Beranda blog Halaman 148

Penyuluhan Bahaya Rokok Warnai Jambore Kemanusiaan di Gampong Saney

0
Tim Penyuluhan Jambore Kemanusiaan Peduli Kesehatan Masyarakat Pesisir Bersama Perangkat Gampong Saney Lhoong dan Masyarakat Setempat, Sabtu (26/07/2025). (FOTO: MC ACEH BESAR)

NUKILAN.ID | JANTHO — Rangkaian kegiatan Jambore Kemanusiaan Peduli Kesehatan Masyarakat Pesisir terus berlanjut. Setelah sebelumnya menggelar pengobatan dan sunat massal, panitia kini menyasar aspek edukatif dengan melaksanakan penyuluhan tentang bahaya rokok di Meunasah Neubasah, Gampong Saney, Kecamatan Lhoong, Aceh Besar, Sabtu (26/7/2025).

Penyuluhan yang digelar malam hari itu dihadiri puluhan warga serta perangkat gampong. Acara dibuka oleh Ketua Panitia Pelaksana Jambore, TM. Jakfar, SKM, yang juga Kepala Puskesmas Blang Bintang. Dalam sambutannya, Jakfar menekankan pentingnya pemahaman masyarakat terhadap dampak rokok, tidak hanya bagi perokok aktif tetapi juga bagi lingkungan sekitar.

“Kegiatan ini merupakan rangkaian dari agenda Jambore Kemanusiaan Peduli Kesehatan yang diselenggarakan oleh PPPKMI Aceh Besar bersama PERSAGI Aceh Besar dan KAPPAH Aceh. Pada malam ini, kami yang umumnya dari petugas penyuluh kesehatan Aceh Besar ingin berbagi informasi tentang bahaya rokok bagi kesehatan, baik bagi si perokok, maupun bagi orang-orang di sekitarnya,” ungkap TM. Jakfar.

Ketua PPPKMI Cabang Aceh Besar, Nur Zahara, SKM, MKM, turut menyampaikan apresiasinya atas antusiasme warga Gampong Saney.

“Kami merasa sangat terhormat, kehadiran kami disambut baik dan ramai sekali warga yang hadir. Kami berterima kasih kepada Bapak Geuchiek dan semua unsur perangkat Gampong Saney, tidak berlebihan kalau anggapan kami warga Gampong ini punya keinginan besar untuk hidup sehat,” ujarnya.

Materi penyuluhan dibawakan oleh Syukriah, SKM, penyuluh kesehatan Aceh Besar. Kegiatan diawali dengan pemutaran film dokumenter mengenai bahaya rokok, kemudian dilanjutkan dengan pemaparan tentang zat-zat berbahaya yang terkandung dalam rokok. Syukriah menjelaskan bahwa asap rokok tidak hanya membahayakan perokok aktif, namun juga lebih berisiko terhadap orang-orang di sekitarnya. Penyuluhan ditutup dengan sesi tanya jawab interaktif bersama warga.

Geuchiek Gampong Saney, H. Nazaruddin, yang hadir bersama Ketua Pemuda Kecamatan Lhoong, Hery Saputra (Pak Dek), menyampaikan apresiasi atas pelaksanaan kegiatan di wilayahnya.

Ia berharap kegiatan serupa dapat terus menyentuh masyarakat di berbagai gampong, khususnya di kawasan pesisir Aceh Besar. Jambore Kemanusiaan ini sendiri digagas oleh tiga lembaga, yakni PPPKMI, PERSAGI, dan KAPPAH.

Editor: Akil

Aisyiyah Aceh Gelar ToT Mubalighat dan Konselor Keluarga, Mantapkan Dakwah Perempuan

0
Aisyiyah Aceh Gelar ToT Mubalighat dan Konselor Keluarga, Mantapkan Dakwah Perempuan. (Foto: Suara Muhammadiyah)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Dalam upaya memperkuat dakwah pencerahan dan membangun ketahanan keluarga yang berkemajuan, Majelis Tabligh dan Ketarjihan Pimpinan Wilayah ‘Aisyiyah Aceh menggelar Training of Trainer (ToT) Mubalighat dan Konselor Biro Konsultasi Keluarga Sakinah ‘Aisyiyah (BIKKSA). Kegiatan berlangsung di Universitas Muhammadiyah Aceh (Unmuha), 25–27 Juli 2025.

Dengan tema “Menguatkan Kompetensi Mubalighat dan Konselor BIKKSA untuk Mewujudkan Dakwah Pencerahan dan Keluarga Sakinah yang Berkemajuan”, pelatihan ini menjadi salah satu ikhtiar konkret ‘Aisyiyah dalam menghadirkan dakwah berbasis perempuan yang kontekstual dan membumi.

Ketua Panitia, Uceu Melawati, S.Sos.I, menjelaskan bahwa pelatihan ToT Mubalighat dirancang untuk membentuk para juru dakwah yang mampu merancang, mengelola, dan melatih di daerah masing-masing. Adapun ToT Konselor BIKKSA ditujukan untuk memperkuat kapasitas konselor dalam mendampingi keluarga menuju kehidupan harmonis, sejahtera, dan damai.

Ketua Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Aceh, A. Malik Musa, S.H., M.Hum, menyampaikan apresiasinya atas pelaksanaan kegiatan ini. Ia berharap kehadiran para mubalighat dan konselor mampu memperluas jangkauan dakwah hingga ke akar rumput.

Sementara itu, Ketua PW ‘Aisyiyah Aceh, Hj. Ashraf, S.P., M.Si, menekankan pentingnya peran mubalighat yang terampil dan adaptif di tengah perubahan zaman.

“Islam dan dakwah adalah satu kesatuan. Tanpa juru dakwah yang mumpuni, nilai-nilai Islam tidak akan berkembang di tengah masyarakat. ‘Aisyiyah hadir untuk memastikan itu terus hidup,” ujarnya.

Ashraf juga menjelaskan bahwa BIKKSA merupakan salah satu program unggulan Majelis Tabligh dan Ketarjihan yang memadukan konseling psikologi Islami dan nilai-nilai ideologis Muhammadiyah. Ia berharap pelatihan ini dapat menghasilkan konselor yang mampu memberikan pelayanan terbaik bagi umat.

Ke depan, para peserta diharapkan dapat membuka layanan BIKKSA di daerah masing-masing dan menjadi agen perubahan dalam membangun ketahanan keluarga.

Materi Pelatihan Padat dan Komprehensif

Materi pelatihan ToT Mubalighat antara lain mencakup Manhaj Tarjih Muhammadiyah oleh Alyasa’ Abu Bakar, Manhaj Tabligh Muhammadiyah oleh Dr. H. Muharrir Asy’ari, serta Risalah Perempuan Berkemajuan oleh Ashraf.

Selain itu, ada pula materi Sosiologi dan Manajemen Dakwah Keluarga Sakinah dalam PHIWM dan Sosiologi Dakwah oleh Azhar Ibrahim, isu Perkawinan Anak oleh Rukiyah Hanum, serta pelatihan Tabligh Digital dan Berbasis Komunitas oleh Feby Mutia.

Adapun pada sesi ToT BIKKSA, peserta mendalami materi Manhaj Tarjih Muhammadiyah (Alyasa’ Abu Bakar), Praktik Konseling Islami (Hanna Amalia), serta Manajemen Kasus dan Penanganan Kasus (Maria Ulfa). Peserta juga mendapatkan materi tentang pendirian dan analisis SWOT BIKKSA, teknik fasilitasi, serta penyusunan Rencana Tindak Lanjut (RTL) yang disampaikan oleh Sutri Helfianti.

Dihadiri 30 Peserta dari Seluruh Aceh

Pelatihan ini diikuti oleh 30 peserta, terdiri dari 17 peserta ToT Mubalighat dan 13 peserta ToT Konselor BIKKSA yang berasal dari berbagai kabupaten dan kota di Aceh.

Kegiatan berlangsung lancar dan disambut antusias oleh seluruh peserta. Mereka mengikuti setiap sesi pelatihan dengan semangat dan rasa kebersamaan yang tinggi. Di akhir kegiatan, seluruh peserta berfoto bersama sebagai bentuk solidaritas dan komitmen dalam menguatkan dakwah perempuan dan keluarga berkemajuan.

Editor: Akil

Marching Band Gita Handayani Disdik Aceh Raih 3 Medali Emas di Fornas VIII NTB, Kadisdik Apresiasi

0
Menteri Ekonomi Kreatif Indonesia, Teuku Riefky Harsya foto bersama Marching Band Gita Handayani Dinas Pendidikan Aceh di lokasi lomba, Lombok, NTB, Senin (28/7/2025). Dalam ajang Fornas VIII ini, Gita Handayani meraih 3 medali emas, 1 perak, dan 1 perunggu. (Foto: Disdik Aceh)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Marching Band Gita Handayani Dinas Pendidikan (Disdik) Aceh kembali mengharumkan nama daerah di kancah nasional. Pada Festival Olahraga Rekreasi Nasional (Fornas) VIII yang berlangsung di Lombok, Nusa Tenggara Barat, 26 Juli–1 Agustus 2025, tim ini berhasil meraih lima medali, terdiri dari tiga emas, satu perak, dan satu perunggu.

Emas pertama dipersembahkan oleh Iman Firmansyah di nomor Solo Colorguard. Medali emas kedua datang dari Taufiq Hidayat di kategori Solo Majorette. Sementara emas ketiga diraih tim Drumline Battle yang diperkuat 10 anggota.

Tak hanya itu, Gita Handayani juga memboyong medali perak untuk kategori Best Costume Street Parade (16 anggota) dan medali perunggu untuk Best Costume Drumline Battle (10 anggota).

Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis ST DEA, menyampaikan rasa bangga atas prestasi gemilang ini. Menurutnya, capaian tersebut lahir dari kerja keras, disiplin, serta semangat tinggi seluruh anggota tim.

“Alhamdulillah, saya menyampaikan ucapan selamat dan rasa bangga kepada seluruh tim Marching Band Gita Handayani. Prestasi ini adalah bukti bahwa generasi muda Aceh memiliki potensi luar biasa di bidang seni dan olahraga. Ini tidak hanya membawa harum nama Dinas Pendidikan Aceh, tetapi juga menjadi inspirasi bagi pelajar-pelajar lainnya di seluruh Aceh,” ujar Marthunis, Senin (28/7/2025).

Ia menegaskan, keberhasilan itu merupakan hasil sinergi pembina, pelatih, peserta, serta dukungan orang tua dan semua pihak yang terlibat.

“Kami di Dinas Pendidikan Aceh terus mendorong penguatan pendidikan karakter melalui kegiatan ekstrakurikuler seperti marching band, karena kami percaya pendidikan bukan hanya tentang akademik, tetapi juga pembentukan kepribadian, kreativitas, dan kerja sama,” katanya.

Marthunis menambahkan, prestasi ini diharapkan menjadi awal dari pencapaian lebih besar di masa depan. “Kami berharap prestasi ini menjadi titik awal untuk langkah-langkah lebih besar ke depan. Gita Handayani telah membuktikan bahwa dengan latihan serius dan semangat juang tinggi, anak-anak Aceh bisa tampil sejajar, bahkan lebih unggul, dibanding peserta dari provinsi lain. Kami akan terus mendukung dan memfasilitasi ruang tumbuh bagi bakat-bakat muda seperti ini,” harapnya.

Sementara itu, pelatih sekaligus peserta di kategori Solo Majorette, Taufiq Hidayat (Toya), mengungkapkan keberhasilan timnya tidak lepas dari latihan intensif serta dukungan penuh Dinas Pendidikan Aceh.

“Kami sudah menjalani latihan intensif selama beberapa bulan. Anak-anak tampil dengan semangat dan disiplin luar biasa. Dukungan dari Dinas Pendidikan Aceh sangat besar, dan yang paling membanggakan, tim kami mendapat perhatian langsung dari Menteri Ekonomi Kreatif, Teuku Riefky Harsya yang hadir langsung memberi semangat kepada Gita Handayani di lokasi lomba,” ungkap Taufiq.

Menurutnya, keberhasilan di Fornas VIII bukan sekadar soal medali. “Kehadiran Gita Handayani dalam Fornas VIII membuktikan bahwa Aceh mampu bersaing di tingkat nasional dalam bidang seni pertunjukan dan marching band, sekaligus menjadi bagian dari kebangkitan prestasi non-akademik di kalangan pelajar,” ujar Toya.

Dukung Ketahanan Pangan, Unsam Kembangkan Teknologi Monitoring Digital untuk Sawah di Aceh

0
Fasilitas kamera CCTV pada tower khusus di lahan sawah, Desa Desa Tualang Baru, Kecamatan Manyak Payed, Aceh Tamiang, Aceh. (Foto: MI)

NUKILAN.ID | IDI RAYEUK – Universitas Samudra (Unsam) Langsa terus berinovasi dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Terbaru, kampus negeri yang berada di wilayah timur Aceh itu mulai menerapkan teknologi monitoring digital untuk membantu petani memantau perkembangan tanaman padi dari jarak jauh.

Teknologi tersebut berupa pemasangan kamera CCTV di tower khusus yang dibangun langsung di tengah hamparan sawah Desa Tualang Baru, Kecamatan Manyak Payed, Kabupaten Aceh Tamiang. Program ini mulai dijalankan sejak awal musim tanam kedua atau musim gadu pada 19 Juli 2025.

Ketua Tim Pengabdi Masyarakat dari Unsam, Ahmad Ihsan ST, MT, menjelaskan bahwa kamera tersebut mampu mendeteksi kondisi tanaman secara visual dari kejauhan. Petani tidak lagi harus datang langsung ke sawah untuk memantau kondisi tanaman.

“Petani bisa memantau kondisi tanaman padi dari jarak jauh. Boleh merencanakan waktu panen lebih tepat dan efesien,” tutur Ahmad Ihsan yang dibenarkan oleh anggota tim, Khairul Muttaqin S.ST, MT.

Dengan bantuan teknologi ini, perubahan warna tanaman padi (Oryza sativa L) dapat diamati secara real-time. Informasi dari kamera CCTV ditampilkan dalam bentuk dashboard yang memudahkan petani menganalisis apakah padi sudah siap panen atau masih perlu waktu.

Pendampingan yang diberikan Unsam juga bertujuan untuk mendorong lahirnya pertanian cerdas (smart farming), meningkatkan efisiensi waktu panen, serta memaksimalkan hasil produksi gabah.

Rektor Unsam, Profesor Hamdani, menyatakan bahwa pembangunan sistem informasi digital di area pertanian merupakan bentuk komitmen kampus dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Ia menegaskan, inovasi ini diharapkan dapat meningkatkan kinerja petani dan berdampak pada peningkatan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

“Unsam adalah kampus negeri berada di wilayah timur atau pintu masuk dari Sumatera Utara ke Provinsi Aceh. Karena itu universitas kebanggaan masyarakat Langsa dan sekitarnya itu siap bertandang sebagai kampus berdampak,” ujar Prof Hamdani dikutip dari Media Indonesia.

Menurutnya, Unsam tidak hanya berfokus pada pendidikan, tetapi juga aktif berkontribusi dalam menyelesaikan berbagai persoalan sosial, ekonomi, hingga lingkungan hidup. Ia menekankan bahwa kampus perlu menjadi pusat solusi, mahasiswa sebagai agen perubahan, dan riset sebagai penggerak kebijakan.

“Mendorong mahasiswa dan dosen telibat pada proyek nyata yang memberikan dampak positif. Program pengabdian harus dirancang untuk menghasilkan jangka panjang, bukan hanya sekedar seremonial,” tambahnya.

Dengan pendekatan ini, Unsam berharap dapat menjadi pelopor kampus berdampak yang tidak hanya mencetak lulusan berkualitas, tetapi juga menghadirkan solusi konkret bagi tantangan masyarakat, khususnya dalam sektor pertanian dan ketahanan pangan.

Editor: Akil

Syech Muharram Bersilaturahmi dengan Tim Commando Independen dan Srikandi Lhoong

0
Syech Muharram Bersilaturahmi dengan Tim Commando Independen dan Srikandi Lhoong. (Foto: MC Abes)

NUKILAN.ID | JANTHO – Bupati Aceh Besar, H. Muharram Idris atau yang akrab disapa Syech Muharram, menghadiri kegiatan Jambore Kemanusiaan Peduli Kesehatan di Kecamatan Lhoong, Sabtu (26/7/2025). Kunjungan tersebut dimanfaatkan sebagai ajang silaturahmi bersama Tim Commando Independen dan Tim Srikandi Kecamatan Lhoong.

Didampingi sang istri, Hj. Rita Mayasari yang juga menjabat Ketua TP-PKK Aceh Besar, Syech Muharram bertemu langsung dengan para relawan di UDKP Kecamatan Lhoong. Ia menyampaikan rasa terima kasih dan apresiasi atas perjuangan mereka dalam mendukung pencalonannya pada Pilkada 2024 lalu.

“Dulu saya berdiri di depan saudara-saudari saya masih sebagai calon bupati, hari ini suatu kebanggaan bagi kita semua, hari ini yang berdiri di hadapan Bapak Ibu sekalian ada Bupati Aceh Besar. Pada kesempatan ini saya menyampaikan terimakasih dan apresiasi atas kerja keras dan militansi para tim pemenangan Commando Independen dan Srikandi dalam berjuang mewujudkan perubahan di Aceh Besar,” ujar Syech Muharram di hadapan puluhan anggota tim.

Ia mengungkapkan bahwa keinginan untuk bertemu langsung dengan para relawan sudah ada sejak lama. Namun, padatnya agenda pemerintahan usai pelantikan membuat pertemuan baru dapat terlaksana saat ini.

“Saya berharap kepada Bapak Ibu sekalian untuk tidak berkecil hati dengan kondisi tersebut. Rupanya tugas Bupati Aceh Besar itu tidak ringan untuk mengurus kabupaten yang sangat luas ini. Pada kesempatan ini saya berharap saudara-saudara sekalian untuk selalu bersama saya, hingga pemerintahan ini berakhir,” katanya.

Sebagai Ketua Umum Commando Independen Aceh Besar, Syech Muharram juga mengajak tim untuk turut mengawal jalannya pemerintahan, termasuk memberikan usulan program pembangunan demi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Ia bahkan membuka ruang bagi tim untuk terlibat langsung sebagai pelaksana program, jika memungkinkan.

Dalam kesempatan yang sama, Ketua Commando Independen Kecamatan Lhoong, Hery Saputra atau akrab disapa Pak Dek, menyampaikan harapan agar pemerintahan Syech Muharram memberi perhatian lebih kepada wilayah Lhoong.

“Lhoong masih menjadi kawasan 3T (Tertinggal, Terluar, dan Terpencil), oleh karena itu perlu perhatian lebih dari Pemkab Aceh Besar. Secara geografis Lhoong sangat jauh dari pusat pemerintahan Aceh Besar di Kota Jantho, mungkin karena alasan tersebut, selama ini seperti ditinggalkan. Saya atas nama masyarakat Lhoong meminta di bawah pemerintahan Syech Muharram, Kecamatan Lhoong akan berubah, sesuai dengan motto Bersama Masyarakat Menuju Perubahan Aceh Besar,” kata Pak Dek.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut Ketua Satgas Commando Independen Aceh Besar, Bang Pok; Wakil Ketua TP PKK Aceh Besar, Hj. Nurul Fazli, SAg; dan Yusri, VE, ST dari Tim Media Commando Independen Aceh Besar.

Editor: Akil

Bela Palestina, Warga Banda Aceh Kumpulkan Donasi Lebih dari Rp 1 Miliar

0
Warga Banda Aceh Kumpulkan Donasi Lebih dari Rp 1 Miliar dalam Aksi Bela Palestina. (Foto: Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Ribuan warga Banda Aceh dan sekitarnya memadati kawasan Taman Sultanah Safiatuddin hingga pelataran Stadion H Dimurthala, Ahad (27/7/2025), dalam aksi solidaritas bertajuk Aksi Bela Palestina yang digelar Pemerintah Kota Banda Aceh.

Sejak pukul 07.00 WIB, massa mulai berdatangan, mengenakan atribut khas dukungan terhadap Palestina seperti bendera, syal, hingga stiker yang tertempel di pipi. Satu barisan massa kemudian berjalan kaki sekitar satu kilometer menuju stadion, tempat puncak acara berlangsung.

Aksi ini merupakan bagian dari rangkaian Gebyar Muharram 1447 H dan dimeriahkan dengan Konser Amal oleh penyanyi religi, Opick. Dalam suasana haru, Opick membawakan lagu “Tombo Ati” di hadapan massa yang memadati pelataran stadion.

Tak hanya tampil menghibur, Opick juga memimpin prosesi penggalangan dana kemanusiaan. Antusiasme warga terlihat begitu tinggi. Total donasi yang berhasil dikumpulkan mencapai lebih dari Rp 1 miliar.

“Insyaallah, donasi kita hari ini akan digunakan untuk membangun dapur umum, tenda, serta penyaluran bantuan obat-obatan dan pembagian susu bagi anak-anak Palestina,” ujar Opick, yang disambut sorak haru peserta aksi.

Sebelum acara utama dimulai, kegiatan diawali dengan kirab bendera raksasa sepanjang 100 meter yang memadukan warna merah-putih bendera Indonesia dengan bendera Palestina. Kirab dimulai dari Taman Sultanah Safiatuddin dan berakhir di pelataran stadion.

Setibanya di lokasi utama, acara dilanjutkan dengan doa bersama dan orasi kemanusiaan yang disampaikan sejumlah tokoh, seperti Farid Nyak Umar, Ketua DPRK Banda Aceh Irwansyah, serta perwakilan Pemerintah Aceh.

Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, menyampaikan rasa syukur dan terima kasih kepada seluruh masyarakat dan tokoh Aceh atas solidaritas yang ditunjukkan.

Acara ini menjadi simbol komitmen warga Aceh, khususnya Banda Aceh, dalam menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina. (XRQ)

Reporter: Akil

Yunizar Tepis Pernyataan Nasrullah Terkait Konflik Hutan Adat Delong Senenggan

0
yunizar
Sekretaris Pemuda Lembah Senenggan, Yunizar. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | TAPAKTUAN – Polemik terkait dugaan perambahan Hutan Adat Delong Senenggan di Dusun Tanah Munggu, Gampong Durian Kawan, Aceh Selatan, memanas. Ketua Kelompok Tani Delong Durung, Nasrullah, membantah keras tuduhan bahwa kelompoknya telah merambah kawasan hutan adat. Namun, pernyataannya mendapat tanggapan serius dari warga adat setempat.

Dalam pernyataan kepada media pada Sabtu (26/7/2025) yang dikutip dari Kupas.co, Nasrullah menegaskan aktivitas kelompoknya dilakukan di wilayah Areal Penggunaan Lain (APL) dan bukan di kawasan hutan adat. Ia menduga ada pihak-pihak tertentu yang mencoba menggagalkan upaya petani menata ekonomi secara mandiri.

Ia juga mengklaim bahwa alat berat milik kelompoknya dirusak dan disita tanpa prosedur hukum yang jelas. Saat ini, pihaknya sedang menyiapkan langkah hukum untuk melawan dugaan kriminalisasi terhadap petani.

Nasrullah turut menunjukkan dua dokumen yang menurutnya sah: Surat Rekomendasi Geuchik Gampong Durian Kawan No. 335/425/2025 tertanggal 2 Juni 2025, dan Surat Rekomendasi dari KPH Wilayah VI Aceh No. 522/92 tertanggal 2 Juli 2025.

Namun, pernyataan ini dibantah oleh Yusnizar, Sekretaris Pemuda Lembah Senenggan, yang menyebut bahwa klaim tersebut perlu diluruskan berdasarkan fakta di lapangan dan kerangka hukum yang berlaku.

“Pernyataan Nasrullah justru menunjukkan bahwa wilayah itu memang telah dikenal secara sosial sebagai hutan adat oleh masyarakat hukum adat yang sah, meski belum ada pengakuan formal dari negara,” kata Yusnizar kepada Nukilan.id, Minggu (27/7/2025).

Yusnizar merujuk pada Pasal 6 ayat (2) dan Pasal 67 ayat (1) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, yang menegaskan bahwa keberadaan hutan adat tidak terlepas dari keberadaan masyarakat hukum adat. Artinya, meskipun pengakuan secara administratif belum diterbitkan, wilayah tersebut telah dikenal dan dihormati secara turun-temurun oleh komunitas adat setempat.

Karena itu, kata Yusnizar, pembukaan lahan di kawasan tersebut tidak bisa dilakukan secara sepihak, terlebih tanpa melibatkan atau meminta persetujuan dari masyarakat hukum adat yang secara historis telah menguasai wilayah itu.

“Oleh karena itu, aktivitas penggarapan di atas wilayah yang sedang dalam proses pengakuan sebagai hutan adat tidak dapat dilakukan secara sepihak, apalagi tanpa persetujuan masyarakat hukum adat yang menguasai wilayah tersebut secara turun-temurun,” katanya.

Yusnizar juga menanggapi soal dokumen rekomendasi yang dijadikan dasar oleh Nasrullah untuk membenarkan aktivitas penggarapan lahan yang menurutnya tidak serta merta memberikan legitimasi atas penguasaan lahan di atas wilayah hutan adat.

“Surat rekomendasi Keuchik Gampong Durian Kawan maupun Kepala KPH VI Aceh tidak serta merta memberikan legitimasi atas penguasaan lahan di atas wilayah hutan adat. Aparatur gampong tidak memiliki kewenangan untuk mengalihkan hak pengelolaan atau kepemilikan tanah yang secara historis merupakan bagian dari hutan adat,” jelas Yunizar.

Lebih lanjut, ia menilai bahwa tindakan tersebut justru dapat melanggar prinsip kehati-hatian, bahkan berpotensi mengabaikan hak masyarakat adat sebagaimana telah ditegaskan dalam Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 35/PUU-X/2012.

“Hal ini justru berpotensi melanggar asas kehati-hatian dan dapat dikategorikan sebagai bentuk pengabaian terhadap hak masyarakat adat sebagaimana dilindungi dalam Putusan Mahkamah Konstitusi No. 35/PUU-X/2012, yang menegaskan bahwa hutan adat bukan lagi bagian dari hutan negara,” tegas Yusnizar.

Dalam kasus konflik agraria yang melibatkan wilayah adat, ia menekankan pentingnya musyawarah sebagai prinsip penyelesaian utama. Ia menilai bahwa pengoperasian alat berat oleh kelompok tani tanpa melibatkan mekanisme adat merupakan bentuk pelanggaran etika sosial maupun hukum adat.

“Dalam konteks konflik agraria dan kawasan adat, musyawarah dan persetujuan bersama dengan masyarakat hukum adat adalah prinsip utama. Fakta bahwa kelompok tani mulai melakukan pembukaan lahan dan pengoperasian alat berat tanpa melalui dialog atau mekanisme adat yang sah menunjukkan adanya pelanggaran etika sosial dan hukum adat,” ungkapnya.

Yusnizar juga menyoroti pentingnya penghormatan terhadap mekanisme penyelesaian konflik berbasis adat. Ia menolak jika penyelesaian konflik hanya mengandalkan pendekatan hukum positif semata.

“Penyelesaian sengketa adat dalam kawasan hutan adat tidaklah serta merta harus diselesaikan berdasarkan hukum positif, melainkan harus melalui musyawarah majelis sidang adat sebagaimana yang tertuang dalam pasal 18B ayat (2) UUD 1945 yang pada pokoknya menegaskan bahwa negara mengakui dan menghormati hak-hak masyarakat hukum adat,” jelasnya.

Terkait insiden pengrusakan alat berat, Yusnizar mengaku menyesalkan peristiwa tersebut. Namun ia menilai, hal itu tidak boleh dijadikan pembenaran untuk mengabaikan akar masalah yang bersumber dari dugaan pelanggaran atas wilayah adat.

“Kami menyayangkan apabila terjadi insiden kekerasan dan pengrusakan terhadap alat berat kelompok tani. Namun hal ini tidak dapat dijadikan dalih untuk menutup-nutupi fakta bahwa akar konflik bersumber dari aktivitas yang dianggap melanggar wilayah adat dan dilakukan secara sepihak,” tegasnya.

Ia pun mendesak agar konflik ini diselesaikan melalui pendekatan dialog dan mediasi yang adil, bukan dengan memperluas klaim berbasis dokumen administratif yang dipertanyakan.

“Dalam situasi seperti ini, penyelesaian harus ditempuh melalui dialog dan mediasi, bukan dengan memperluas klaim atas dasar surat rekomendasi administratif yang diragukan legitimasi penguasaannya,” ungkap Yunizar.

Yunizar menegaskan bahwa konflik yang terjadi tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Ia menyatakan, penyelesaian yang adil dan berpihak pada kebenaran sejarah serta pengakuan hak masyarakat adat sangat mendesak untuk dilakukan.

Oleh karena itu, ia mendesak Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan dan Kementerian Kehutanan agar segera turun tangan menyelesaikan konflik yang sudah berlangsung cukup lama ini.

“Pemkab Aceh Selatan dan Kementerian Kehutanan perlu segera melakukan investigasi lapangan, memverifikasi batas-batas, dan mempercepat proses penetapan hutan adat Delong Senenggan secara resmi, agar tidak terjadi manipulasi klaim berbasis kepentingan sepihak,” tegasnya.

Yunizar juga mengingatkan agar semua pihak melihat bahwa secara sosial dan historis, lahan yang dipersoalkan merupakan bagian dari wilayah adat masyarakat. Ia menilai akar persoalan dalam konflik ini terletak pada pengabaian terhadap proses pengakuan hak adat yang seharusnya menjadi bagian penting dalam penyelesaian.

“Pengabaian terhadap proses pengakuan hak adat justru menjadi sumber konflik yang perlu diselesaikan melalui pendekatan hukum dan penghormatan terhadap hak-hak masyarakat adat,” pungkas Yusnizar. (XRQ)

Update berita lainnya di Nukilan.id dan Google News

Opick Meriahkan Aksi Bela Palestina di Banda Aceh

0
Opick Meriahkan Aksi Bela Palestina di Banda Aceh. (Foto: Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Ribuan warga memadati kawasan Stadion H Dimurthala, Banda Aceh, Minggu (27/7/2025), dalam puncak acara Gebyar Muharram 1447 H yang dirangkaikan dengan Aksi Bela Palestina.

Suasana haru dan penuh solidaritas menyelimuti lokasi saat penyanyi religi Opick membawakan lagu “Tombo Ati” di hadapan massa.

Pantauan Nukilan.id di lokasi, Opick tak hanya menghibur, tetapi juga memimpin langsung prosesi penggalangan dana kemanusiaan untuk Palestina. Antusiasme warga pun luar biasa. Total donasi yang terkumpul dalam aksi ini mencapai lebih dari Rp 1 miliar.

“Insyaallah, donasi kita hari ini akan digunakan untuk membangun dapur umum, tenda, serta penyaluran bantuan obat-obatan dan pembagian susu bagi anak-anak Palestina,” ujar Opick yang disambut sorak haru dari peserta aksi.

Sebelum acara utama dimulai, aksi diawali dengan kirab bendera raksasa sepanjang 100 meter yang menggabungkan warna merah-putih bendera Indonesia dengan bendera Palestina. Iring-iringan kirab tersebut dimulai dari Taman Sultanah Safiatuddin dan berakhir di pelataran Stadion H Dimurthala.

Aksi ini menjadi penegas komitmen masyarakat Aceh, khususnya warga Banda Aceh, dalam menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina. (XRQ)

Reporter: Akil

Ribuan Warga Banda Aceh Kibarkan Bendera Raksasa Indonesia-Palestina

0
Ribuan Warga Banda Aceh Kibarkan Bendera Raksasa Indonesia-Palestina. (Foto: Nukilan)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Suasana penuh haru dan solidaritas menyelimuti Kota Banda Aceh saat ribuan warga mengikuti Aksi Bela Palestina yang digelar sebagai puncak acara Gebyar Muharram 1447 H, Minggu (27/7/2025).

Amatan Nukilan.id di lokasi, aksi diawali dengan kirab bendera raksasa sepanjang 100 meter yang menggabungkan bendera Indonesia dan Palestina. Iring-iringan dimulai dari Taman Sultanah Safiatuddin dan berakhir plataran Stadion H Dimurthala, tempat utama penyelenggaraan acara.

Di tengah atribut Palestina yang dikenakan para peserta, sejumlah tokoh menyampaikan orasi kemanusiaan, termasuk Ketua DPRK Banda Aceh Farid Nyak Umar, Irwansyah, dan perwakilan dari Pemerintah Aceh.

Wali Kota Banda Aceh, Illiza Sa’aduddin Djamal, turut hadir dan menyampaikan apresiasinya atas tingginya kepedulian masyarakat terhadap perjuangan rakyat Palestina.

“Sudah 77 tahun saudara-saudara kita di sana berjuang untuk kemerdekaannya. Dengan kekuatan iman mereka mampu bertahan,” ujar Illiza seraya mengutuk agresor Israel beserta kroninya di tanah Palestina, khususnya Jalur Gaza hingga detik ini.

Ia menegaskan bahwa dukungan warga Banda Aceh untuk Palestina tidak akan surut.

“Kami akan terus ada untuk Palestina, dengan jiwa, darah, harta, apapun yang kami punya untuk kemerdekaan Palestina. Aksi hari ini belum cukup, kami akan terus berjuang, tidak akan berhenti,” kata Illiza.

Puncak acara makin menggetarkan saat penyanyi religi Opick melantunkan lagu Tombo Ati. Di momen itu, para peserta kembali membentangkan bendera Palestina berukuran raksasa. (xrq)

Reporter: Akil

BMKG: Aceh Masih Rawan Karhutla hingga Agustus

0
Ilustrasi Kebakaran hutan (Foto: Dok BPBA)

NUKILAN.ID | MEULABOH — Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan bahwa potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla) masih mengintai sejumlah wilayah di Provinsi Aceh hingga Agustus 2025 mendatang. Hal ini disebabkan oleh puncak musim kemarau yang terjadi sejak Juli.

“Berdasarkan pengamatan citra satelit, sejak bulan Juli sampai Agustus 2025 merupakan musim puncak musim kemarau. Jadi, potensi karhutla masih bisa terjadi,” kata Prakirawan Stasiun BMKG Meulaboh, Almira Aprilianti, di Nagan Raya, Aceh, Sabtu (26/7/2025).

BMKG mencatat suhu udara cenderung meningkat karena paparan sinar matahari langsung ke permukaan bumi tanpa adanya tutupan awan. Kondisi ini membuat wilayah Aceh semakin rawan terhadap terjadinya kebakaran, baik di hutan maupun lahan warga.

“Kemarau yang terjadi saat ini… terjadi karena sinar terik matahari dapat menyebabkan naiknya suhu udara, dikarenakan tidak adanya tutupan awan sehingga sinar matahari langsung masuk ke permukaan bumi,” ujar Almira.

Seiring meningkatnya suhu udara tersebut, BMKG mengimbau masyarakat agar tidak membuka lahan dengan cara dibakar. Selain berisiko menimbulkan kebakaran besar, aktivitas ini juga melanggar hukum yang berlaku.

“Oleh karena itu, BMKG mengimbau kepada masyarakat agar tidak melakukan aktivitas pembukaan lahan dengan cara membakar, karena hal ini dapat mengakibatkan terjadinya potensi kebakaran hutan dan lahan,” katanya.

BMKG juga mengingatkan masyarakat untuk lebih waspada dalam menggunakan sumber api di luar ruangan agar tidak memicu percikan yang bisa berujung pada kebakaran.

Meski demikian, Almira menyebut masih ada peluang curah hujan di beberapa wilayah Aceh akibat gangguan atmosfer yang bersifat lokal.

“Hal ini disebabkan karena adanya gangguan cuaca seperti terjadinya penumpukan massa udara, yang menyebabkan pertumbuhan awan konvektif yang dapat menyebabkan terjadinya hujan pada pagi, siang, sore hingga malam atau dini hari,” ujar dia.

Hingga Sabtu (26/7/2025), satu hektare lahan di Kecamatan Woyla, Aceh Barat, dilaporkan kembali terbakar. Petugas Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat masih melakukan upaya pemadaman di lokasi tersebut.

Editor: Akil