Beranda blog Halaman 1946

Gubernur Nova Sambut Baik Rakor PON Aceh-Sumut 2024

0
(Foto: Dok. Ist)

Nukilan.id – Gubernur Aceh, Nova Iriansyah, menyambut baik pelaksanaan rapat koordinasi (Rakor) Pekan Olahraga Nasional (PON) Aceh-Sumut 2024 yang akan digelar di Kota Sabang pada 24-25 Agustus 2021 mendatang. Ia berharap Rakor tersebut dapat merumuskan kebijakan pelaksanaan PON Aceh-Sumut ke arah yang lebih baik.

“Terkait acara, Saya akan menyesuaikan saja, dan Saya harap acara Rakor itu akan berjalan sukses. Mohon protokol kesehatan diterapkan dengan baik,” kata Nova Iriansyah saat menerima audiensi Ketua Harian Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh, Kamaruddin Abubakar, beserta pengurus dalam rangka membahas persiapan Rapat Koordinasi PON Aceh-Sumut 2024, di Rumah Dinas Wakil Gubernur Aceh, Rabu, 18/8/2021.

Gubernur Nova berharap, acara tersebut dapat berjalan sesuai protokol kesehatan. Ia meminta panitia juga menyediakan rapid antigen untuk mendeteksi dini jika ada yang terpapar Covid-19. Dengan demikian pelaksanaan kegiatan tersebut tidak menimbulkan klaster baru.

Sebelumnya, Ketua Harian Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Aceh, Kamaruddin Abubakar, menyampaikan, pihaknya akan menggelar Rakor PON Aceh-Sumut 2024 di Kota Sabang pada tanggal 24 dan 25 Agustus 2021. Rakor tersebut direncanakan akan dihadiri oleh Menteri Pemuda dan Olahraga RI dan Ketua Umum KONI Pusat.

“Pemerintah Sumatera Utara juga menjadi peserta Rakor ini, direncanakan gubernurnya ikut hadir,” kata pria yang akrab disapa Abu Razak itu.

Abu Razak menyebut, peserta rakor berjumlah sebanyak 30 orang. Jumlah tersebut terdiri dari unsur Pemerintah Aceh, Koni Aceh, Pemerintah Sumatera Utara, Koni Sumatera Utara, Kemenpora dan Koni Pusat.

Ia mengatakan, dalam rakor tersebut nantinya akan dibahas beberapa hal. Diantaranya adalah penyampaian kesiapan dan penentuan cabang olahraga.[]

Sempat Ditangkap, Presma UIN Ar-Raniry dan Koorlap Demo DPRA Dilepaskan Kembali

0
(Foto: Dok. Ist)

Nukilan.id – Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Ahmad Jaden dan Koordinator Lapangan, Ikhsan yang sebelumnya sempat ditangkap dan ditahan di Polresta Banda Aceh, kini sudah dilepas kembali.

Hal itu disampaikan Wakil Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Tarbiyah UIN Ar-Raniry, Anjas Rioga Novalta, yang juga salah satu peserta aksi demonstrasi di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) yang dibubarkan petugas Kepolisian.

Menurutnya, pembubaran dan penangkapan mahasiswa dalam aksi unjuk rasa merupakan hal biasa, namun penangkapannya tersebut jangan dilakukan seperti menangkap seorang penjahat.

Baca Juga: Polisi Bubarkan Paksa Aksi Demo di DPRA, Tiga Mahasiswa Ditangkap

“Sebenarnya penangkapan sah-sah saja, cuma harusnya tidak dengan cara seperti itu yang mengangap kami seolah seperti penjahat, padahal tujuan kami cuma ingin menyampaikan aspirasi,” ungkap Anjas kepada Nukilan.id saat berada di Polresta Banda Aceh.

Selain itu, dia menyampaikan, pihaknya sudah pernah mencoba untuk meminta audiensi dengan pihak DPRA dari 2 bulan yang lalu melalui surat yang dikeluarkan oleh Presiden Mahasiswa UIN Ar-Raniry. Namun, mereka mengabaikan surat permintaan audiensi  tersebut.

“Karena merasa tidak dipedulikan oleh DPRA, makanya kami melakukan aksi hari ini. Padahal, kami hanya menuntut dan menanyakan terkait perkembangan pendidikan dan perekonomian di Aceh saat ini yang dinilai telah melanggar hak-hak masyarakat Aceh. Sebab, sampai hari ini dunia pendidikan telah suram,” pungkasnya.[]

Reporter: Hadiansyah

Polisi Bubarkan Paksa Aksi Demo di DPRA, Tiga Mahasiswa Ditangkap

0

Nukilan.id – Puluhan Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry, Banda Aceh yang menggelar aksi unjuk rasa di Gedung Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) pada Rabu (18/8/2021) dibubarkan paksa oleh pihak Kepolisian yang ada di lokasi aksi.

Aksi unjuk rasa tersebut dalam rangka menyikapi terkait perkembangan pendidikan dan perekonomian di Aceh saat ini yang dinilai telah melanggar hak-hak masyarakat Aceh.

Diketahui, kegiatan aksi itu tidak ada Surat Tanda Terima Pemberitahuan (STTP) dari pihak Kepolisian maupun rekomendasi Satgas Penangan Covid-19 Banda Aceh. Selain itu, Banda Aceh juga saat ini masuk dalam zona merah Covid-19 atau Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Msyarakat (PPKM) Level 4.

Kejadian itu berawal saat pengunjuk rasa meminta untuk beraudiensi dengan Pimpinan DPRA. Namun, petugas Kepolisian menawarkan mereka agar mengirimkan 5 perwakilan saja untuk masuk ke Gedung DPRA, supaya tidak menimbulkan kerumunan.

Para pengunjuk rasa bersikeras untuk tetap meminta semua masuk ke Gedung DPRA. Dan karena tidak diberi masuk, akhirnya mereka tetap menggelar orasi tersebut di depan pintu gerbang DPRA.

Kemudian, pihak kepolisian meminta para pengunjuk rasa untuk membubarkan diri, dikarenakan sangat berisiko terhadap penularan Covid-19. Namun, mereka tak mengindahkan permintaan tersebut.

Akhirnya, pihak Kepolisian dalam hal ini, Kabag Ops Polresta banda Aceh, Kompol Juli Effendi memerintahkan anggotanya untuk segera membubarkan aksi itu dengan dimulai sampai hitungan ke 10.

Dalam pembubaran aksi tersebut, pihak kepolisian yang menggunakan pakaian preman langsung mengejar dan menangkap para pengunjuk rasa. Dan dikabarkan tiga orang berhasil ditangkap polisi dan dibawa langsung ke Polresta Banda Aceh. Ketiga orang mahasiswa tersebut yaitu, Koordinator aksi, Presiden Mahasiswa, dan Satu orang peserta aksi lainnya.[]

BMKG: Banda Aceh Potensi Hujan Disertai Petir

0
Ilustrasi Hujan. (foto: Shutterstock)

Nukilan.id – Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika memperkirakan sejumlah wilayah di Indonesia berpotensi mengalami potensi hujan petir hari ini, Rabu (18/8/2021).

Berdasarkan informasi prakiraan cuaca yang diunggah BMKG melalui laman www.bmkg.go.id yang di kutip di Jakarta, Rabu pagi, potensi hujan petir akan dialami Banda Aceh, Banjarmasin, Samarinda dan Bengkulu.

Hanya wilayah Mamuju yang diperkirakan akan mengalami hujan lebat dalam satu hari penuh.

Selanjutnya untuk wilayah yang akan terdampak potensi hujan dengan intensitas sedang yakni Semarang, Padang, Kendari, Palembang dan Medan.

Potensi hujan dengan intensitas ringan akan dirasakan sejumlah wilayah antara lain Serang, Bandung, Jambi, Pontianak, Palangkaraya, Samarinda, Ambon, Mataram dan Pekanbaru.

Untuk Jakarta, Bandar Lampung, Ternate, Makassar dan Jayapura akan mengalami cuaca berawan pada pagi hari ini.

Terakhir, hanya Surabaya dan Tarakan yang akan memiliki cuaca cerah pada hari ini.[Antara]

Bendera Raksasa Berkibar di Danau Laut Tawar Aceh Tengah

0
Bendera raksasa diameter 50x26 meter dibentangkan di Danau Laut Tawar, Aceh Tengah, Selasa (17/8/2021). Foto: iNews.id/Yusradi Yusuf

Nukilan.id – Bendera raksasa dengan ukuran 50×26 meter berkibat di Danau Laut Tawar, Aceh Tengah, yang menjadi ikon Kota Takengon. Pengibaran bendera dilakukan oleh jajaran TNI bekerja sama dengan warga dan mahasiswa.

Dandim 0106 Aceh Tengah, Letkol Inf Teddy Sofyan mengatakan, pengibaran bendera merah putih diameter 50×26 meter memiliki makna tersendiri dalam memperingati hari kemerdekaan. Dandim turut memimpin upacara dari tepi danau ketika bendera dibentangkan dan peserta melakukan hormat bendera.

“Jadi ukuran benderanya 50×26 meter. 50 ditambah 26 itu jadi 76, melambangkan hari kemerdekaan kita,” kata Dandim Teddy, Selasa (17/8/2021).

Bendera dibentangkan di atas danau dengan belasan perahu. Warga, pelajar dan mahasiswa dilibatkan dalam kegiatan tersebut.

“Pada dasarnya kami ingin meningkatkan nilai kebangsaan. Kita melibatkan warga, pelajar, kita rangkul mahasiswa,” ujar Dandim.[iNews]

Bendera raksasa diameter 50×26 meter dibentangkan di Danau Laut Tawar, Aceh Tengah, Selasa (17/8/2021). Foto: iNews.id/Yusradi Yusuf

BMKG: Waspada Gelombang Tinggi 4 Meter di Perairan Aceh

0

Nukilan.id – Kepala Seksi Data dan Informasi BMKG Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda Aceh Besar Zakaria Ahmad mengatakan bahwa peringatan tersebut dikeluarkan untuk perkiraan tinggi gelombang laut selama tiga hari ke depan mulai 17-20 Agustus 2021.

“Waspadai potensi gelombang tinggi di wilayah perairan Utara Sabang, perairan Barat Aceh, perairan Meulaboh – Kepulauan Sinabang dan Samudera Hindia Barat Aceh yang dapat mencapai 4 meter atau lebih,” kata Zakaria, Rabu (18/8/2021).

Selanjutnya, BMKG juga meminta masyarakat mewaspadai potensi gelombang laut dengan ketinggian mulai 1,25 hingga 2,5 meter di Selat Malaka bagian Utara, perairan penyeberangan Banda Aceh – Sabang dan perairan Lhokseumawe.

Sementara untuk penyeberangan kapal menuju Kabupaten Simeulue dari Kabupaten Aceh Barat atau Kepulauan Sinabang – Meulaboh, potensi tinggi gelombang laut mencapai 4 meter.

Untuk klasifikasi tinggi gelombang laut 1,25 hingga 2,5 meter masih kategori sedang, sedangkan ketinggian mulai 2,5 hingga 4 meter sudah kategori tinggi.

Sebab itu Zakaria mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan ketika melaut dalam kondisi cuaca tersebut.

“Kita mengimbau nelayan perlu mewaspadai tinggi gelombang saat melaut, lebih berhati-hati. Kemudian juga kita imbau kepada aktivitas penyeberangan Banda aceh – Sabang dan Aceh Barat – Simeulue,” katanya

Di samping itu, BMKG juga mengingatkan warga terhadap potensi hidrometeorologi di Aceh, terutama wilayah Kabupaten Aceh Tengah dan sebagian Bener Meriah yang berpotensi hujan deras hingga petir.

Sementara Sabang, Lhokseumawe, Banda Aceh serta sebagian wilayah Pidie kondisi cuaca cerah berawan.

“Sedangkan kondisi prakiraan cuaca di sejumlah kabupaten/kota lainnya di Aceh berawan tebal hingga hujan sedang,” kata Zakaria.[okezone.com]

Heboh Bendera Merah Putih Terpasang Terbalik di Aceh Barat

0
Foto: Insiden bendera merah putih terpasang terbalik di halaman Kantor di Aceh Barat yang terekam warga (ANTARA/HO)

Nukilan.id – Heboh, Foto bendera Merah Putih dipasang terbalik berkibar di salah satu kantor dinas di Aceh Barat. Apa penyebab bendera itu terbalik?

Dilansir dari Antara, Rabu (18/8/2021), bendera terbalik itu berkibar di halaman Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Kabupaten Aceh Barat. Insiden itu menjadi perhatian karena beredar di media sosial.

Kepala Kantor Perpustakaan dan Arsip Daerah Aceh Barat, Tarfin, kemudian buka suara. Dia mengatakan insiden terbaliknya pemasangan bendera Merah Putih di halaman kantor setempat merupakan peristiwa yang tidak disengaja.

“Kami tegaskan bahwa insiden berkibarnya bendera Merah Putih di halaman kantor ini karena kealpaan petugas jaga malam, karena saat benderanya dipasang, diduga petugasnya masih mengantuk,” kata Tarfin.

Dia mengatakan petugas jaga malam itu langsung pulang ke rumah tanpa melihat lebih jelas kondisi bendera. Peristiwa tersebut, kata Tarfin, diduga direkam warga dan tersebar melalui media sosial.

Tarfin menyebut peristiwa itu terjadi pada Hari Kamis (12/8), saat dirinya akan memulai tugas perdana di kantor setempat. Dia menegaskan petugas jaga malam yang memasang bendera terbalik telah diberi teguran.

Dia meminta petugas lebih berhati-hati saat melakukan pemasangan bendera Merah Putih saat pagi hari. Bendera yang terbalik itu kemudian diturunkan dan dikibarkan lagi oleh petugas lain sebagaimana mestinya.

Tarfin menegaskan insiden tersebut murni kealpaan petugas jaga malam yang masih mengantuk. Dia mengatakan peristiwa itu tidak terkait dengan perayaan Hari Kemerdekaan RI ke-76.

“Insiden terbaliknya bendera Merah Putih ini juga tidak terkait dengan Peringatan HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 tahun,” kata Tarfin. [detik.com]

Foto: Insiden bendera merah putih terpasang terbalik di halaman Kantor di Aceh Barat yang terekam warga (ANTARA/HO)

Bea Cukai Fasilitasi Ekspor Bahan Makanan Khas Aceh ke Denmark

0
Ilustrasi. FOTO: MI/RAMDANI

Nukilan.id – Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Provinsi Aceh memfasilitasi pengiriman ekspor produk Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dari provinsi itu berupa bahan makanan khas ke Denmark, negara di Eropa. Diharapkan ekspor ini bisa terus meningkat di kemudian hari.

Kepala Bidang Humas Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Bea Cukai Provinsi Aceh Isnu Irwantoro mengatakan ekspor bahan makanan khas Aceh tersebut dalam meningkatkan devisa negara. Ada beberapa bahan makanan khas Aceh produk UMKM yang difasilitasi ekspornya ke Denmark.

“Walaupun jumlah belum begitu banyak, namun ekspor ini langkah awal membangun pasar prouk UMKM di luar negeri,” kata Isnu Irwantoro, dilansir dari Antara, Rabu, 18 Agustus 2021.

Bahan makanan khas Aceh yang diekspor ke Denmark tersebut yakni patarana atau dikenal dengan nama “pliek u”, emping melinjo, kapulaga, kemiri, kencur, dan asam keping. Isnu Irwantoro mengatakan berat barang yang diekspor tersebut tidak terlalu banyak, sekitar 53 kilogram. Pengiriman barang tersebut melalui jasa pengiriman DHL Express.

“Kendati jumlahnya tidak terlalu banyak, namun ekspor ini merupakan implementasi program pemulihan ekonomi nasional di tengah pandemi COVID-19. Ekspor tersebut juga untuk membangkitkan UMKM dari kesulitan akibat pandemi covid-19 yang kini masih berlangsung,” kata Isnu Irwantoro.

Isnu Irwantoro mengatakan ekspor bahan makanan khas Aceh tersebut merupakan tindak lanjut kegiatan “Business Matching Hongkong” pada 7 April 2021. Pertemuan itu menghadirkan UMKM dengan kalangan pengusaha luar negeri.

“Kami berharap dengan ekspor tersebut akan membuka peluang pasar internasional bagi komoditas lainnya di Aceh. Aceh memiliki sumber daya komoditas ekspor yang bisa membangkitkan perekonomian masyarakat di provinsi tersebut,” pungkas Isnu Irwantoro.[medcom]

Ilustrasi. FOTO: MI/RAMDANI

Gelora Kemerdekaan di Aceh Mulai Bergemuruh 29 Agustus 1945

0

Nukilan.id – Gemuruh kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945 yang mengudara di Jakarta sayup-sayup merambat samar hingga ke Aceh. Kabar proklamasi kemerdekaan oleh  Sukarno-Hatta jadi desas-desus terselubung sejumlah kalangan, saat rakyat Aceh masih gamang di bawah tekanan Jepang.

Tak ada gegap gempita di Aceh. Kalangan pemuda masih ragu dengan informasi bawah tanah tersebut. Kelompok pergerakan memilih menahan diri sambil menunggu kepulangan Teuku Muhammad Hasan dari Jakarta.

Tokoh besar Aceh itu sudah jauh hari bertolak bersama Mohammad Amir mewakili Sumatera dalam perumusan persiapan kemerdekaan Indonesia.

“Desas-desus mengenai berita [kemerdekaan] tersebut jauh sebelumnya telah didengar oleh beberapa tokoh Aceh. [Namun] Mereka belum berani mengumumkannya kepada masyarakat, karena masih merasa takut pada kekejaman tentara Jepang saat itu,” ujar sejarawan Aceh Teuku Abdullah, akrab disapa T.A Sakti.

Kabar kemerdekaan Indonesia pertama kali didapat oleh sejumlah staf kantor berita seperti Hodoka Kutaradja dan surat kabar Atjeh Simbun pada 21 Agustus 1945. Informasi itu menjalar jadi bisik-bisik di kalangan pergerakan. Mereka bergelut dengan keraguan di tengah keterbatasan informasi.

Seiring ketidakpastian, kabar kemerdekaan terus berseliweran. Teuku Muhammad Hasan tak kunjung datang, gelisah pemuda pun tak lagi bisa dibendung.

Upaya perlawanan akhirnya meletus pada 24 Agustus 1945. Pejuang Aceh terkemuka, Teuku Nyak Arif pasang badan memimpin pergerakan kibar bendera merah putih di Aceh.

Namun rupanya unjuk perlawanan tersebut tak membuat banyak rakyat ikut tergerak. Masyarakat awam saat itu masih belum terlalu paham dengan aksi kibar merah putih yang dipimpin oleh Teuku Nyak Arif.

Barulah ketika Teuku M Hasan dan M Amir pulang dari Jakarta, rakyat Aceh yakin seutuhnya dengan berita kemerdekaan. Segalanya menjadi terang. Aceh tak lagi sembunyi di bayang-bayang keraguan.

T.A Sakti menggarisbawahi, Hasan dan Amir merupakan tokoh penting pembawa kabar dari Jakarta tentang kemerdekaan Indonesia, untuk kemudian dikumandangkan secara luas kepada masyarakat di Aceh pada 29 Agustus 1945

Syahdan sejak itu tokoh-tokoh masyarakat lepas terjun mempelopori gerakan di masyarakat. Para pemuda pun masif melakukan kampanye kepada rakyat untuk menyiarkan kabar kemerdekaan. Warga tergerak memberanikan diri mengibarkan bendera merah putih di berbagai gedung maupun bangunan-bangunan strategis.

“Surat kabar Semangat Merdeka diterbitkan oleh para pemuda untuk menyebarluaskan berita-berita proklamasi dengan cara menempel di tembok-tembok, di rumah-rumah, di toko-toko, di kantor dan sebagainya,” ujar Sakti.

Negara Berutang ke Rakyat Aceh

Selepas Indonesia merdeka, Juni 1948 Presiden Sukarno berkunjung ke Aceh, mengumpulkan tokoh pejuang, pengusaha, dan beberapa pemuda di Hotel Atjeh.

Dia meminta kepada masyarakat Aceh untuk menyumbangkan pesawat yang sangat dibutuhkan untuk kelancaran perjuangan.

Di kemudian hari, warga Aceh membelikan pesawat untuk pemerintah Indonesia dengan nomor RI-001 (Gunawan Kartapranata Via Wikimedia (CC-BY-SA-3.0))

Dengan bantuan para saudagar, pemerintah daerah Aceh dapat membeli pesawat pada akhir bulan Oktober 1948 dengan nomor register RI-001, pesawat itu kemudian oleh Presiden Sukarno diberi nama Seulawah RI-001.

Saat itu rakyat Aceh antusias menyumbang. Rakyat rela pintu rumah mereka digedor di malam hari untuk dimintai sebagian dari emas atau barang lainnya.

Ada seorang saksi sejarah penyumbang pembelian pesawat yang masih hidup hingga saat ini yaitu Nyak Sandang.

Dia satu di antara masyarakat yang menyimpan bukti obligasi sebagai donatur pembelian pesawat dengan nama Seulawah 001 atau saat ini bernama Garuda Indonesia Airways.

Ia menceritakan, saat itu Gubernur Aceh, Tgk Daud Bere’euh mengunjungi Masjid Lamno, Kabupaten Aceh Jaya untuk bertemu dengan masyarakat. Dia mengumumkan bahwa Presiden Sukarno meminta Rakyat Aceh agar menyumbangkan hartanya supaya Indonesia bisa memiliki pesawat.

Saat itu Indonesia baru saja mendeklarasikan kemerdekaan dan pesawat menjadi transportasi yang sangat penting untuk berpergian. Termasuk untuk mengabarkan kepada dunia bahwa telah berdiri sebuah negara bernama Indonesia.

“Atas seruan Gubernur saat itu, kita rela menyisihkan harta benda, untuk kita sumbangkan. Apalagi ini untuk kepentingan Negara, ada yang menyumbang ayam, kambing, uang bahkan tanah,” kata Nyak Sandang saat ditemui di kediamannya, di Desa Lhuet, Kecamatan Jaya, Kabupaten Aceh Jaya.

Nyak Sandang waktu itu berusia 23 Tahun. Ia dan Ayahnya menyumbang sepetak tanah dengan luas di dalamnya 40 batang kelapa. Tanah itu dijual seharga 100 perak pada 1950.

Tanpa pikir panjang dan ikhlas memberikan sumbangan, kata dia, para donatur diberikan bukti surat pernyataan utang (Obligasi).

“Kami dikasih surat ini setelah menyumbang, dan akan dibayar kembali dalam waktu 40 Tahun,” ujarnya.

Bukan hanya dia, warga di Lamno saat itu ada juga yang menyerahkan seluruh hartanya untuk di sumbangkan. Namun, 40 Tahun berjalan, janji untuk mengembalikan itu terkubur dalam ingatan warga sekitar, apalagi paska itu Sukarno dilengserkan.

Nyak Sandang masih menyimpan dengan rapi tanda penerimaan uang darinya kepada pemerintah Indonesia. Termaktub keterangan bahwa sumbangan tersebut berbentuk utang pemerintah Indonesia kepada rakyat Aceh.

Tanda penerimaan tersebut memuat jenis utang, jumlah, nama yang mendaftarkan, tahun dan tanda tangan penerima. Semua keterangan tersebut ditulis dalam ejaan lama. Kemudian tulisannya masih terlihat jelas.

Ia menjadi orang Aceh pertama yang membuktikan sejarah bahwa masyarakat Aceh benar telah menyumbang pembelian pesawat untuk Negara lewat obligasi yang dimilikinya. [cnnindonesia.com]

Merdeka! Gubernur Aceh Serahkan SK Remisi ke Warga Binaan Lapas

0

Nukilan.id – Gubernur Aceh yang diwakili Asisten Pemerintahan dan Keistimewaan Sekda Aceh M Jafar, Selasa (17/08/2021), menyerahkan Surat Keputusan Remisi Umum (RU) secara simbolik kepada Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) di Lembaga Pemasyarakatan Kelas IIA Banda Aceh, dalam rangka Hari Ulang Tahun (HUT) ke-76 Kemerdekaan Republik Indonesia (RI).

Turut mendampingi Jafar dalam penyerahan remisi umum yang berlangsung di Lapas Lambaro itu, Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM Aceh Meurah Budiman berserta Wakil Wali Kota Banda Aceh, Zainal Arifin.

Dalam sambutannya, Jafar mengatakan, pemberian remisi kepada warga binaan lapas tersebut secara khusus diberikan kepada warga binaan tertentu, seperti narapidana yang telah berjasa dalam bidang kemanusiaan selama masa tahanan, dan napi yang berperan sebagai pemuka bagi napi lainnya.

“Jadi intinya, selama berada dalam masa pembinaan ini, proses penilaian perilaku tetap berjalan. Oleh sebab itu, warga binaan diharapkan untuk terus bersikap baik dan terpuji selama mengikuti proses pembinaan ini,” kata Jafar.

Karena itu, ia meminta, kepada para napi yang mendapatkan remisi agar senantiasa bersyukur, dengan terus berperilaku baik selama dalam pembinaan. Dengan demikian, kehidupan para narapidana akan lebih bermakna dan tenang saat kembali untuk hidup di tengah-tengah masyarakat.

“Kepada narapidana yang mendapatkan remisi, Saya ucapkan selamat. Semoga remisi ini memberikan kesadaran kepada Saudara untuk berperan lebih baik lagi dalam pembangunan di tengah masyarakat nanti,” ujarnya.

Jafar menambahkan, untuk Lapas Lambaro yang mendapatkan remisi umum atau pengurangan masa tahanan pada peringatan kemerdekaan Indonesia tersebut sebanyak 444 orang narapidana, dari jumlah jumlah keseluruhan narapidana di Lapas Lambaro sebanyak 593 orang.

Sedangkan jumlah keseluruhan narapidana yang memperoleh remisi di Aceh sebanyak 4.941 orang. Dari jumlah tersebut 12 narapidana diantaranya dinyatakan bebas, sedangkan sisanya mendapatkan jumlah remisi yang bervariasi mulai dari 1 bulan hingga 6 bulan.

Sementara Kepala Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan Ham Aceh Meurah Budiman mengatakan, Aceh mengusulkan remisi umum bagi narapidana sebanyak 4.945 orang. Dari jumlah tahanan tersebut yang memperoleh remisi umum dan dinyatakan memenuhi syarat administrasi dan substantif sebanyak 4.941 orang.

“Dari 4.945 yang disetujui 4.941 orang. Sedangkan untuk remisi II hanya 12 orang saja baik dari lapas Langsa, Bireuen, Banda Aceh maupun Lhoknga itu ada yang bebas karena mendapatkan remisi,” kata Meurah.

Pertemuan itu menerapkan protokol kesehatan ketat, yakni memakai masker, dan menjaga jarak.