Beranda blog Halaman 186

CMI Puji Peran ASEAN dan Uni Eropa dalam Menjaga Perdamaian Aceh

0
CEO Crisis Management Initiative (CMI), Dr. Janne Taalas. (Foto: MetroTv)

NUKILAN.ID | JAKARTA — CEO Crisis Management Initiative (CMI), Dr. Janne Taalas, menyampaikan bahwa mediasi damai bukan sekadar keterampilan negosiasi, tetapi menuntut empati dan kerja sama antarpihak. Hal ini ia ungkapkan dalam seminar Martti Ahtisaari Legacy yang berlangsung di Jakarta, Senin, 30 Juni 2025.

Taalas mengungkapkan keprihatinannya terhadap tantangan baru yang dihadapi diplomasi global saat ini, terutama karena semakin menyempitnya ruang dialog dan melemahnya semangat multilateralisme.

“Saat ini, aktor-aktor multilateral berada dalam tekanan. Kita butuh aktor regional dan multilateral yang bisa memberikan akuntabilitas dan kepastian,” ujar Taalas.

Ia juga memberikan apresiasi terhadap peran ASEAN dan Uni Eropa dalam memantau implementasi perjanjian damai Aceh yang ditandatangani pada 2005 silam. Menurutnya, aktor-aktor regional sering kali lebih memahami situasi lokal, memiliki legitimasi yang kuat, serta mampu bertindak secara lebih fleksibel.

“Asia Tenggara punya tradisi panjang dalam mediasi damai dan bisa menjadi contoh bagi dunia,” tambahnya.

Dalam diskusi yang sama, pendiri sekaligus ketua Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI), Dr. Dino Patti Djalal, menyoroti meningkatnya sikap egois negara-negara besar yang justru memperburuk tatanan global.

“Semakin banyak negara yang mengedepankan kebijakan ‘aku duluan’. Padahal, itu bukan cara menyelesaikan persoalan global,” ujar Dino. Ia menekankan bahwa proses perdamaian sejatinya harus dilandasi nilai-nilai kemanusiaan.

Dino juga mengenang keterlibatannya dalam proses perdamaian Aceh bersama Malik Mahmud, sebagai sebuah pengalaman yang memperkuat makna solidaritas kemanusiaan.

“Proses perdamaian itu mengingatkan kita pada kemanusiaan yang menyatukan,” pungkasnya.

EDITOR: AKIL

DPRA Desak Pemulangan Jenazah TKW Aceh yang Tertahan di Malaysia Akibat Biaya

0
Ketua Komisi 1 Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Tgk Muharuddin. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH Ketua Komisi I Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA), Tgk Muharuddin, menyampaikan keprihatinannya atas tertahannya jenazah seorang tenaga kerja wanita (TKW) asal Aceh Tenggara di Rumah Sakit Sungai Buloh, Selangor, Malaysia, akibat belum terpenuhinya biaya rumah sakit sebesar lebih dari Rp72 juta.

“Informasinya, jenazah TKW asal Aceh ini masih tertahan di rumah sakit dan belum dikebumikan, karena belum ada yang menanggung biaya rumah sakit sekitar Rp72 juta lebih, sudah meninggal dunia sejak 24 Juni,” ujar Tgk Muharuddin di Banda Aceh, Senin (30/6/2025).

Menurut informasi yang diterima DPRA, jenazah tersebut adalah Renni Daniati (39), warga Kabupaten Aceh Tenggara. Ia dirawat sejak awal Juni 2025 dan wafat pada 24 Juni di rumah sakit tempatnya dirawat.

Tgk Muharuddin meminta Pemerintah Aceh melalui Dinas Sosial dan juga Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara agar segera turun tangan dalam menangani permasalahan tersebut, terutama menyangkut pelunasan biaya rumah sakit dan pemulangan jenazah ke kampung halaman.

“Kita minta Pemerintah Aceh dan Pemkab Aceh Tenggara segera menangani dan pulangkan jenazah TKW ini,” katanya.

Ia juga mengimbau agar segera dibentuk tim yang bertugas mencari solusi konkret terkait pemulangan jenazah tersebut. Menurutnya, hampir sepekan jenazah tertahan tanpa kejelasan, yang menimbulkan keprihatinan mendalam.

“Segera bentuk tim untuk memulangkan jenazah warga Aceh ini. Mari kita tunjukkan kepedulian kita terhadap masyarakat Aceh yang tertimpa musibah,” ujarnya lagi.

Menanggapi hal tersebut, Pemerintah Aceh melalui Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA) menyatakan telah mengambil langkah-langkah terbaik untuk menangani pemulangan jenazah. Koordinasi juga telah dilakukan dengan Ketua Sosialisasi Ummah Bansigom Aceh (SUBA) di Malaysia, Tgk Bukhari Ibrahim.

“Kesepakatan sudah ada penanganan untuk dibawa pulang ke Aceh, ini masih on proses,” kata Plt Kepala BPPA, Said Marzuki.

Ia menegaskan bahwa Pemerintah Aceh bersama Pemerintah Kabupaten Aceh Tenggara terus memantau proses pemulangan tersebut dan berharap tidak ada kendala berarti dalam waktu dekat.

“Sesuai arahan pimpinan. Kita pantau terus pengembangannya. Pemerintah Aceh tidak melepaskan hal ini, terus kita pantau dan mendampingi. Jika ada kendala kita selesaikan secepat mungkin,” tutup Said Marzuki.

EDITOR: AKIL

Jemaah Haji Tertua 100 Tahun Tiba di Aceh, Kloter 3 Mendarat Selamat di Bandara SIM

0
Jemaah haji Indonesia. (Foto: Detik.com)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Sebanyak 391 jemaah haji asal Aceh dari Kelompok Terbang (Kloter) 3 Debarkasi Aceh (BTJ-03) telah tiba dengan selamat di Bandara Internasional Sultan Iskandar Muda (SIM), Blang Bintang, Aceh Besar, pada Senin (30/6/2025) pukul 04.57 WIB.

Di antara rombongan, terdapat jemaah tertua, Muhammad Dahlan (100), asal Kabupaten Aceh Tengah, yang turut menjalankan ibadah haji tahun ini.

“Kloter ini terdiri dari jemaah asal Kabupaten Aceh Tengah, Bener Meriah, dan Kota Banda Aceh. Jemaah tertua Muhammad Dahlan berusia 100 tahun asal Kabupaten Aceh Tengah turut dalam rombongan,” kata Ketua Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Aceh, Azhari, Senin (30/6/2025).

Setibanya di tanah air, seluruh jemaah langsung dibawa ke Asrama Haji Debarkasi Aceh untuk mengikuti prosesi pelepasan yang berlangsung di Aula Jeddah.

“Usai acara pelepasan, jemaah dari Banda Aceh dijemput keluarga, sedangkan jemaah dari Aceh Tengah dan Bener Meriah dipulangkan menggunakan bus yang telah disiapkan,” ujar Azhari.

Rombongan jemaah dari dua kabupaten tersebut kemudian diberangkatkan ke daerah masing-masing menggunakan bus dan minibus menuju Simpang Tiga Redelong dan Takengon.

Azhari menjelaskan, jumlah jemaah yang berangkat dalam kloter BTJ-03 sebanyak 392 orang. Namun, satu jemaah atas nama Burhanuddin Muhammad (67) asal Banda Aceh meninggal dunia di Makkah pada 31 Mei 2025.

Sementara itu, satu jemaah lainnya, Muhammad Sali, masih menjalani perawatan di Madinah. Selain itu, satu jemaah dari kloter BTJ-08 atas nama Maryam binti Teungku Nanggroe asal Kabupaten Pidie, turut dipulangkan bersama rombongan BTJ-03.

Seluruh jemaah yang tiba dalam kloter ini dilaporkan dalam kondisi sehat.

“Hingga saat ini, jemaah haji asal Aceh yang telah kembali ke Tanah Air berjumlah 1.175 orang, sementara 3.259 jemaah lainnya masih berada di Arab Saudi,” ungkap Azhari.

EDITOR: AKIL

Afdhal: Keselamatan Lalu Lintas adalah Tanggung Jawab Bersama

0
Wakil Wali Kota Banda Aceh, Afdhal Khalilullah, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan keselamatan berlalu lintas sebagai komitmen bersama. (Foto: MC BNA)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Wakil Wali Kota Banda Aceh, Afdhal Khalilullah, mengajak seluruh elemen masyarakat untuk menjadikan keselamatan berlalu lintas sebagai komitmen bersama. Ajakan itu ia sampaikan dalam Apel Gabungan sekaligus Apel Kesadaran Berlalu Lintas di halaman Balai Kota Banda Aceh, Senin (30/6/2025).

“Keselamatan lalu lintas merupakan tanggung jawab bersama, bukan hanya kepolisian atau pemerintah, tapi kita semua sebagai warga negara,” ujar Afdhal dalam pidatonya.

Ia menyampaikan bahwa berdasarkan data Satlantas Polresta Banda Aceh, sejak Januari hingga 24 Juni 2025, tercatat 234 kasus kecelakaan lalu lintas. Kecelakaan tersebut mayoritas melibatkan pengendara sepeda motor berusia produktif. Akibatnya, 22 orang meninggal dunia dan 377 lainnya mengalami luka ringan, dengan kerugian materil ditaksir mencapai Rp133,5 juta.

“Maka dari itu saya menegaskan untuk sama sama kita melakukan penguatan edukasi dan kampanye keselamatan, pemberian sanksi yang tegas bagi pelanggar dan juga pemanfaatan teknologi ETLE,” jelasnya.

Lebih lanjut, Afdhal juga mengingatkan pentingnya semangat kolaborasi lintas sektor dalam membangun Kota Banda Aceh, termasuk dalam peningkatan layanan publik.

“Mari kita terus meningkatkan pelayanan publik yang cepat, transparan, dan berintegritas. Mengutamakan kepuasan masyarakat sebagai indikator utama keberhasilan program dan juga bekerja sepenuh hati, tanpa pamrih, demi kebaikan kota dan warga yang kita cintai,” tuturnya.

Ia menutup pidatonya dengan keyakinan bahwa kolaborasi menjadi kunci utama untuk mendorong kemajuan Banda Aceh ke arah yang lebih baik.

“Dengan semangat kolaborasi, insya Allah Banda Aceh akan terus bergerak maju dan menjadi contoh kota yang ramah, religius, dan modern,” tutup Afdhal.

PEMA Serahkan Dividen Rp26,7 Miliar kepada Pemerintah Aceh

0
PEMA Serahkan Dividen Rp26,7 Miliar kepada Pemerintah Aceh. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — PT Pembangunan Aceh (PEMA), badan usaha milik Pemerintah Aceh, menyerahkan dividen tahun buku 2024 sebesar Rp26,7 miliar kepada Pemerintah Aceh. Penyerahan ini berlangsung secara simbolis di Kantor Gubernur Aceh, Senin (30/6/2025), oleh Direktur Utama PEMA, Mawardi Nur, kepada Gubernur Aceh, H. Muzakir Manaf (Mualem).

Dividen sebesar Rp26.706.831.364 itu mencerminkan kontribusi positif PEMA terhadap Pendapatan Asli Aceh (PAA), sekaligus menandai kinerja perusahaan yang solid sepanjang tahun 2024.

Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, menyampaikan apresiasinya atas pencapaian tersebut. Ia berharap agar PEMA terus berkembang sebagai perusahaan yang profesional dan mampu memberikan manfaat bagi masyarakat luas.

“Kita mengapresiasi dividen yang diberikan oleh PEMA. Kita berharap dibawah Dirut. Mawardi Nur, PEMA dapat terus berkembang, profesional dalam menjalankan bisnis, serta membawa manfaat nyata bagi masyarakat,” ujar Mualem.

Sementara itu, Direktur Utama PEMA, Mawardi Nur, menjelaskan bahwa capaian dividen ini tidak lepas dari efisiensi dalam pengelolaan operasional serta kontribusi yang meningkat dari berbagai unit usaha perusahaan. Ia juga menyoroti pentingnya kemitraan strategis dalam mendorong pertumbuhan.

“Kami berkomitmen untuk terus memperbaiki kinerja dan tata kelola perusahaan sesuai GCG, serta menjajaki potensi sektor bisnis yang dapat memberikan kontribusi berkelanjutan bagi daerah. Kami juga optimis PEMA bisa terus berkembang dan maju dengan memberikan dampak yang nyata kedepannya,” kata Mawardi.

Dalam pertemuan itu, juga dibahas sejumlah langkah lanjutan untuk memperkuat arah bisnis PEMA, termasuk strategi pengembangan di sektor energi, agroindustri, kawasan ekonomi, hingga optimalisasi aset milik daerah. PEMA juga terus memperkuat tata kelola internal melalui audit, evaluasi kinerja, dan peningkatan kerja sama investasi jangka panjang.

Langkah-langkah ini diharapkan mampu mendorong PEMA menjadi salah satu pilar penting dalam pembangunan ekonomi Aceh yang berkelanjutan.

Editor: Akil

Mahasiswa Doktoral USK: Tradisi Bertani Aceh Bisa Jadi Fondasi Inovasi Bioteknologi

0
Ilustrasi Tumpang sari Pada Perkebunan Kelapa Sawit. (Foto: pkt-group.com)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Perdebatan antara kemajuan ilmu pengetahuan dan tradisi lokal kerap kali menyeruak dalam diskursus pembangunan pertanian di Indonesia. Namun, pandangan berbeda justru datang dari Andriy Anta Kacaribu, S.Si., M.T., mahasiswa program doktoral Bioteknologi Pertanian di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh.

Dalam wawancara bersama Nukilan.id pada Senin (30/6/2025), Andriy menyampaikan bahwa bioteknologi modern dan kearifan lokal pertanian tradisional Aceh tidaklah harus saling bertolak belakang.

“Keduanya sangat bisa disinergikan karena dirinya melihat bioteknologi modern dan kearifan lokal tidak harus bertentangan, justru dapat saling melengkapi,” katanya.

Menurutnya, Aceh memiliki warisan praktik pertanian tradisional yang kaya akan pengetahuan turun-temurun. Pengetahuan ini, jika dikaji lebih dalam, memiliki potensi ilmiah yang dapat diintegrasikan dengan pendekatan bioteknologi modern.

“Misalnya, dalam tradisi pertanian Aceh, banyak pengetahuan lokal tentang tanaman herbal, pola tanam tumpangsari, dan pemanfaatan bahan alami sebagai pestisida,” ungkapnya sambil mencontohkan bentuk-bentuk konkret dari kearifan lokal yang telah teruji oleh waktu.

Dengan pendekatan ilmiah, lanjut Andriy, elemen-elemen tradisional tersebut dapat dikembangkan menjadi solusi pertanian yang lebih adaptif dan efisien. Hal ini menjadi jembatan antara praktik konvensional dengan teknologi berbasis laboratorium tanpa mengorbankan nilai-nilai budaya yang ada.

“Bioteknologi modern bisa mengambil inspirasi dari kearifan lokal ini, kemudian mengembangkannya menjadi produk yang lebih terstandar, efektif, dan aman, misalnya melalui ekstraksi senyawa bioaktif atau isolasi mikroba lokal yang bermanfaat,” paparnya lebih lanjut.

Lebih dari sekadar aspek teknis, integrasi ini juga menyentuh sisi sosial budaya masyarakat. Menurut Andriy, adopsi teknologi akan jauh lebih mudah diterima apabila pendekatan yang digunakan tidak bertentangan dengan cara hidup masyarakat petani.

“Selain itu, pendekatan bioteknologi yang mempertimbangkan kearifan lokal juga lebih mudah diterima oleh masyarakat karena selaras dengan kebiasaan mereka,” jelasnya.

Sebagai penutup, ia menekankan bahwa pertanian masa depan tak harus memilih antara modernitas dan tradisi. Keduanya bisa berjalan beriringan, saling menguatkan, dan menciptakan sistem pertanian yang tidak hanya produktif, tetapi juga lestari dan inklusif.

“Jadi, menurut saya, keduanya sangat bisa disinergikan untuk menciptakan pertanian yang berkelanjutan dan berdaya saing,” pungkas Andriy.

Wawasan ini membuka ruang diskusi yang lebih luas tentang arah kebijakan dan riset pertanian di Aceh, sekaligus menjadi pengingat bahwa inovasi sejati lahir dari kemampuan untuk menyatukan yang lama dan yang baru. (XRQ)

Reporter: Akil

Andriy Anta Kacaribu: Bioteknologi Kunci Pengembangan Komoditas Unggulan Aceh

0
Mahasiswa program doktoral Bioteknologi Pertanian Universitas Syiah Kuala, Andriy Anta Kacaribu, S.Si., M.T. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Aceh dinilai memiliki kekayaan komoditas pertanian yang sangat beragam, baik dalam sektor pangan maupun nonpangan. Namun, potensi besar ini belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal. Di sinilah peran bioteknologi pertanian dianggap penting untuk mendorong peningkatan produktivitas, kualitas, dan daya saing berbagai komoditas lokal.

Pandangan ini disampaikan oleh Andriy Anta Kacaribu, S.Si., M.T., mahasiswa program doktoral Bioteknologi Pertanian di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh. Ia menilai bahwa pendekatan bioteknologi dapat menjadi kunci strategis dalam mengembangkan potensi pertanian Aceh ke level yang lebih tinggi.

“Dari sisi komoditas, Aceh memiliki banyak potensi. Nilam dan pala memang menjadi unggulan, terutama untuk sektor perkebunan dan industri minyak atsiri,” kata Andriy saat diwawancarai oleh Nukilan.id pada Senin (30/6/2025).

Menurut Andriy, kedua tanaman tersebut memiliki nilai ekonomi tinggi, terutama karena permintaan pasar terhadap minyak atsiri terus meningkat, baik di pasar domestik maupun internasional. Namun, potensi Aceh tidak berhenti pada sektor nonpangan. Komoditas pangan juga memiliki peluang besar untuk dikembangkan secara lebih modern dan efisien.

“Kalau berbicara pangan, padi Aceh adalah salah satu komoditas yang sangat potensial untuk dikembangkan dengan pendekatan bioteknologi, misalnya varietas yang tahan cekaman kekeringan atau hama tertentu,” tambahnya.

Tak hanya padi, Andriy juga menyebut beberapa tanaman pangan lainnya yang memiliki peluang serupa untuk dikembangkan, terutama karena permintaan pasarnya yang stabil dan cenderung meningkat.

“Selain padi, jagung, kedelai, dan hortikultura seperti cabai juga punya peluang besar karena permintaan lokalnya tinggi,” katanya.

Permintaan yang tinggi terhadap komoditas seperti cabai dan kedelai, menurut Andriy, merupakan celah yang bisa diisi dengan varietas unggul hasil bioteknologi. Lebih lanjut, ia juga menyoroti pentingnya pengembangan tanaman lokal dan komoditas ekspor khas Aceh yang sudah dikenal luas, terutama yang berasal dari daerah dataran tinggi dan kawasan pesisir.

“Bahkan tanaman lokal seperti kelapa, kopi Gayo, serta tanaman rempah lainnya juga sangat mungkin dikembangkan lebih lanjut melalui bioteknologi untuk meningkatkan produktivitas, kualitas, atau ketahanan terhadap penyakit,” paparnya.

Andriy menegaskan bahwa diversifikasi dan penguatan komoditas lokal sangat diperlukan agar ketahanan pangan dan ekonomi pertanian Aceh dapat ditingkatkan secara berkelanjutan.

“Jadi, banyak komoditas Aceh yang sangat potensial, baik untuk pangan maupun nonpangan, yang bisa ditingkatkan nilai tambahnya melalui pendekatan bioteknologi,” tutupnya.

Pernyataan Andriy menjadi catatan penting bahwa pembangunan sektor pertanian Aceh tidak cukup hanya mengandalkan cara-cara konvensional. Diperlukan sinergi antara ilmu pengetahuan, kebijakan, dan pelaku usaha tani agar potensi besar yang dimiliki daerah ini benar-benar mampu mendorong kemandirian ekonomi dan kesejahteraan petani lokal. (XRQ)

Reporter: Akil

Bioteknologi Pertanian Dinilai Berpotensi Tingkatkan Ketahanan Pangan di Aceh

0
Potret Pertanian. (Foto: Getradius.id)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Isu ketahanan pangan tengah menjadi sorotan publik, mengingat dampaknya yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat serta stabilitas negara. Dalam konteks ini, bioteknologi pertanian dinilai memiliki peran penting dalam meningkatkan produktivitas, ketahanan, dan kualitas tanaman. Teknologi ini juga diyakini mampu menjawab berbagai tantangan sektor pertanian, mulai dari lonjakan kebutuhan pangan hingga dampak perubahan iklim.

Untuk menggali lebih dalam mengenai peran dan tantangan bioteknologi pertanian di tingkat lokal, khususnya di Aceh, Nukilan.id pada Senin (30/6/2025) mewawancarai Andriy Anta Kacaribu, S.Si., M.T., mahasiswa program doktoral Bioteknologi Pertanian di Universitas Syiah Kuala (USK), Banda Aceh.

Ketika ditanya mengenai tantangan terbesar dalam menerapkan bioteknologi di sektor pertanian lokal Aceh serta peluang yang dapat dimanfaatkan oleh para petani, Andriy menjelaskan bahwa beberapa bentuk bioteknologi sebenarnya sudah mulai diterapkan secara mandiri oleh petani.

“Untuk bioteknologi konvensional, sebenarnya relatif mudah diterapkan di Aceh. Contohnya adalah pembuatan pupuk organik melalui metode fermentasi, yang kini mulai banyak dilakukan oleh petani secara mandiri,” ungkapnya.

Meski demikian, tantangan yang lebih kompleks muncul ketika bicara tentang penerapan bioteknologi modern. Andriy menekankan bahwa permasalahan struktural dan keterbatasan infrastruktur menjadi hambatan serius bagi pengembangan teknologi tingkat lanjut.

“Namun, kalau berbicara tentang bioteknologi lanjutan atau modern—seperti kultur jaringan, rekayasa genetika, atau pemanfaatan mikroorganisme spesifik—tantangannya memang cukup besar,” lanjutnya.

Ia menambahkan bahwa tantangan terbesar dalam implementasi bioteknologi modern adalah keterbatasan teknologi, sarana, dan prasarana di lapangan. Hal ini menjadi kendala utama yang menghambat proses transformasi teknologi dari ruang laboratorium menuju lahan pertanian.

“Salah satu tantangan utama adalah keterbatasan teknologi, sarana, dan prasarana, terutama di tingkat lapangan. Selain itu, meskipun kita memiliki cukup banyak ahli dan peneliti, misalnya di Universitas Syiah Kuala, transfer teknologi dari laboratorium ke petani sering belum berjalan optimal,” paparnya.

Menurutnya, kondisi ini diperparah dengan adanya kesenjangan antara hasil riset dengan penerapan nyata di lapangan. Kesenjangan ini tidak hanya disebabkan oleh keterbatasan biaya, tetapi juga minimnya pelatihan serta rendahnya literasi teknologi di kalangan petani.

“Ada jarak antara hasil riset dan implementasi nyata di lahan pertanian, baik karena persoalan biaya, keterbatasan pelatihan, maupun rendahnya literasi teknologi di kalangan petani,” terang Andriy.

Meskipun demikian, ia tetap optimistis terhadap masa depan bioteknologi pertanian di Aceh. Ia melihat adanya peluang besar yang bisa dimanfaatkan untuk menciptakan pertanian yang lebih produktif dan berkelanjutan.

“Meski begitu, peluangnya sangat besar. Selain pembuatan pupuk organik untuk menggantikan pupuk kimia, bioteknologi berpotensi besar dalam menghasilkan benih unggul yang lebih tahan penyakit atau adaptif terhadap perubahan iklim,” katanya.

Salah satu contoh konkret yang menurutnya sangat relevan untuk kondisi geografis Aceh adalah pengembangan varietas tanaman yang tahan terhadap salinitas. Ini sangat penting untuk mengoptimalkan lahan pesisir yang terdampak intrusi air laut.

“Misalnya, pengembangan varietas padi yang tahan salinitas akan sangat relevan untuk lahan pesisir Aceh yang terdampak intrusi air laut,” jelasnya.

Selain itu, pendekatan bioteknologi juga dapat digunakan untuk mengembangkan mikroba lokal sebagai biofertilizer dan biopestisida. Inovasi ini dinilai mampu meningkatkan hasil pertanian tanpa merusak lingkungan.

“Selain itu, pemanfaatan mikroba lokal sebagai biofertilizer atau biopestisida juga sangat potensial untuk meningkatkan hasil pertanian secara berkelanjutan dan ramah lingkungan,” tambahnya.

Di akhir wawancara, Andriy menekankan bahwa dengan strategi yang tepat dan dukungan yang memadai, bioteknologi bisa menjadi kunci penting dalam meningkatkan ketahanan pangan Aceh sekaligus menjaga ekosistem alam yang ada.

“Dengan pendekatan yang tepat, bioteknologi bisa menjadi solusi penting untuk meningkatkan ketahanan pangan di Aceh sekaligus menjaga kelestarian lingkungan,” tutupnya.

Wawancara ini menggambarkan bahwa di tengah berbagai tantangan, masa depan pertanian Aceh masih menyimpan harapan besar jika mampu memanfaatkan kemajuan bioteknologi secara inklusif dan berkelanjutan. (XRQ)

Reporter: AKil

Pemerintah Aceh Terapkan SPMB Digital Tanpa Pungutan Biaya

0
Ilustrasi stop pungli. (Foto: Freepik)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Komitmen Pemerintah Aceh untuk menjamin akses pendidikan gratis di sekolah negeri kembali ditegaskan melalui penerapan Seleksi Penerimaan Murid Baru (SPMB) tanpa pungutan biaya.

Dalam Dialog Publik RRI Banda Aceh bertajuk “SPMB Tanpa Pungutan: Aceh Tegaskan Sekolah Negeri Gratis untuk Semua”, Selasa (24/6/2025), Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, S.T., D.E.A., menekankan pentingnya pelaksanaan SPMB yang bersih dari praktik pungutan liar, gratifikasi, maupun penyuapan.

“Gubernur Aceh sudah mengeluarkan surat edaran. Kami juga telah menandatangani komitmen bersama agar pelaksanaan SPMB tahun ini berlangsung dengan integritas, transparansi, dan keadilan,” kata Marthunis.

Ia menjelaskan, tahun ini proses seleksi telah berbasis digital melalui situs resmi spmbdistrik.prov.go.id. Sistem ini dirancang agar proses pendaftaran lebih terstruktur dan pengawasan lebih efektif.

“Kami sudah menyiapkan hotline dan kanal pengaduan aktif, termasuk via WhatsApp, untuk memastikan pelaksanaan SPMB bebas dari praktik pungli,” lanjutnya.

Langkah digitalisasi ini turut mendapat apresiasi dari kalangan akademisi. Prof. Dr. Sofyan A. Gani, M.A., dari FKIP Universitas Syiah Kuala sekaligus Anggota Majelis Pendidikan Aceh, menyambut baik sistem yang diterapkan. Meski demikian, ia menyoroti praktik pungutan terselubung yang kerap terjadi melalui komite sekolah.

“Saya sudah 12 tahun menjadi bagian dari komite sekolah, dan saya melihat langsung betapa orang tua sering dibebani biaya yang tidak seharusnya ada. Praktik ini harus dihentikan,” ujarnya.

Lebih jauh, Prof. Sofyan juga mendorong evaluasi terhadap alokasi anggaran pendidikan. Menurutnya, jika negara memang belum mampu menanggung seluruh biaya operasional sekolah, maka perlu ada kesepahaman yang jujur dan terbuka.

“Kalau memang negara belum sanggup menanggung seluruh biaya operasional sekolah, maka harus ada kesepakatan yang jelas. Tapi jangan sampai ada anak yang tidak bisa sekolah karena tidak sanggup membayar pungutan yang semestinya tidak wajib,” katanya.

Di sisi lain, Kepala Ombudsman RI Perwakilan Aceh, Dian Rubianty, S.E.Ak., M.P.A., mengungkapkan bahwa laporan dari masyarakat mengenai pungutan dalam proses penerimaan murid baru masih terus bermunculan. Ia menyoroti peran uang komite yang kerap dijadikan dalih untuk pungutan yang sebenarnya tidak sah.

“Sumbangan pendidikan hanya boleh diminta secara sukarela, tanpa nominal, waktu, dan sanksi yang ditentukan. Faktanya, banyak orang tua tidak berani menolak karena tekanan sosial,” jelas Dian.

Ombudsman, menurutnya, akan terus memperkuat pengawasan dan mendorong penerapan aturan secara adil.

“Kita tidak boleh lagi mendengar pernyataan bahwa kalau tidak sanggup bayar, jangan sekolah. Itu bertentangan dengan hak atas pendidikan,” tegasnya.

Editor: Akil

Petugas PPIH Aceh H Juhaimi Bakri Meninggal Dunia Saat Bertugas di Asrama Haji

0
Ilustrasi Meninggal. (Foto: Getty Images/iStockphoto/Artem_Furman)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Kabar duka menyelimuti jajaran Petugas Penyelenggara Ibadah Haji (PPIH) Debarkasi Aceh 2025 M/1446-1447 H. Salah seorang petugas haji dari Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) Aceh, H Juhaimi Bakri SAg MAg, meninggal dunia saat bertugas di Asrama Haji Banda Aceh, Senin pagi, 30 Juni 2025.

Almarhum diketahui menjabat sebagai Ketua Tim Bina Haji Reguler dan Advokasi pada Bidang Penyelenggaraan Haji dan Umrah (PHU) Kanwil Kemenag Aceh, sekaligus menjabat sebagai Kasubbag Sekretariat PPIH Embarkasi/Debarkasi.

“Atas nama petugas dan keluarga besar Kemenag Aceh, kami sangat berduka,” ujar Ketua PPIH Embarkasi/Debarkasi Aceh, Azhari.

Kepala Kanwil Kemenag Aceh juga mengenang almarhum sebagai pribadi yang berdedikasi dan selalu memberi kontribusi positif dalam penyelenggaraan ibadah haji.

“Almarhum dikenal sebagai petugas yang berdedikasi tinggi baik semasa Embarkasi (keberangkatan-red) maupun Debarkasi Aceh,” ungkapnya.

“Semoga almarhum husnul khatimah, diampuni kekeliruan-kekeliruan dan diterima amal-amal kebajikan, serta dimasukkan ke jannah Allah Taala. Kepada keluarga dan jajaran Kemenag mudah-mudahan diberi ketabahan atas musibah ini,” lanjutnya.

Sosok H Juhaimi bukan orang baru dalam dunia penyelenggaraan haji. Ia telah lama mengabdi di bidang PHU Kanwil Kemenag Aceh dan pernah ditugaskan hingga ke Tanah Suci Arab Saudi sebagai petugas haji. Pada musim haji tahun 2019, ia juga dipercaya menjadi ketua kloter untuk jemaah asal Aceh.

Sebelum wafat, almarhum sempat hadir dalam kondisi sehat di Asrama Haji Banda Aceh pada pagi hari. Ia bahkan masih sempat menikmati semangkuk bubur bersama rekan-rekan petugas lainnya.

Almarhum berdomisili di Kemukiman Lamlhom, Lhoknga, Aceh Besar. Sepanjang kariernya, ia pernah menduduki berbagai posisi strategis, seperti di Kandepag Kota Sabang, Kasubbag Umum Kanwil Depag, Kasi di Bidang PAI Kanwil, serta sempat bertugas di Bidang PD Pontren sebelum kembali mengabdi di Bidang PHU.

Dikenal sebagai aktivis masjid yang giat, almarhum juga aktif menulis, termasuk dalam bentuk berita, serta sering berbagi ilmu melalui khutbah-khutbah yang ia sampaikan.

Kepergian H Juhaimi meninggalkan duka mendalam, tidak hanya bagi keluarga besar Kemenag Aceh, tetapi juga bagi banyak pihak yang pernah bekerja bersama dan mengenalnya sebagai sosok yang hangat dan penuh dedikasi.

Editor: Akil