takluk dari PSMS 0–1

0
Persiraja Takluk dari PSMS 0–1. (Foto: Humas Persiraja)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Tren positif Persiraja Banda Aceh di markas PSMS Medan akhirnya terhenti. Skuad Lantak Laju harus mengakui keunggulan tuan rumah dengan skor tipis 0–1 dalam lanjutan pekan ke-7 Liga Pegadaian Championship 2025/2026 di Stadion Utama Sumatera Utara, Sabtu malam (25/10/2025).

Amatan Nukilan.id, gol tunggal Rifal Lastori pada menit ke-14 menjadi pembeda dalam laga sengit tersebut. Tertinggal lebih dulu, Persiraja justru tampil dominan sepanjang pertandingan, terutama di babak kedua. Serangan demi serangan dibangun dari berbagai sisi, namun penyelesaian akhir masih menjadi pekerjaan rumah.

Trio lini depan Miftahul Hamdi, Connor Flynn, dan Anthony Putro beberapa kali mengancam gawang PSMS, tetapi tak satu pun peluang berbuah gol. Di lini tengah, duet Fitra Ridwan dan Matheus Machado juga berupaya keras membongkar pertahanan rapat Ayam Kinantan yang tampil disiplin sejak awal laga.

Situasi sempat menguntungkan Persiraja ketika PSMS harus bermain dengan sepuluh pemain setelah Ichlasus Qadri menerima kartu merah pada menit ke-56. Namun, meski unggul jumlah pemain, Lantak Laju tetap kesulitan menembus barisan belakang PSMS hingga peluit panjang dibunyikan.

Skor 1–0 bertahan hingga laga usai. Hasil ini menandai berakhirnya catatan apik Persiraja yang dalam tiga musim terakhir selalu berhasil membawa pulang poin dari Medan.

Meski gagal melanjutkan tren positif, permainan agresif dan determinasi tinggi yang ditunjukkan skuad asuhan Ridwan Nasution menjadi modal penting bagi Persiraja untuk bangkit di laga berikutnya. (XRQ)

Reporter: Akil

Pelajar Banda Aceh Tanam 1.000 Mangrove di Lampulo, Wujud Nyata Generasi Hijau Hadapi Krisis Iklim

0
Pelajar mengangkat bibit mangrove untuk ditanam di Mangrove Park Lampulo, Banda Aceh, Sabtu (25/10/2025). (Foto: ANTARA/M Haris SA)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Puluhan pelajar dari berbagai sekolah di Banda Aceh ikut menanam 1.000 bibit mangrove di kawasan Mangrove Park Lampulo, Kompleks Pelabuhan Perikanan Samudera Kutaraja, Sabtu (25/10/2025). Kegiatan ini menjadi langkah nyata generasi muda Aceh dalam menghadapi dampak perubahan iklim sekaligus menumbuhkan kesadaran lingkungan sejak dini.

Penanaman mangrove tersebut digelar oleh SMA Muhammadiyah 1 Banda Aceh bekerja sama dengan lembaga lingkungan Natural Aceh dan beberapa komunitas lokal lainnya.

Wakil Kepala SMA Muhammadiyah 1 Banda Aceh, Zulhilmi, kepada Nukilan.id mengatakan kegiatan ini menjadi media edukasi bagi pelajar agar memahami pentingnya menjaga alam, khususnya ekosistem pesisir.

“Dalam penanaman mangrove, pelajar diajarkan mendukung konservasi dengan harapan mereka menjadi generasi hijau yang peduli terhadap lingkungan hidup,” kata Zulhilmi.

Menurutnya, melalui kegiatan tersebut, para pelajar juga dapat mengetahui fungsi penting hutan mangrove dalam mencegah abrasi pantai dan menjaga keseimbangan ekosistem pesisir. Selain itu, penanaman ini menjadi bentuk nyata kontribusi pelajar dalam mengantisipasi dampak perubahan iklim yang semakin terasa.

“Dari kegiatan ini, mereka belajar bagaimana semangat pemuda kekinian dalam pembangunan serta apa yang bisa mereka berikan kepada bangsa dan negara nantinya,” ujarnya.

Zulhilmi menambahkan, aksi tanam mangrove ini juga bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda, yang diharapkan dapat menumbuhkan semangat gotong royong dan kepedulian lingkungan di kalangan generasi muda.

Sementara itu, Koordinator Natural Aceh, Putri Kusumawadinullah, menyebutkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari gerakan nasional penanaman mangrove serentak di seluruh Indonesia.

“Penanaman ini dilakukan serentak di Indonesia dan di Aceh di Mangrove Park Lampulo. Kami melibatkan pelajar dalam penanaman mangrove ini sebagai upaya melahirkan generasi muda peduli lingkungan,” ujar Putri.

Sebagai salah satu kawasan konservasi pesisir, Mangrove Park Lampulo kini telah memiliki sekitar 100 ribu batang mangrove yang tumbuh di atas lahan seluas 11 hektare. Kawasan ini terus dikembangkan menjadi pusat edukasi lingkungan dan wisata hijau di Banda Aceh.

Kegiatan penanaman mangrove oleh pelajar ini menjadi bukti bahwa semangat menjaga bumi dapat dimulai dari langkah kecil—sebatang mangrove yang tumbuh, menandai harapan baru bagi masa depan hijau Aceh. (XRQ)

Reporter: Akil

Wali Kota Illiza Perkuat Diplomasi Kota Banda Aceh di Forum CityNet Asia Pasifik ke-45 di Bali

0
Wali Kota Illiza Perkuat Diplomasi Kota Banda Aceh di Forum CityNet Asia Pasifik ke-45 di Bali. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | DENPASAR — Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, menghadiri hari pertama 45th Executive Committee (ExCom) Meeting CityNet Asia Pacific yang digelar di Bali Beach Convention Center, Denpasar, Minggu (26/10/2025).

Forum tingkat Asia Pasifik ini mempertemukan para pemimpin kota dari berbagai negara untuk memperkuat kolaborasi dan berbagi pengalaman dalam mewujudkan pembangunan perkotaan yang berkelanjutan, inklusif, dan tangguh.

Sebagai anggota aktif CityNet, Pemerintah Kota Banda Aceh berpartisipasi dalam forum ini guna memperluas jejaring kerja sama global serta memperkuat kapasitas tata kelola kota.

Pada sesi hari pertama, para kepala daerah dan perwakilan anggota CityNet membahas sejumlah agenda strategis, mulai dari laporan perkembangan program, arah kebijakan organisasi, hingga rencana kerja sama lintas kota di kawasan Asia Pasifik.

Selain itu, forum juga menyoroti isu-isu utama yang menjadi tantangan bersama, seperti pengelolaan sampah, mitigasi bencana, inovasi lingkungan, dan penguatan kapasitas pemerintahan daerah.

Illiza hadir bersama sejumlah pemimpin kota dari Korea Selatan, Filipina, Malaysia, Bangladesh, dan Jepang. Dalam keterangan yang diterima Nukilan.id, ia menegaskan komitmen Banda Aceh untuk terus mengambil peran aktif dalam jejaring kerja sama internasional demi terwujudnya kota yang berdaya saing dan berkelanjutan.

“Kehadiran kita di forum ini menjadi bagian dari upaya memperkuat diplomasi kota dan memperluas kolaborasi global. Banda Aceh terus belajar, beradaptasi, dan berinovasi bersama kota-kota lain di Asia Pasifik,” ujar Illiza.

Rangkaian kegiatan hari pertama ditutup dengan Welcoming Dinner, yang menjadi ajang silaturahmi dan pertukaran pengalaman antaranggota CityNet.

Sementara itu, pada hari kedua, Wali Kota Illiza dijadwalkan menghadiri Asia Pacific Zero Waste International Seminar serta menerima penghargaan dalam ajang 4th SDG City Awards 2025 atas inovasi “Women in Waste Management: The WCP System.” (XRQ)

Reporter: Akil

Harga Semen Andalas di Aceh Lebih Mahal daripada Sumut, Komisi VII DPR RI Minta PT SBA dan Pemerintah Tertibkan Distribusi

0
Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Komisi VII DPR RI menyoroti perbedaan harga semen yang dinilai tidak wajar antara Aceh dan Sumatera Utara. Padahal, pabrik produsen semen tersebut, PT Solusi Bangun Andalas (SBA), beroperasi langsung di Kecamatan Lhoknga, Kabupaten Aceh Besar.

Ketua Komisi VII DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, mengungkapkan keheranannya usai melakukan kunjungan kerja (reses) masa persidangan I tahun 2025–2026 ke PT SBA pada Jum’at (24/10/2025).

“Semen yang dikirim ke Medan dan kembali lagi ke Aceh justru lebih murah harganya. Ini sangat tidak masuk akal. Kenapa bisa lebih murah di luar daerah?” ujar Saleh dalam pertemuan dengan manajemen PT SBA.

Menurut Saleh, kondisi tersebut menunjukkan adanya kelemahan dalam kontrol pasar dan distribusi semen oleh pihak perusahaan. Karena itu, Komisi VII mendesak agar induk perusahaan PT SBA segera menertibkan tata distribusi dan melakukan pengawasan harga secara transparan.

Selain soal harga, Komisi VII juga menyoroti sejumlah persoalan lain, seperti belum maksimalnya penggunaan mesin produksi, perlunya penertiban penggerukan klinker di pelabuhan, serta peningkatan kontribusi program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) bagi masyarakat sekitar.

“Kami minta Kementerian Perindustrian menindaklanjuti temuan lapangan ini. Persoalan harga hingga efisiensi produksi harus diperbaiki agar industri semen di Aceh bisa bersaing,” tegas Saleh.

Bupati Aceh Besar Soroti Kapasitas Produksi

Dalam kesempatan yang sama, Bupati Aceh Besar Muharram Idris atau akrab disapa Syech Muharram, menegaskan bahwa daerahnya memiliki sumber daya alam yang sangat melimpah sebagai bahan baku utama semen, seperti batu kapur, pozzolan, dan pasir besi.

“Aceh Besar ini sangat kaya. Kita punya semua bahan bakunya, tapi pabrik semen di sini masih kecil. Di daerah lain seperti Padang, pabriknya besar dan produksinya tinggi. Kami juga ingin maju seperti provinsi lain,” ujar Syech Muharram.

Ia berharap PT SBA dapat memperluas kapasitas produksi agar kontribusinya terhadap pembangunan daerah semakin besar. Selain itu, Bupati juga menekankan pentingnya komitmen perusahaan terhadap perjanjian awal dengan masyarakat sejak pabrik semen berdiri di Lhoknga pada era 1980-an.

Syech Muharram turut menyoroti pelaksanaan CSR yang menurutnya perlu disalurkan langsung ke desa-desa tanpa bergantung pada proposal.

“Kalau menunggu proposal, ada desa yang aktif dan ada yang tidak. Akibatnya pembagian tidak merata. CSR itu harus dirasakan adil oleh seluruh masyarakat,” tegasnya.

Kunjungan kerja Komisi VII DPR RI ini diharapkan menjadi momentum pembenahan industri semen di Aceh. Pemerintah daerah berharap keberadaan perusahaan besar seperti PT SBA membawa manfaat nyata bagi masyarakat sekitar.

“Kami mendukung investasi dan industri, tapi harus seimbang dengan kesejahteraan masyarakat di sekitar pabrik,” pungkas Bupati Aceh Besar.