Beranda blog Halaman 188

Al-Farlaky Targetkan Aceh Timur Jadi Daerah Pertama Legalkan Sumur Minyak Rakyat

0
Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al Farlaky. (Foto: Kompas.com)

NUKILAN.ID | IDI RAYEUK – Bupati Aceh Timur, Iskandar Usman Al-Farlaky, menyambut baik terbitnya Peraturan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Nomor 14 Tahun 2025 yang akan menjadi landasan hukum kerja sama pengelolaan wilayah migas oleh masyarakat. Aturan ini rencananya akan diumumkan secara resmi pada 2 Juli 2025 oleh Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia.

Langkah ini dinilai penting untuk memberi kepastian hukum terhadap aktivitas pengeboran minyak yang selama ini dilakukan secara tradisional oleh masyarakat, terutama di wilayah-wilayah seperti Blok Peureulak yang memiliki sejumlah sumur tua.

“Saya sudah intruksikan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) PT Aceh Timur Energi (ATEM) untuk mendata seluruh sumur minyak ilegal yang selama ini dikelola masyarakat,” ujar Iskandar saat dihubungi melalui sambungan telepon pada Sabtu (28/6/2025).

Tak hanya itu, Bupati yang juga politisi Partai Aceh ini menyatakan bahwa pihaknya telah mengajukan permintaan jadwal pertemuan dengan Menteri ESDM guna membahas kesiapan daerah menyambut regulasi baru tersebut. Ia menilai legalisasi ini akan membuka peluang besar bagi kesejahteraan masyarakat, asalkan difasilitasi secara tepat oleh lembaga daerah.

“Saya juga sudah minta jadwal Menteri ESDM untuk bertemu,” lanjutnya.

Iskandar menegaskan pentingnya peran koperasi dan BUMD sebagai penghubung antara masyarakat dan pemerintah dalam proses legalisasi ini agar tidak berjalan secara sporadis.

“Kami siap memfasilitasi, menyiapkan kelembagaan lokal, bahkan jika perlu mendorong peran koperasi atau BUMD agar masyarakat tidak jalan sendiri. Ini soal masa depan mereka,” ucapnya.

Iskandar juga menyatakan keinginannya agar Aceh Timur menjadi daerah pertama yang mengajukan proses legalisasi begitu aturan resmi disosialisasikan.

“Saya minta agar PT ATEM menyelesaikan pendataan segera, begitu aturan disosialisasikan, seluruh syarat kita lengkapi agar pengeboran minyak oleh rakyat Aceh Timur legal, aman, dan secara bisnis menguntungkan masyarakat,” pungkasnya.

EDITOR: AKIL

Lansia Asal Banda Aceh Meninggal di Sauna Kuta Baro, Diduga karena Riwayat Darah Tinggi

0
Ilustrasi Meninggal. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Artem_Furman)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Seorang pria lanjut usia asal Banda Aceh, Syukri Hasan (68), ditemukan meninggal dunia di sebuah tempat pemandian sauna di kawasan Kuta Baro, Aceh Besar, Jumat (27/6/2025) sore. Almarhum diketahui merupakan warga Desa Ie Masen Kaye Adang, Kecamatan Syiah Kuala, Banda Aceh.

Kapolsek Kuta Baro, Iptu Firmansyah, membenarkan peristiwa tersebut. Ia menjelaskan bahwa korban ditemukan pertama kali oleh seorang saksi bernama Safari Anzib, yang saat itu baru saja kembali bekerja usai bertugas di Bandara Sultan Iskandar Muda.

“Korban pertama kali ditemukan saksi, sekitar pukul 17.00 WIB,” ujar Iptu Firmansyah saat dikonfirmasi, Sabtu (28/6/2025).

Menurut keterangan, ketika saksi membuka pintu ruangan sauna untuk menggantikan shift penjagaan, ia mendapati korban sudah dalam posisi tergeletak di lantai.

“Kemudian saksi meminta bantuan kepada orang lain untuk mengangkat korban guna dibawa keluar dari ruang sauna, lalu Safari selaku penanggung jawab tempat usaha menghubungi Polsek Kuta Baro,” kata Kapolsek.

Setelah menerima laporan, pihak kepolisian dari Polsek Kuta Baro langsung menuju lokasi untuk melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). Dari hasil pemeriksaan awal, polisi tidak menemukan adanya unsur kekerasan atau tanda-tanda kriminal pada tubuh korban.

“Korban meninggal tidak ditemukan adanya tanda-tanda kekerasan,” lanjutnya. “Korban adalah konsumen di tempat sauna itu,” sambungnya.

Pihak keluarga turut memberikan keterangan bahwa almarhum memiliki riwayat tekanan darah tinggi dan saat kejadian sedang menjalani ibadah puasa.

“Kemarin sore langsung dijemput oleh anak kandung beliau,” ungkap Kapolsek. “Dibawa ke RSUZA untuk dimandikan dan dikafankan,” pungkasnya.

Editor: Akil

ICMI Aceh Dukung Langkah Mualem Surati Presiden Terkait Tanah Blang Padang

0
Ketua Umum ICMI Aceh, Taqwaddin. (Foto: BeritaMerdeka)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Wilayah Aceh menyatakan dukungan penuh terhadap langkah Gubernur Aceh nonaktif, Muzakir Manaf (Mualem), yang mengirim surat kepada Presiden Prabowo Subianto mengenai status pengelolaan Tanah Blang Padang di Banda Aceh.

Ketua MPW ICMI Aceh, Dr Taqwaddin, menyebut dukungan tersebut tidak hanya secara moral, namun juga siap dalam bentuk kajian dan analisis multidisipliner jika dibutuhkan.

“Kami mendukung surat Mualem tersebut. Bahkan jika diperlukan, kami siap membantu kajian dan analisis dari berbagai bidang karena dalam Organisasi ICMI Aceh memiliki banyak para ahli yang Doktor maupun Profesor,” ujar Taqwaddin, yang juga menjabat sebagai Hakim Tinggi Ad Hoc Tipikor, Sabtu (28/6/2025).

Surat yang dikirim Mualem kepada Presiden berisi permintaan agar pemerintah pusat mengembalikan pengelolaan Tanah Blang Padang kepada Masjid Raya Baiturrahman. Selama ini, tanah tersebut berada di bawah penguasaan dan pengelolaan Kodam Iskandar Muda.

Menurut Taqwaddin, tanah yang berstatus wakaf diatur melalui regulasi tersendiri, yakni Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf, dan berbeda dari tata kelola tanah negara yang diatur dalam UU Nomor 5 Tahun 1960 tentang Pokok Agraria.

Ia menjelaskan bahwa dalam perspektif teori kepemilikan, tanah terbagi dalam empat tingkatan: Tanah Tuhan, Tanah Negara, Tanah Masyarakat, dan Tanah Milik Orang. Tanah wakaf, dalam hal ini, masuk dalam kategori terakhir sebagai milik individu atau badan hukum yang dikembalikan kepada Allah sebagai bentuk ibadah.

“Jadi esensinya, tanah wakaf itu adalah tanah milik orang (badan hukum ataupun orang perseorangan) yang dikembalikan kepada Allah Yang Kuasa,” imbuhnya.

Sementara itu, Anggota Penasehat ICMI Aceh, Prof Hasbi Amiruddin, menegaskan bahwa penyalahgunaan tanah wakaf bertentangan dengan hukum agama.

“Tanah wakaf, apalagi diwakafkan kepada masjid. Jika digunakan untuk hal lain, apalagi untuk bisnis pribadi seseorang, atau kelompok tertentu maka hukumnya berdosa dan hasilnya juga haram digunakan. Dan akibat yang berat adalah, Allah akan menghukum orang yang menyalahgunakan harta wakaf tersebut,” ujar Hasbi yang juga Guru Besar di UIN Ar-Raniry Banda Aceh.

Ia menambahkan, niat utama wakaf adalah untuk mendukung pelaksanaan syiar Islam dan mengalirkan pahala jariah bagi pewakaf. Pengalihan fungsi tanah wakaf, menurutnya, dapat mengurangi manfaat spiritual yang diniatkan oleh pewakaf tersebut.

Lebih lanjut, ICMI Aceh berharap Presiden Prabowo dapat mengambil keputusan yang arif terkait status lahan tersebut.

“Kami yakin dengan kewibawaan Pak Prabowo Subianto yang secara batiniah memiliki hubungan khusus dengan Mualem agar menerbitkan kebijakan yang tepat untuk Aceh sebagaimana kebijakannya terkait empat pulau,” pungkas Taqwaddin.

Peringatan Hari Bhayangkara ke-79, Ribuan Warga Aceh Tengah Meriahkan Jalan Santai

0
Ribuan Warga Aceh Tengah Meriahkan Jalan Santai di Peringatan Hari Bhayangkara ke-79. (Foto: LintasGayo)

NUKILAN.ID | TAKENGON — Ribuan warga memadati ruas Jalan Leube Kader, Kota Takengon, Kabupaten Aceh Tengah, Sabtu pagi (28/6/2025), untuk mengikuti kegiatan jalan santai dan senam massal dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-79.

Kegiatan yang diselenggarakan Polres Aceh Tengah ini merupakan bagian dari rangkaian acara menuju puncak perayaan Hari Bhayangkara pada 1 Juli mendatang. Antusiasme terlihat dari keikutsertaan masyarakat dari berbagai usia, mulai dari anak-anak hingga lansia, yang turut memeriahkan suasana penuh semangat dan keakraban.

Rute jalan santai dimulai dari depan Mapolres Aceh Tengah, melintasi Bundaran Simpang V, Simpang Terminal, Simpang Wariji, dan kembali ke titik awal. Usai jalan santai, peserta diajak mengikuti senam bersama dan berkesempatan mendapatkan hadiah doorprize menarik.

Satu unit sepeda motor menjadi hadiah utama dalam kegiatan ini, selain itu disediakan juga hadiah lainnya seperti sepeda gunung, televisi, kulkas, serta beragam bingkisan hiburan yang disambut antusias oleh masyarakat.

Pelepasan peserta dilakukan langsung oleh Bupati Aceh Tengah, didampingi Kapolres Aceh Tengah AKBP Dody Indra Eka Putra, S.I.K., M.H., serta unsur Forkopimda dan sejumlah tamu undangan.

Dalam sambutannya, Kapolres AKBP Dody menekankan bahwa kegiatan ini mencerminkan kedekatan Polri dengan masyarakat.

“Perayaan ini kami kemas dengan berbagai kegiatan, tidak hanya olahraga, tapi juga senam bersama, festival kuliner dan UMKM, hiburan musik, serta malam harinya akan digelar Didong Jalu antara Teruna Jaya dan Siner Pagi Mude sebagai pelestarian budaya Gayo,” ujar AKBP Dody.

Ia berharap peringatan Hari Bhayangkara ke-79 ini dapat menjadi momen memperkuat silaturahmi dan komitmen pelayanan terbaik kepada publik.

“Melalui kegiatan ini, kita pupuk semangat persaudaraan dan kecintaan terhadap budaya lokal,” tambahnya.

Senada dengan itu, Bupati Aceh Tengah menyampaikan apresiasinya kepada Polres Aceh Tengah atas inisiatif kegiatan yang merangkul masyarakat.

“Semoga Kepolisian semakin dicintai rakyat, menjadi pelindung, pengayom, dan pelayan masyarakat yang profesional, humanis, serta responsif terhadap dinamika sosial,” ujarnya.

Ia juga menyoroti pentingnya dukungan terhadap pelaku UMKM yang ikut serta membuka stand produk lokal dalam kegiatan tersebut.

“UMKM adalah tulang punggung ekonomi daerah. Kegiatan seperti ini bukan hanya sebagai hiburan dan olahraga, tapi juga ruang promosi yang efektif bagi pelaku usaha,” imbuhnya.

Semarak kegiatan, kehadiran ribuan warga, dan beragam hiburan yang disuguhkan, menjadikan momen ini tak hanya sebagai bentuk peringatan semata, melainkan juga cerminan kuatnya sinergi antara Polri, pemerintah daerah, dan masyarakat dalam membangun lingkungan yang sehat, aman, dan penuh kebersamaan.

Editor: Akil

BMKG Ingatkan Waspada Suhu Maksimum 34 Derajat Celsius di Aceh dan Medan

0
Ilustrasi cuaca panas. (Foto: Pinterest)

NUKILAN.ID | JAKARTA – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengeluarkan peringatan terkait suhu maksimum yang cukup tinggi di sejumlah wilayah pada hari ini, Minggu, 29 Juni 2025. Dalam keterangannya, suhu di beberapa kota besar terpantau mencapai angka yang cukup mengkhawatirkan.

“Suhu maksimum di Aceh dan Medan mencapai 34 derajat Celsius,” ungkap Prakirawan BMKG Rira A Damanik, Minggu (29/6/2025).

Selain Aceh dan Medan, kota-kota lain juga mengalami suhu yang cukup tinggi. Tanjung Pinang dan Bengkulu tercatat mengalami suhu maksimum hingga 33 derajat Celsius. Sementara itu, Jambi dan Lampung mencatat suhu maksimum sebesar 32 derajat Celsius.

“Selanjutnya di Jambi dan Lampung suhu maksimum mencapai 32 derajat Celsius,” jelas dia.

Pekanbaru dan Padang berada di kisaran suhu yang lebih rendah dibanding kota lainnya, dengan suhu maksimum masing-masing 28 dan 27 derajat Celsius.

“Suhu yang mencapai 34 derajat celsius sehingga diharapkan tetap waspada terutama bagi yang beraktivitas di luar ruangan,” jeals Rira.

BMKG mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dan menghindari paparan langsung sinar matahari dalam waktu lama, terutama pada siang hari. Masyarakat juga diingatkan untuk tetap mengonsumsi air putih yang cukup agar terhindar dari dehidrasi akibat cuaca panas.

EDITOR: AKIL

392 Jamaah Haji Asal Aceh Kloter Pertama Tiba di Tanah Air

0
Ilustrasi jemaah haji. (Foto: MetroTV)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Sebanyak 392 jamaah haji asal Kota Banda Aceh yang tergabung dalam kelompok terbang (kloter) pertama telah tiba kembali di tanah air melalui Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Aceh Besar, pada Sabtu (28/6/2025) pagi.

Kepulangan rombongan pertama ini disambut langsung oleh Petugas Penyelenggara Ibadah Haji Indonesia (PPIH) Embarkasi Aceh. Ketua PPIH Embarkasi Aceh, Azhari, menyampaikan bahwa pesawat yang membawa jamaah mendarat lebih cepat dari jadwal yang telah ditetapkan.

“Alhamdulillah, hari ini kloter pertama haji Aceh sudah tiba di tanah air, mendarat pada pukul 06:30 WIB, lebih cepat dari jadwal sebelumnya,” ujar Azhari di Bandara SIM, Aceh Besar.

Diketahui, jumlah jamaah kloter pertama ini sebelumnya berjumlah 393 orang saat diberangkatkan. Namun, satu orang jamaah meninggal dunia di tanah suci karena sakit, sehingga jumlah yang kembali ke tanah air menjadi 392 orang.

“Semoga yang meninggal di Arab Saudi mendapatkan haji mabrur, dan keluarga yang ditinggalkan tabah menghadapinya,” sambungnya.

Azhari juga mengimbau agar jamaah yang baru tiba dapat bersikap tertib dan mematuhi prosedur pemulangan. Khusus kloter pertama yang berasal dari Banda Aceh, mereka diperkenankan langsung dijemput oleh keluarga masing-masing di Asrama Haji.

“Setelah pelepasan langsung dijemput oleh keluarga, karena hari ini jamaahnya asal Banda Aceh,” jelasnya.

Menurut kebijakan PPIH, hanya jamaah dari Banda Aceh dan Aceh Besar yang dapat dijemput langsung oleh keluarga, mengingat lokasi mereka yang dekat dengan asrama. Sementara itu, jamaah dari kabupaten/kota lain akan diantar dengan bus menuju titik penjemputan di daerah masing-masing yang telah ditentukan oleh pemerintah daerah.

Untuk tahun ini, PPIH Embarkasi Aceh mencatat sebanyak 4.446 jamaah haji diberangkatkan ke tanah suci. Hingga saat ini, 12 orang di antaranya dilaporkan meninggal dunia di Arab Saudi akibat gangguan kesehatan.

Kepulangan jamaah haji Aceh ke tanah air akan berlangsung bertahap mulai 27 Juni hingga 9 Juli 2025 melalui Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA), Madinah.

Editor: AKIL

Masjid Baiturrahim Ulee Lheue: Saksi Bisu Tsunami

0
Masjid Baiturrahim Ulee Lheue. (Foto: Popularitas)

NUKILAN.ID | FEATURE – Angin laut pagi itu terasa seperti biasa—sejuk, asin, dan mengirimkan bisikan dari ujung Selat Malaka. Tapi ada yang tak biasa dari langkah kaki para pengunjung yang tiba di pantai Ulee Lheue, Banda Aceh. Mereka tak hanya mencari ketenangan, tapi juga kenangan. Di hadapan mereka berdiri sebuah bangunan yang anggun dan bersahaja: Masjid Baiturrahim, rumah ibadah yang tak pernah roboh meski lautan pernah mengamuk hebat.

Bagi sebagian orang, ia hanya tempat sujud. Tapi bagi banyak warga Aceh, masjid ini adalah penjaga iman, pelipur lara, dan saksi bisu dari tragedi kemanusiaan terbesar yang pernah melanda tanah rencong.

Minggu pagi itu, 26 Desember 2004, adalah hari yang tak akan dilupakan siapa pun yang hidup di Aceh. Kota Banda Aceh baru saja terjaga ketika bumi berguncang hebat. Tidak lama kemudian, dinding air setinggi pohon kelapa datang menerjang dari arah laut, melumat kota, menyapu rumah, kendaraan, dan manusia tanpa pandang bulu.

Ulee Lheue, yang dulunya dikenal sebagai kawasan pelabuhan yang padat dan ramai, menjadi ladang puing dan tubuh-tubuh tanpa nyawa. Tapi ada yang tak ikut terseret: Masjid Baiturrahim tetap berdiri.

Kisah tentang masjid ini sebenarnya telah banyak ditulis oleh berbagai penulis, baik dalam artikel maupun jurnal. Letaknya hanya beberapa puluh meter dari garis pantai. Secara logika, bangunan ini seharusnya sudah rata dengan tanah. Namun kenyataannya, masjid itu masih berdiri kokoh, meski terdapat luka-luka kecil di sisi dan bagian belakangnya.

“Salat lima waktu secara berjamaah selalu kami gelar di sini. Bahkan pada hari terjadinya tsunami, kami juga menggelar salat Zuhur berjamaah di sini,” tutur Subhan, pengurus masjid, sebagaimana dalam wawancaranya dengan VOA Islam pada 2013 silam.

Namun, dalam hitungan menit, ketenangan berubah menjadi teror. Gempa dahsyat berkekuatan 9,3 magnitudo mengguncang, disusul gelombang laut setinggi lebih dari 10 meter yang menggulung daratan. Ulee Lheue—yang saat itu dihuni sekitar 6.000 jiwa—rata dengan tanah. Empat dusun hilang. Tapi Masjid Baiturrahim tetap berdiri.

“Hari itu saya melihat Ulee Lheue antara percaya dan tidak. Seperti dalam mimpi. Semua rata dengan tanah, satu-satunya bangunan selamat hanya masjid ini,” kata Subhan.

Ia mengenang bagaimana tiga gelombang menerjang masjid itu. Setiap kali menghantam, gelombang raksasa seperti pecah di dinding masjid. Air laut mengamuk di luar, namun di dalam masjid, air terasa tenang.

“Kondisi air dalam masjid saat itu begitu tenang, orang bisa berenang antara tiang ini ke tiang itu, sementara di luar bergulung-gulung sangat ganas,” ujar Subhan.

Banyak warga yang mencoba menyelamatkan diri dengan naik ke lantai atas masjid. Namun maut tetap mengintai. Namun, dalam berbagai sumber tercatat hanya sembilan orang yang berhasil mencapai atap masjid dan selamat.

Ketika air surut, masjid bersih dari jenazah, hanya satu jasad perempuan tua ditemukan di sudut ruangan. Al-Qur’an dan kitab suci lainnya berserakan dalam kondisi utuh. Bangunan masjid rusak hanya sekitar 20 persen di bagian samping dan belakang, padahal ia dibangun tanpa rangka besi.

Rasa penasaran mendorong penulis menelusuri catatan sejarah digital. Dari situ, penulis menemukan bahwa salah satu dari sembilan orang yang selamat adalah Syarifah Mazura. Dikutip dari KBA.ONE, saat itu ia berusia 40 tahun dan tinggal di sebuah rumah kontrakan yang terletak persis di depan masjid.

“Pagi itu kami semua berlarian ke Masjid Jami’ Baiturrahim Ulee Lheue. Rumah sewaan saya tepat di depan Masjid itu,” ungkap Syarifah.

Ia memeluk ketiga anaknya erat-erat, berharap akan selamat. Namun ombak raksasa datang menghantam seperti ular kobra raksasa. Genggaman itu terlepas. Ketiga anaknya, suami, dan orang tuanya hilang dari pandangan.

“Mereka sempat minta maaf ke saya. Umi, maafin kami kalau ada salah selama ini,” kenang Syarifah, mengulang kalimat terakhir dari sang anak.

Ia sendiri sempat terseret arus. Tubuhnya terapung di sekitar masjid. Seorang pria melihatnya dan mencoba menyelamatkan. Pertama menarik rambutnya, lalu akhirnya berhasil menarik lengannya yang mulai kaku.

“Alhamdulillah saya bisa naik ke atap masjid, kami selamat sembilan orang dan ada anak usia 8 bulan satu orang,” katanya.

Sembilan jam mereka bertahan di atas atap masjid. Ketika air benar-benar surut, mereka berjalan kaki ke kota. Mayat-mayat berserakan di sepanjang jalan.

“Saat itu saya sudah linglung, anak hilang, suami juga sudah tiada. Saya hanya sendiri saat itu,” ujarnya.

Tahun-tahun setelahnya, ia habiskan dalam proses penyembuhan. Kini, ia membangun kembali hidupnya dengan keluarga kecil yang baru. Syarifah kini mengabdikan diri sebagai petugas memandikan jenazah dan guru pengajian ibu-ibu di Ulee Lheue.

“Saya bersyukur bisa selamat, meski sendiri tapi saya coba bangkit lagi,” ucapnya.

Masjid Baiturrahim bukan hanya milik masa kini. Jejak sejarahnya membentang hingga ke abad ke-17, saat Kesultanan Aceh masih berjaya. Dulu ia dikenal sebagai Masjid Jami’ Ulee Lheue, pusat spiritual masyarakat pelabuhan yang dinamis. Peran masjid ini semakin krusial ketika Masjid Raya Baiturrahman dibakar Belanda pada 1873, menjadikannya benteng terakhir spiritual umat kala itu.

Bangunan yang berdiri hari ini adalah hasil pemugaran tahun 1923 oleh pemerintah Hindia-Belanda. Pilar-pilar bergaya Eropa dengan lengkungan khas kolonial menjadi saksi bagaimana arsitektur lokal berbaur dengan sejarah penjajahan. Masjid ini juga pernah diuji oleh gempa besar tahun 1983, yang meruntuhkan kubahnya. Warga tak patah semangat. Mereka membangun kembali atap masjid dengan kayu, sederhana, tapi kokoh oleh niat baik.

Tsunami tahun 2004 hanya merusak sekitar 20 persen bangunan. Meski dibangun tanpa kerangka besi, ia tetap tegak berdiri. Tempo.co mencatat, kitab-kitab suci yang ditemukan berserakan di sekitarnya menjadi bukti betapa dekatnya maut dan mukjizat saat itu.

“Masjid Baiturrahim sangat berharga bagi kami, apalagi setiap hari kami gunakan masjid untuk beribadah, bermusyawarah, dan tempat anak-anak mengaji. Masjid ini juga saksi bisu peristiwa tsunami yang menghancurkan kawasan kami,” kata seorang warga dalam sebuah penelitian di Jurnal Ilmiah.

Dua puluh tahun telah berlalu, namun gema peristiwa dahsyat itu masih hidup dalam ingatan masyarakat. Kini, Masjid Baiturrahim tampil lebih megah setelah dipugar dengan sentuhan arsitektur yang memikat.

Saat kunjungan terakhir Nukilan.id pada pertengahan Februari lalu, masjid ini tampak telah dilengkapi sebuah menara yang menjulang. Bagian depannya menampilkan gaya arsitektur kolonial dengan lengkungan-lengkungan estetis yang khas. Di bagian atap, terdapat sebuah kubah yang berpadu harmonis dengan bentuk limas bertingkat—gaya yang kerap diasosiasikan dengan arsitektur tradisional Nusantara.

Di area luar masjid, berdiri Pusat Informasi dan Galeri Tsunami, sebuah fasilitas yang menyajikan beragam informasi sejarah serta “keajaiban” yang menyelimuti masjid ini. Galeri tersebut menampilkan foto-foto keganasan tsunami Aceh 2004 dan berfungsi sebagai ruang edukasi mitigasi bencana bagi para pengunjung.

Di sisi utara, barat, dan selatan masjid, kini telah kembali dipenuhi oleh permukiman penduduk. Warung makan kecil, toko kelontong, dan berbagai aktivitas harian masyarakat tampak hidup. Anak-anak bermain, orang dewasa berinteraksi, dan lalu lintas kendaraan cukup ramai—semuanya mencerminkan geliat ekonomi dan sosial yang kembali pulih. Area hijau yang tertata turut menambah kesan teduh dan nyaman di sekitarnya.

Sementara itu, sisi timur masjid langsung menghadap ke laut dan Pelabuhan Ulee Lheue, salah satu titik paling sibuk di Banda Aceh. Pelabuhan feri ini merupakan gerbang utama menuju Sabang (Pulau Weh) dan pulau-pulau kecil lainnya, sehingga selalu dipadati oleh penumpang, kendaraan, serta kapal feri yang hilir mudik.

Di sekitar pelabuhan, para pedagang makanan ringan ramai diserbu pengunjung, terutama pada sore hari. Banyak orang datang untuk menikmati pemandangan laut, senja, atau sekadar bersantai. Kawasan ini pun menjadi magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.

Kini, masjid ini telah menjelma menjadi salah satu destinasi wisata religi utama di Banda Aceh. Bus-bus pariwisata dari dalam dan luar negeri sering berhenti di pelatarannya. Para pengunjung berjalan perlahan, membaca sejarah, berfoto, dan bertanya-tanya—bagaimana bisa bangunan ini tetap berdiri?

Para pengurus, dengan sabar, menjawab setiap pertanyaan dengan kisah. Dan setiap kisah membawa kita kembali pada hari itu: pada doa yang tak berhenti dipanjatkan, pada air mata yang tak pernah kering, dan pada harapan yang terus menyala meski dunia seperti akan berakhir. (XRQ)

Penulis: Akil

Peneliti Unsam Telusuri Situs Sejarah dan Legenda Rakyat di Aceh Barat

0
Akademisi Universitas Samudera (Unsam) Kota Langsa, M Yakob, M.Hum (tiga kiri), foto bersama saat berkunjung ke Aceh Barat, Sabtu (28/6/2025). (Foto: RRI)

NUKILAN.ID | MEULABOH – Upaya pelestarian sejarah lokal terus digaungkan oleh kalangan akademisi. Salah satunya dilakukan oleh tim peneliti dari Universitas Samudera (Unsam) Langsa yang tengah menyusuri situs-situs bersejarah serta cerita rakyat di wilayah Aceh Barat.

Dalam kunjungan penelitiannya di Meulaboh, Sabtu (28/6/2025), dosen Bahasa Indonesia Unsam, M Yakob, M.Hum, mengungkapkan pentingnya menggali kembali sejarah dan legenda lokal sebagai bentuk edukasi kepada masyarakat.

“Penelitian ini kami lakukan sebagai bahan edukasi bahwa di Aceh Barat ini banyak sejarah dan lagenda cerita rakyat,” ujar Yakob.

Yakob bersama timnya bertemu sejumlah tokoh masyarakat, termasuk Suandi, MA, seorang pemerhati sejarah sekaligus tokoh budaya setempat. Ia mengaku takjub dengan banyaknya kisah rakyat yang berkembang di tengah masyarakat serta temuan berbagai situs cagar budaya yang belum banyak dikenal publik.

Menurut Yakob, pelestarian cerita rakyat dan situs sejarah menjadi hal yang mendesak agar kekayaan budaya tak hilang ditelan zaman.

“Situs sejarah dan lagenda rakyat Aceh ini perlu dilestarikan dan dibukukan. Dengan demikian sejarah itu tidak terputus atau hilang dari cerita mulut ke mulut,” jelasnya.

Ia meyakini bahwa kisah-kisah rakyat yang tersebar di berbagai daerah menyimpan nilai-nilai kearifan lokal dan pesan moral yang relevan hingga kini.

“Sebab itu kami melakukan penelitian lagenda rakyat. Kami targetkan di semua wilayah, mulai dari Aceh Tengah, Aceh Barat, Aceh Selatan, Aceh Tenggara dan Tamiang,” tambahnya.

Salah satu legenda yang ditelusuri adalah “Lagenda Krueng Tujoh”, kisah yang hidup di tengah masyarakat yang bermukim di sepanjang aliran Sungai Meureubo, Aceh Barat. Nama “Krueng Tujoh” sendiri konon memiliki latar sejarah yang unik dan menarik untuk dikaji lebih dalam.

Akbar Priadi Sadikin, salah seorang mahasiswa yang turut dalam riset tersebut, mengaku terkesan dengan kekayaan cerita rakyat di daerah itu. Ia menyebut bahwa pengalaman tersebut membuka wawasannya tentang betapa kayanya budaya lokal di Aceh Barat.

Penelitian ini diharapkan menjadi pintu masuk bagi pelestarian warisan budaya tak benda yang dimiliki Aceh, sekaligus menjadi bahan kajian ilmiah yang dapat digunakan dalam pendidikan dan dokumentasi sejarah daerah.

Editor: Akil

Perjalanan Panjang Andik Vermansyah, dari Jember hingga Kancah Internasional

0
Andik Vermansyah. (Foto: AnataraNews)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH Nama Andik Vermansyah begitu familiar di telinga pecinta sepak bola di Aceh. Bagaimana tidak, selama dua musim terakhir, ia membela Persiraja Banda Aceh dan menjadi andalan di lini serang Laskar Rencong. Namun, pada Sabtu, 28 Juni 2025, Andik resmi mengumumkan kepergiannya dari klub kebanggaan masyarakat Aceh tersebut.

Andik merupakan salah satu pemain yang paling dikenang oleh publik sepak bola nasional. Pemain kelahiran Jember, Jawa Timur, 23 November 1991 ini dikenal luas sebagai winger yang lincah dan penuh determinasi. Ia sempat menjadi tulang punggung Timnas Indonesia di berbagai ajang internasional.

Dikutip Nukilan.id dari berbagai sumber, perjalanan karier Andik Vermansyah dimulai dari lingkungan yang sederhana. Sejak kecil, ia sudah akrab dengan bola dan lapangan. Bakatnya mulai mencuri perhatian ketika bergabung dengan Persebaya Surabaya U-18. Tahun 2007 menjadi momentum penting—ia sukses mengantar timnya menjuarai Liga Pemuda Regional Jawa Timur dan juga menyabet medali emas di ajang Pekan Olahraga Provinsi Jawa Timur.

Langkahnya menuju panggung profesional dimulai saat ia tampil untuk tim senior Persebaya di usia 17 tahun, tepatnya pada 29 Agustus 2008. Ia juga menjadi bagian dari skuad Jawa Timur yang meraih medali emas di PON XVII Kalimantan Timur. Setelah itu, Andik terus menapaki jenjang kariernya dengan memperkuat Timnas Indonesia U-23. Ia meraih medali perak pada SEA Games 2011 dan 2013, serta menjalani trial di klub Major League Soccer (MLS), D.C. United.

Perjalanan internasionalnya berlanjut saat ia bergabung dengan klub Malaysia, Selangor FA pada 2013. Di sana, Andik sukses mempersembahkan Piala Malaysia 2015, sekaligus mengakhiri puasa gelar klub tersebut selama satu dekade. Penampilannya yang cemerlang membuat suporter menjulukinya sebagai “pemain asing favorit”.

Setelah membela Selangor, Andik bergabung dengan Kedah FA pada 2018, lalu kembali ke tanah air memperkuat Madura United, Bhayangkara FC, hingga akhirnya berlabuh di Persiraja Banda Aceh. Ia membela klub asal Aceh itu selama dua musim di Liga 2, sebelum resmi berpisah pada Juni 2025.

Andik juga pernah mencetak gol dalam laga uji coba saat memperkuat tim cadangan Ventforet Kofu di Jepang. Bahkan ia menerima pujian dari pelatih setempat atas penampilan apiknya.

Dengan tinggi badan sekitar 162 cm, Andik dikenal memiliki kecepatan luar biasa, dribel tajam, serta keberanian menembus pertahanan lawan. Postur dan gaya mainnya membuat publik menjulukinya sebagai “Messi Indonesia”. Julukan ini tak lepas dari aksinya yang energik di sisi sayap dan kontribusinya dalam mengubah jalannya pertandingan.

Salah satu puncak karier Andik bersama Timnas terjadi saat tampil di AFF Suzuki Cup 2016. Ia juga meraih penghargaan Best Goal AFF 2017 berkat gol spektakulernya. Sepanjang kariernya, Andik sempat menjadi salah satu pemain dengan gaji tertinggi asal Indonesia, khususnya saat berkiprah di Liga Malaysia.

Meski belum mengumumkan pensiun secara resmi, kepergiannya dari Persiraja menandai akhir dari satu babak penting dalam karier sang winger. Jejak langkahnya dari gang-gang kecil di Jember hingga menembus liga luar negeri menjadi teladan bagi banyak pemain muda Indonesia.

Biodata Lengkap Andik Vermansyah

  • Nama lengkap: Andik Vermansah

  • Tempat, tanggal lahir: Jember, Jawa Timur, 23 November 1991

  • Tinggi badan: Sekitar 162–163 cm

  • Agama: Islam

  • Posisi: Winger / Gelandang serang

  • Klub terakhir: Persiraja Banda Aceh (Liga 2)

  • Nomor punggung: 7

  • Karier junior: Persebaya Surabaya U-18

  • Karier senior: Persebaya, Selangor FA, Kedah FA, Madura United, Bhayangkara FC, Persiraja Banda Aceh

  • Prestasi:

    • Piala Malaysia 2015

    • Best Goal AFF 2017

    • Medali perak SEA Games 2011 dan 2013

Andik Vermansyah bukan hanya legenda lapangan hijau, melainkan juga simbol semangat juang anak bangsa yang membuktikan bahwa kerja keras, konsistensi, dan bakat bisa membawa siapa pun menuju panggung dunia. (xrq)

Reporter: AKil

Andik Vermansyah Resmi Tinggalkan Persiraja Banda Aceh

0
ANDIK VERMANSYAH
Mantan pemain tim nasional Indonesia, Andik Vermansyah. (Foto: Instagram)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Mantan pemain tim nasional Indonesia, Andik Vermansyah, resmi mengakhiri kebersamaannya dengan Persiraja Banda Aceh setelah dua musim membela klub berjuluk Laskar Rencong tersebut. Kabar ini ia sampaikan melalui unggahan di akun Instagram pribadinya, seperti dikutip Nukilan.id, Sabtu (28/6/2025).

“Di luar prediksi saya, sangat berat rasanya untuk mengucapkan perpisahan. Terima kasih sebesar-besarnya kepada seluruh pecinta Persiraja,” tulis Andik dalam pesannya.

Selama dua tahun memperkuat Persiraja, pemain asal Jember itu mengaku telah menciptakan banyak kenangan yang membekas di hati. Bukan hanya atmosfer pertandingan dan dukungan dari suporter, tetapi juga keramahan masyarakat Aceh yang ia nilai sangat menyentuh.

“Bukan sekadar teriakanmu dan dukunganmu yang membuat saya bangga membela Persiraja, tetapi juga kenyamanan lingkungan masyarakat yang begitu menyentuh hati. Semoga ketulusan saya untuk tim dan dedikasi selama ini bisa bermanfaat,” lanjutnya.

Andik juga menyampaikan permohonan maaf atas segala kekhilafan yang mungkin terjadi selama dirinya berada di Banda Aceh.

“Dari lubuk hati terdalam, saya berharap Persiraja, cepat atau lambat, bisa kembali ke kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Saya mohon maaf sebesar-besarnya apabila ada tingkah laku atau kekhilafan saya yang keliru selama di sini,” ungkapnya.

Tak lupa, ia memberikan apresiasi kepada seluruh jajaran manajemen klub atas kerja sama yang telah terjalin.

“Saya mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh manajemen @persiraja_official yang telah berjuang bersama-sama. Sampai jumpa di lain kesempatan. Assalamualaikum,” pungkas Andik.

Kabar perpisahan ini cukup mengejutkan para pendukung setia Persiraja, mengingat Andik merupakan salah satu pemain kunci dalam dua musim terakhir. Sebagai mantan andalan Timnas Indonesia, kehadiran Andik sempat memberikan warna tersendiri bagi permainan Persiraja, baik di dalam maupun luar lapangan. (XRQ)

Reporter: Akil