Beranda blog Halaman 14

Inayah Alya, Mahasiswi yang Menyalakan Semangat Kepemimpinan Remaja Aceh dari Hati

0
Inayah Alya. (Foto: kemdiktisaintek.go.id)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Dari Desa Lubok Batee, Aceh Besar, langkah seorang mahasiswi bernama Inayah Alya, atau akrab disapa Naya, menjadi bukti bahwa kepemimpinan tidak selalu harus lahir dari jabatan tinggi. Ia meyakini bahwa menjadi pemimpin berarti mampu menyalakan semangat, mendengarkan, dan memberdayakan sesama.

“Kepemimpinan bukan tentang posisi tertinggi, melainkan kemampuan untuk menyalakan semangat, mendengarkan, dan memberdayakan tim,” tulis Naya dalam esai kepemimpinannya untuk Future Leaders Camp (FLC) 2025.

Sebagai mahasiswa Administrasi Rumah Sakit di STIKes Muhammadiyah Aceh, Naya menafsirkan kepemimpinan sebagai cara untuk menumbuhkan harapan dan menggerakkan perubahan, baik di kampus maupun di tengah masyarakat. Langkah awalnya dimulai dari peran kecil saat ia dipercaya menjadi Komandan Tingkat (Komting) di awal masa kuliah.

“Dari peran kecil itu, aku belajar makna pertama kepemimpinan bahwa memimpin bukan tentang jabatan, melainkan tentang mendengar, memahami, dan memastikan semua orang merasa dilibatkan,” ungkapnya.

Membangkitkan Semangat Organisasi di Kampus

Perjalanan Naya berlanjut ketika ia dipercaya menjadi Wakil Presiden Mahasiswa BEM STIKes Muhammadiyah Aceh. Saat roda organisasi kampus sempat berhenti berputar, Naya bersama 27 anggota BEM berupaya menghidupkan kembali semangat organisasi.

“Bersama tim, saya membangun budaya kerja kolaboratif, komunikasi terbuka, dan rasa kekeluargaan di antara anggota,” ujarnya.

Langkah itu membuat BEM kembali aktif menjalankan berbagai program kemahasiswaan, menjalin sinergi antarorganisasi, dan menjadi wadah pembelajaran bagi mahasiswa.

Menyapa Remaja Lewat Edukasi Kesehatan

Kiprah Naya tak berhenti di kampus. Ia turut berperan sebagai Koordinator II Remaja Centra Muda Putroe Phang (CMPP) di bawah Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Provinsi Aceh. Bersama rekan-rekannya, ia membantu menghidupkan kembali program remaja yang sempat vakum.

Dalam kolaborasi antara Dinas Kesehatan, UNICEF, dan PKBI Aceh, Naya memimpin para fasilitator muda untuk memberikan edukasi tentang kesehatan reproduksi, pencegahan napza, dan partisipasi remaja di sekolah serta posyandu. Program tersebut kini telah menjangkau lebih dari 200 remaja di 10 puskesmas di Aceh.

“Kami hidupkan lagi. Karena remaja lebih mudah bicara dengan remaja, kami turun langsung ke lapangan untuk edukasi,” ujarnya.

Bagi Naya, kepemimpinan dalam konteks ini bukan sekadar mengarahkan, tetapi menciptakan ruang aman agar remaja bisa berkembang dan percaya diri.

“Saya belajar untuk memimpin dengan empati, agar mereka dapat berkontribusi dengan cara terbaiknya,” katanya.

Dari Ide ke Aksi Nyata

Sebagai ketua tim Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) Video Gagasan Konstruktif (VGK), Naya mengangkat gagasan tentang edukasi stunting berbasis budaya lokal Gayo Lues.

“Pengembangan gagasan edukasi stunting berbasis pembelajaran inovatif dengan kearifan lokal Gayo Lues,” tulisnya.

Melalui proyek itu, ia berusaha menjembatani pesan kesehatan dengan pendekatan budaya, agar lebih mudah dipahami oleh masyarakat pedesaan.

Inovasi lain muncul ketika Naya membina tim LUNGY (Lung Healthy), penerima Hibah Program Youth for Health Impact UNICEF Aceh 2025.

“Saya membimbing BEM remaja untuk menciptakan inovasi edukasi tentang bahaya asap rokok bagi anak melalui metode eksperimen sains dan maskot edukatif ‘Lungy’,” tulisnya.

Proyek ini tidak hanya meningkatkan kesadaran publik tentang kesehatan anak, tetapi juga menumbuhkan kreativitas remaja untuk berinovasi secara ilmiah dan menyenangkan.

Menemukan Makna di Future Leaders Camp 2025

Kesempatan mengikuti Future Leaders Camp (FLC) 2025 menjadi pengalaman berharga bagi Naya.

“Kesannya senang banget, bahkan nggak bisa diungkapkan, biasanya aku ketemu di forum yang lingkupnya kecil aja, tapi di sini ketemu teman-teman dari seluruh Sumatera, orang-orang keren,” ungkapnya.

Lewat pertemuan lintas daerah itu, Naya melihat kepemimpinan dari sudut pandang yang lebih luas.

“Dulu aku pikir memimpin di kampus aja sudah cukup besar, tapi ternyata kita bisa berdampak lebih luas bahkan sampai membuka lapangan pekerjaan dan membantu masyarakat,” katanya dengan mata berbinar.

Sepulang dari FLC, Naya bertekad membagikan pengalaman tersebut di kampusnya.

“Aku satu-satunya yang lolos dari kampus, jadi rasanya kayak punya tanggung jawab untuk berbagi pengalaman ini,” tuturnya.

FLC juga menjadi momen refleksi baginya tentang arti ketahanan seorang pemimpin.

“Kadang aku merasa capek, kayak cukup sampai sini aja. Tapi setelah FLC, aku sadar bahwa dampak yang panjang itu justru berarti. Jadi semangatnya kebakar lagi,” ujarnya sambil tertawa kecil.

Pemimpin Muda yang Menginspirasi

Kisah Naya menunjukkan bahwa kepemimpinan sejati tumbuh dari empati dan aksi nyata. Ia menjadikan ilmu yang dipelajari sebagai alat pelayanan, bukan sekadar pengetahuan di atas kertas.

Melalui semangat yang ia bawa dari Future Leaders Camp 2025, Inayah Alya menjadi cerminan pemimpin muda Aceh yang kolaboratif, peduli, dan berorientasi pada kemaslahatan masyarakat. Suaranya memang lembut, namun dampaknya nyata—menyalakan harapan bagi generasi yang lebih sehat dan inklusif di Aceh.

Ustaz Masrul Aidi Nilai Kesimpulan Polisi Soal Motif Pembakaran Dayah Babul Maghfirah Terlalu Prematur

0
Pimpinan Dayah Babul Maghfirah, Ustaz Masrul Aidi Lc. (Foto: Net)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Pimpinan Dayah Babul Maghfirah, Ustaz Masrul Aidi Lc, menyesalkan kesimpulan penyidik Polresta Banda Aceh yang dinilai terlalu tergesa-gesa dalam menetapkan motif pembakaran asrama santri di dayah tersebut. Peristiwa kebakaran itu terjadi pada Jumat dini hari (31/10/2025).

Ia membantah keras narasi yang menyebut bahwa motif utama pelaku pembakaran adalah korban bullying.

“Kesimpulan yang disampaikan oleh penyidik Polresta Banda Aceh itu terlalu prematur, dan dijadikan serangan oleh pihak-pihak yang tidak senang kepada dayah, seolah-olah dayah ini tempat pembulian,” ujar Ustaz Masrul Aidi dalam keterangannya yang dikirim kepada wartawan, Jumat malam (7/11/2025).

Menurutnya, tuduhan bahwa pembakaran dipicu oleh tindakan bullying tidak masuk akal dan justru berpotensi merusak nama baik lembaga pendidikan Islam. Ia menilai aparat seharusnya lebih berhati-hati sebelum mempublikasikan hasil penyelidikan yang belum matang.

Ustaz Masrul juga menguraikan sejumlah alasan yang membuat pihaknya meragukan motif tersebut. Pertama, pelaku merupakan santri kelas tiga SMA atau tingkat paling senior di dayah.

“Tidak ada lagi senior di atas dia, karena dia yang senior,” jelasnya.

Kedua, pelaku diketahui memiliki saudara kembar yang satu kelas dengannya. “Kalau benar dibully, masa abangnya tidak tahu? Dan mengapa selama tiga tahun tidak melapor?” katanya.

Selain itu, pelaku dikenal berprestasi dan pernah mewakili dayah dalam lomba cerdas cermat.

“Biasanya anak yang dibully tidak percaya diri dan sulit berprestasi. Jadi alasan bullying ini sangat lemah,” tambahnya.

Lebih lanjut, Ustaz Masrul juga menilai motif yang disebut hanya karena ejekan seperti “bodoh” atau “tolol” tidak logis. Ia menilai tindakan ekstrem seperti membakar asrama tidak mungkin dilakukan oleh seseorang yang dianggap lemah hanya akibat ejekan semacam itu.

Pihak dayah justru menduga ada faktor lain di balik tindakan pelaku. Berdasarkan informasi keluarga, pelaku berasal dari rumah tangga yang tidak harmonis dan pernah mengalami depresi berat hingga mencoba meminum kapur barus.

Selain itu, pelaku disebut aktif bermain game online Roblox, yang diduga memicu perilaku berisiko akibat tantangan di dalam permainan.

“Bahkan ada keterangan dari teman sekamarnya bahwa pelaku sempat bilang ingin membakar asrama supaya bisa libur lebih lama,” ungkapnya.

Ustaz Masrul menegaskan bahwa Dayah Babul Maghfirah selalu menanamkan nilai akhlak mulia, kesantunan, serta penghormatan antar santri. Ia berharap pihak kepolisian dapat melakukan klarifikasi lebih mendalam sebelum menyimpulkan hasil penyelidikan kepada publik.

“Kesimpulan dari penyidik kepolisian yang disampaikan oleh Kapolresta Kombes Pol Joko Heri Purwono itu sangat prematur. Kami berharap agar penyidik kepolisian menyajikan informasi yang berimbang dan tidak merugikan citra pendidikan Islam di Aceh,” pungkas Ustaz Masrul Aidi.

266 Desa di Aceh Timur Ditetapkan Rawan Banjir, Warga Diminta Waspada

0
Personel Polsek Simpang Jernih memantau daerah aliran sungai di Simpang Jernih, Kabupaten Aceh Timur, Jumat (7/11/2025) (FOTO: ANTARA/HO-Polsek Simpang Jernih)

NUKILAN.ID | IDI RAYEUK – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Aceh Timur menetapkan sebanyak 266 desa atau gampong di wilayah tersebut masuk dalam kategori rawan banjir, terutama saat hujan deras dengan intensitas tinggi melanda kawasan itu.

Kepala Pelaksana BPBD Aceh Timur, Ashadi, mengatakan pihaknya telah memetakan daerah-daerah yang berpotensi terendam air jika hujan terjadi dalam waktu lama.

“Ada sebanyak 266 gampong di Kabupaten Aceh Timur rawan banjir saat hujan lebat atau intensitas tinggi dan dalam waktu lama,” ujar Ashadi di Aceh Timur, Jumat (7/11/2025).

Ia mengingatkan masyarakat, khususnya yang tinggal di wilayah pedalaman dan di sekitar aliran sungai, agar tetap waspada. Musim penghujan yang mulai melanda sejumlah kawasan di Aceh disebut dapat meningkatkan risiko luapan air sungai secara tiba-tiba.

“Kami ingatkan masyarakat, terutama di daerah aliran sungai lebih berhati-hati karena luapan sungai dapat terjadi sewaktu-waktu. Jika banjir terjadi, segera informasikan,” kata Ashadi.

Sebagai langkah antisipatif, BPBD Aceh Timur telah menyiagakan personel dan menyiapkan sejumlah perlengkapan darurat seperti tenda pengungsian dan perahu karet untuk membantu evakuasi warga jika bencana terjadi.

Sementara itu, jajaran kepolisian juga turut melakukan pemantauan di sejumlah titik rawan. Personel Polsek Simpang Jernih misalnya, melakukan patroli rutin di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Simpang Jernih yang kerap meluap saat hujan deras.

Kapolsek Simpang Jernih, Ipda Safwadinur, mengatakan kegiatan patroli tersebut merupakan langkah preventif dalam mendeteksi potensi bencana alam di wilayah pedalaman Aceh Timur.

“Patroli merupakan langkah preventif kepolisian dalam memantau wilayah rawan bencana alam, khususnya di sekitar aliran sungai yang berpotensi meluap saat intensitas hujan tinggi,” katanya.

Ia menuturkan, sejumlah desa di Kecamatan Simpang Jernih seperti Desa Batu Sumbang, Desa Pante Kera, dan Desa Simpang Jernih, kerap mengalami genangan air hingga banjir setiap kali curah hujan tinggi.

“Kami juga memerintahkan personel, termasuk Bhabinkamtibmas agar selalu monitor daerah-daerah tersebut dan berkoordinasi dengan para perangkat desa yang daerahnya tergolong daerah rawan bencana atau banjir,” ujar Safwadinur.

Pemerintah daerah dan aparat keamanan pun mengimbau warga agar tetap waspada terhadap perubahan cuaca ekstrem serta aktif melaporkan setiap potensi bencana yang muncul.

Oknum Polisi Syariah di Banda Aceh Ditangkap Warga karena Diduga Berbuat Mesum

0
Ilustrasi, (Foto: Antara)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Seorang anggota Satuan Polisi Pamong Praja dan Wilayatul Hisbah (Satpol PP-WH) Banda Aceh berinisial TRA (28) ditangkap warga setelah diduga berbuat mesum dengan seorang perempuan berinisial AM (23) di kawasan Desa Lamteumen Timur, Kota Banda Aceh, pada Jumat (7/11/2025) dini hari.

Peristiwa itu terjadi sekitar pukul 02.00 WIB, saat warga mencurigai keberadaan keduanya di lokasi tersebut. Setelah diamankan, pasangan itu kemudian diserahkan kepada Satpol PP/WH Kota Banda Aceh untuk pemeriksaan lebih lanjut.

“Iya benar (anggota Polisi Syariah). Status mereka pacaran,” kata Kasatpol PP/WH Banda Aceh, Muhammad Rizal, saat dikonfirmasi Kompas.com, Jumat (7/11/2025).

Rizal menjelaskan, dari hasil pemeriksaan awal, keduanya terbukti melanggar ketentuan syariat Islam yang berlaku di Aceh. “Keduanya terbukti melanggar syariat dan akan diproses sesuai ketentuan hukum yang berlaku,” ujarnya.

Rizal menegaskan, pihaknya tidak akan mentoleransi pelanggaran hukum syariat, termasuk yang dilakukan oleh aparat penegak syariat sendiri.
“Siapapun yang terlibat kita tindak tegas,” ucapnya.

Lebih lanjut, Rizal menyebutkan bahwa selain dikenai sanksi berdasarkan Qanun Jinayah, oknum anggota Polisi Syariah tersebut juga akan menjalani proses kepegawaian di lingkungan pemerintah Kota Banda Aceh.
“Selain proses hukum, kami juga akan lapor ke wali kota,” pungkasnya.

Menurut Rizal, Badan Kepegawaian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BKPSDM) Kota Banda Aceh akan menindaklanjuti pelanggaran disiplin pegawai tersebut sesuai ketentuan yang berlaku.

Kasus ini menambah daftar pelanggaran etik dan syariat yang melibatkan aparat penegak hukum di Aceh, sekaligus menjadi ujian bagi komitmen pemerintah daerah dalam menegakkan aturan tanpa pandang bulu.

Polisi Tangkap Trio Spesialis Pembobol Toko Grosir Aceh di Gerbang Tol Kisaran

0
Polisi Tangkap Trio Spesialis Pembobol Toko Grosir Aceh di Gerbang Tol Kisaran. (Foto: Polda Aceh)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Pelarian tiga pria yang diduga sebagai spesialis pembobol toko grosir di Aceh berakhir sudah. Tim Jatanras Polda Aceh bersama Satreskrim Polres Lhokseumawe berhasil menangkap mereka di gerbang Tol Kisaran, Sumatera Utara, pada Kamis (6/11/2025) dini hari.

Ketiga pelaku yang ditangkap masing-masing berinisial MY dan AU, warga Sumatera Utara, serta MN, warga Aceh Timur. Penangkapan tersebut dilakukan setelah polisi menindaklanjuti laporan pembobolan Toko Grosir Sinar Arun 2 di Kecamatan Dewantara, Kabupaten Aceh Utara.

“Tim Jatanras Polda Aceh dan Satreskrim Polres Lhokseumawe telah menangkap tiga pelaku curat yang beroperasi di sejumlah wilayah di Aceh,” ujar Kabid Humas Polda Aceh Kombes Joko Krisdiyanto kepada wartawan.

Berdasarkan hasil penyelidikan, polisi mengetahui keberadaan para pelaku yang tengah melintas di Sumatera Utara. Petugas kemudian menghadang kendaraan yang ditumpangi ketiganya di gerbang Tol Kisaran. Ketiganya tak berkutik saat diamankan tanpa perlawanan.

Dari hasil pemeriksaan, para pelaku diketahui telah beraksi tujuh kali di empat kabupaten di Aceh, yakni tiga kali di Lhokseumawe, satu kali di Pidie Jaya, dua kali di Aceh Tamiang, dan satu kali di Bener Meriah.
“Para pelaku ini tergolong kelompok spesialis pencurian toko grosir,” jelas Joko.

Kini, ketiga pelaku telah ditahan di Polda Aceh. Penyidik Ditreskrimum juga berkoordinasi dengan satuan reserse kriminal di berbagai polres untuk mengumpulkan seluruh laporan yang berkaitan dengan aksi kejahatan mereka.

Mantan Kapolresta Banda Aceh itu menegaskan bahwa penangkapan ini merupakan bukti keseriusan Polda Aceh dalam menindak tegas setiap pelaku kejahatan yang meresahkan masyarakat dan pelaku usaha.

“Kami tidak akan memberi ruang bagi pelaku kriminalitas yang meresahkan dan dapat mengganggu kamtibmas, apalagi berdampak pada aktivitas ekonomi warga. Hal ini selaras dengan poin keempat Commander Wish Kapolda Aceh Irjen Pol. Marzuki Ali Basyah, yaitu Peningkatan Harkamtibmas,” tegasnya.

Dengan tertangkapnya tiga pelaku tersebut, polisi berharap kasus pencurian toko grosir di sejumlah wilayah Aceh dapat terungkap secara menyeluruh, serta menjadi peringatan bagi kelompok kriminal lain yang mencoba beraksi di Tanah Rencong.

BNN Musnahkan 69 Ton Ganja di Aceh Utara, Tegaskan Komitmen Wujudkan Indonesia Bersinar

0
BNN Musnahkan 69 Ton Ganja di Aceh Utara. (Foto: BNN)

NUKILAN.ID | LHOKSUKON – Sebanyak 69 ton ganja atau sekitar 97.000 batang tanaman ganja dimusnahkan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) di kawasan Desa Teupin Reusep, Kecamatan Sawang, Kabupaten Aceh Utara, Kamis (6/11/2025).

Pemusnahan ini dilakukan langsung di lokasi ladang ganja yang tersebar di enam titik dengan ketinggian antara 194 hingga 301 meter di atas permukaan laut. Total luas lahan mencapai sekitar 6,5 hektare.

Kegiatan ini melibatkan 151 personel gabungan dari unsur BNN, TNI, Polri, Satpol PP, Kejaksaan Negeri Aceh, Bea dan Cukai, Dinas Pertanian, serta Dinas Kehutanan. Sebelum menuju lokasi, seluruh personel mengikuti apel di halaman Masjid Desa Alue Ie Mudek, Kecamatan Sawang, sekitar pukul 07.00 WIB.

Perjalanan ke lokasi ladang ganja tidak mudah. Setelah menempuh jalur kendaraan, tim harus melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki sejauh satu kilometer melewati medan berbatu dan perbukitan.

Koordinator Lapangan, Kombes Pol Heru Yulianto, menjelaskan bahwa operasi ini merupakan bagian dari komitmen BNN dalam mendukung program Indonesia Bersinar (Bersih Narkoba) yang sejalan dengan Asta Cita Presiden Prabowo Subianto dalam upaya pemberantasan narkotika.

“Seluruh kegiatan penindakan ini merupakan implementasi dari Pasal 92 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, yang mewajibkan pemusnahan tanaman narkotika yang ditemukan di wilayah Indonesia,” ujar Heru.

Ia menambahkan, temuan ladang ganja di wilayah tersebut merupakan hasil penyelidikan dan pemetaan wilayah rawan narkotika di Provinsi Aceh. Namun hingga kini, pemilik lahan belum berhasil diidentifikasi.

Heru menyebut, Desa Teupin Reusep merupakan salah satu wilayah yang menjadi pilot project Program Grand Design Alternative Development (GDAD) yang diinisiasi oleh BNN, selain Aceh Besar, Bireuen, dan Gayo Lues.

“Temuan ladang ganja di wilayah ini menjadi perhatian khusus BNN untuk memperkuat program Alternative Development melalui pelatihan keterampilan dan pendampingan masyarakat agar beralih dari menanam ganja ke komoditas pertanian yang legal dan bernilai ekonomi,” jelasnya.

Pemusnahan ganja tersebut menjadi salah satu langkah nyata dalam mencegah Aceh kembali menjadi basis produksi narkotika di Indonesia.

Lebih lanjut, Kombes Heru yang juga Kasatgas Ladang Ganja BNN Pusat, menegaskan bahwa semangat pemberantasan narkoba kini dilakukan dengan pendekatan “War on Drugs for Humanity” – perang melawan narkoba demi kemanusiaan.

“Kami mengimbau masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan serta berani melaporkan setiap indikasi penyalahgunaan dan peredaran narkotika. Satu laporan adalah bentuk nyata kepedulian dalam menyelamatkan generasi bangsa,” pungkasnya.

Langkah BNN ini sekaligus menegaskan bahwa pemberantasan narkoba tidak hanya soal penindakan, tetapi juga transformasi sosial dan ekonomi masyarakat agar terbebas dari ketergantungan pada tanaman terlarang.

Siswi Madrasah Aceh Besar Tembus Grand Final OMI Riset 2025 Nasional

0
Siswi Madrasah Aceh Besar Tembus Grand Final OMI Riset 2025 Nasional. (Foto: Humas Kankemenag Aceh Besar)

NUKILANID | JANTHO – Dua tim riset dari madrasah di Kabupaten Aceh Besar berhasil menorehkan prestasi membanggakan di kancah nasional. Mereka lolos ke babak grand final Olimpiade Madrasah Indonesia (OMI) Riset 2025 setelah menyingkirkan lebih dari 9.000 proposal riset dari seluruh Indonesia.

Kedua karya ilmiah itu berasal dari MAN 3 Aceh Besar dan Dayah Insan Qurani Aceh Besar, yang akan mewakili Provinsi Aceh pada grand final di Hotel Grand El Hajj, Banten, pada 11 November 2025 mendatang.

Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Besar, H. Saifuddin, S.E., menyampaikan rasa syukur dan bangga atas capaian tersebut.

“Ini adalah bukti bahwa madrasah mampu bersaing di tingkat nasional dengan ide-ide riset yang kreatif, kontekstual, dan berakar pada nilai-nilai keislaman,” ujar Saifuddin di Aceh Besar, Kamis (6/11/2025).

Riset pertama disusun oleh Andis Febrina dari MAN 3 Aceh Besar dengan judul “Ekoteologi dan Maqashid al-Syari’ah: Studi Kasus Gerakan Mpu Uteun dalam Konservasi Hutan di Aceh.”
Sementara itu, riset kedua merupakan hasil kolaborasi tiga siswi Dayah Insan Qurani Aceh Besar — Afra Althafunnaja, Syahira Aleta Rasha, dan Maryam Thahara Meutuah — berjudul “Akulturasi Kuliner Halal Etnis Tionghoa di Banda Aceh.”

Kedua penelitian ini masuk dalam kelompok tema Integrasi Keislaman dan Keilmuan (Ekotekologi), bidang yang memadukan nilai-nilai Islam dengan sains modern, terutama dalam pelestarian lingkungan dan kearifan budaya.

Menurut Saifuddin, yang akrab disapa Yahwa, keberhasilan tersebut tidak terlepas dari kerja keras siswa, bimbingan para guru, serta dukungan seluruh keluarga besar madrasah.

“Prestasi ini lahir dari semangat belajar, kerja keras, dan dedikasi. Semoga capaian ini menjadi inspirasi bagi seluruh siswa madrasah di Aceh Besar untuk terus berinovasi dan mengukir prestasi,” katanya.

Yahwa juga memberikan dorongan kepada para pelajar madrasah agar tidak ragu untuk menekuni dunia riset. Ia menegaskan bahwa penelitian bukan hanya milik ilmuwan besar, melainkan juga bisa lahir dari ruang-ruang madrasah.

“Jadikan keberhasilan ini sebagai pemicu semangat untuk terus meneliti, berkarya, dan membawa nama baik Aceh Besar di kancah nasional,” ujarnya.

Sebagai informasi, OMI Riset merupakan ajang kompetisi resmi yang digelar Kementerian Agama RI, dengan tujuan menumbuhkan budaya riset di kalangan siswa madrasah.

Capaian dua tim dari MAN 3 dan Dayah Insan Qurani ini tidak hanya mengharumkan nama Aceh Besar, tetapi juga menjadi inspirasi bagi madrasah lain di Tanah Rencong untuk terus melahirkan generasi peneliti muda yang berdaya saing.

Menakar Program Makan Siang Gratis dalam Perspektif Ontologis, Epitemologis dan Aksiologis

0
Rahmat Raji, S.Pd, Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | OPINI – Program Makan Siang Gratis (MBG) menjadi salah satu kebijakan publik yang paling ramai dibicarakan dalam beberapa waktu terakhir. Program ini dirancang untuk memastikan anak-anak sekolah mendapatkan asupan gizi yang cukup agar dapat tumbuh sehat dan belajar dengan optimal.

Di satu sisi, MBG dipandang sebagai langkah nyata negara dalam memperkuat kesejahteraan masyarakat, terutama di sektor pendidikan dan kesehatan anak. Namun di sisi lain, muncul perdebatan soal kesiapan negara dari aspek anggaran dan pelaksanaannya di lapangan.

Tulisan ini mencoba melihat program MBG melalui tiga sudut pandang filsafat ilmu — ontologis, epistemologis, dan aksiologis — guna memahami hakikat, dasar pengetahuan, serta nilai di balik kebijakan tersebut.

Analisis Ontologis (Hakikat Program)

Secara ontologis, MBG adalah sebuah kebijakan pemerintah yang berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, yaitu makanan. Program ini berhubungan dengan usaha negara untuk membantu kesehatan dan perkembangan anak sejak dini. Jadi, hakikat MBG bukan hanya memberi makan, tetapi menunjukkan bahwa negara hadir untuk membantu warganya agar dapat tumbuh dengan baik dan berkualitas.

Analisis Epistemologis (Dasar Pengetahuan dan Perencanaan)

Secara epistemologis, kebijakan MBG harus disusun berdasarkan pengetahuan dan data yang jelas. Pemerintah perlu mengetahui Seberapa besar masalah gizi anak saat ini, apakah anggaran negara cukup untuk menjalankan program secara terus-menerus? Bagaimana cara mendistribusikan makanan dengan baik dan merata? Apa saja tantangan pelaksanaan di sekolah-sekolah?

Jika program dibuat hanya berdasarkan keinginan politik tanpa mempertimbangkan data dan kemampuan, maka program ini bisa sulit dijalankan atau justru membebani anggaran. Karena itu, MBG memerlukan kajian ilmiah dan perencanaan yang matang.

Analisis Aksiologis (Nilai dan Manfaat)

Secara aksiologis, MBG mengandung nilai kemanusiaan dan keadilan sosial. Program ini membantu anak-anak untuk mendapatkan gizi yang cukup, meningkatkan konsentrasi belajar, dan mengurangi beban ekonomi keluarga.

Manfaat yang mungkin muncul anak lebih sehat dan aktif belajar, ketimpangan sosial antar siswa dapat berkurang, keluarga kurang mampu merasa lebih terbantu. Namun, nilai baik ini hanya bisa tercapai jika pelaksanaannya jujur dan teratur.

Jika tidak dikelola dengan baik, dapat muncul pemborosan anggaran, penyalahgunaan dana, ketidakseimbangan pembagian makanan antar daerah. Karena itu, pengawasan dan keterbukaan sangat penting.

Kesimpulan

Secara filosofis, Program Makan Siang Gratis memiliki pondasi yang kuat: secara ontologis berkaitan dengan pemenuhan kebutuhan dasar manusia, secara epistemologis memerlukan dasar data dan perencanaan yang jelas, dan secara aksiologis membawa nilai kemanusiaan, keadilan, serta kepedulian sosial.

Agar program ini tidak sekadar menjadi janji politik, pemerintah perlu memastikan perencanaan yang matang, penggunaan anggaran yang tepat sasaran, serta pengawasan ketat di setiap tahap pelaksanaannya.

Jika dikelola dengan baik, MBG bukan hanya sekadar program makan siang, melainkan investasi sosial jangka panjang bagi masa depan generasi bangsa.

Penulis: Rahmat Raji, S.Pd  (Mahasiswa Magister Pendidikan Bahasa Arab, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry)

Calon Pengantin di Kluet Utara Antusias Ikuti Bimbingan Perkawinan, Siap Wujudkan Keluarga Sakinah

0
Calon Pengantin di Kluet Utara Antusias Ikuti Bimbingan Perkawinan. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | TAPAKTUAN — Sebanyak 13 pasangan calon pengantin (catin) dari berbagai gampong di Kecamatan Kluet Utara mengikuti kegiatan Bimbingan Perkawinan (Bimwin) yang digelar oleh Kantor Urusan Agama (KUA) setempat pada Kamis (6/11/2025).

Kegiatan yang berlangsung di Aula KUA Kluet Utara itu menjadi wadah pembekalan penting bagi pasangan calon suami istri sebelum melangkah ke jenjang pernikahan. Mereka dibekali pengetahuan seputar komunikasi dalam rumah tangga, pengelolaan ekonomi keluarga, hingga kesiapan mental dan spiritual agar mampu mewujudkan keluarga yang harmonis.

Kepala KUA Kluet Utara, Donni, S.Ag, kepada NUKILAN.ID mengatakan bahwa Bimwin merupakan program unggulan Kementerian Agama yang bertujuan menyiapkan pasangan calon pengantin agar mampu membangun rumah tangga yang sakinah, mawaddah, dan warahmah.

“Kami berharap, melalui kegiatan ini para calon pengantin dapat memahami hak dan kewajiban masing-masing serta mampu menyikapi perbedaan dengan bijak dalam rumah tangga,” ujar Donni.

Selama kegiatan berlangsung, para peserta mendapat pembekalan dari sejumlah narasumber berkompeten di bidangnya. Donni, S.Ag, menyampaikan materi bertema “Memenuhi Kebutuhan Rumah Tangga” dengan menekankan pentingnya kerja sama dan komunikasi yang baik antara suami dan istri sebagai pondasi keharmonisan.

Sementara itu, Nova Jayanti, S.Tr.Kep, seorang praktisi kesehatan, membawakan materi “Menjaga Kesehatan Reproduksi” yang menyoroti pentingnya menjaga kesehatan fisik dan mental sebelum maupun setelah menikah.

Tak kalah menarik, Hj. Rosmanidar, S.H, dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), menyampaikan materi “Mempersiapkan Generasi Berkualitas”. Ia menekankan pentingnya perencanaan keluarga serta pola asuh yang tepat demi melahirkan generasi penerus yang sehat dan berkarakter.

Kegiatan yang dikemas secara interaktif itu berlangsung hangat. Para peserta terlihat antusias berdiskusi dan aktif bertanya sepanjang sesi berlangsung hingga acara ditutup dengan doa bersama.

Sebagai penutup, seluruh peserta menerima sertifikat sebagai tanda telah mengikuti program Bimwin.

“Semoga setelah mengikuti Bimwin ini, para calon pengantin lebih siap lahir batin dalam membangun keluarga yang harmonis dan berdaya tahan,” pungkas Donni. (XRQ)

Reporter: AKIL

Kepala BPKA Sambut Kedatangan Perwakilan KPK RI untuk Penyerahan Aset Rampasan Negara

0
Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA), Reza Saputra, S.STP., M.Si., mendamping Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf., menyambut kedatangan Perwakilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI dalam rangka Penyerahan Barang Rampasan Negara dari KPK RI kepada Pemerintah Aceh. (FOTO: BPKA)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Kepala Badan Pengelolaan Keuangan Aceh (BPKA), Reza Saputra, S.STP., M.Si., mendampingi Gubernur Aceh, Muzakkir Manaf, dalam penyambutan Perwakilan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) RI pada kegiatan penyerahan barang rampasan negara serta sosialisasi terkait tindak pidana korupsi dan pemulihan aset.

Acara tersebut berlangsung di Gedung Serbaguna Kantor Gubernur Aceh dan dihadiri sejumlah kepala SKPA, perwakilan instansi vertikal, unsur pimpinan DPR Aceh, serta tamu undangan lainnya.

Dalam kegiatan ini, KPK melalui Direktorat Pelacakan Aset, Pengelolaan Barang Bukti, dan Eksekusi (Labuksi) menyerahkan dua aset hasil rampasan tindak pidana korupsi senilai sekitar Rp3,8 miliar kepada Pemerintah Aceh dan Pemerintah Kabupaten Pasuruan.

Penyerahan dilakukan melalui mekanisme Penetapan Status Penggunaan (PSP) sesuai Perkom Nomor 7 Tahun 2020, sebagai bagian dari upaya berkelanjutan KPK untuk mengembalikan aset hasil kejahatan kepada negara.

Direktur Labuksi KPK, Mungki Hadipratikto, dalam kesempatan tersebut menegaskan pentingnya proses pemulihan aset sebagai bagian integral dari pemberantasan korupsi.

“Pemulihan aset negara tidak berhenti pada penindakan. Prosesnya dimulai dari pelacakan harta kekayaan hasil tindak pidana korupsi hingga pemanfaatannya kembali untuk kepentingan masyarakat,” ujarnya saat penyerahan simbolis di Gedung Kantor Gubernur Aceh, Kamis (6/11).

Adapun rincian aset yang diserahkan, Pemerintah Aceh menerima tanah seluas 8.199 meter persegi di Kabupaten Aceh Barat dengan nilai sebesar Rp2,43 miliar. Sementara itu, Pemerintah Kabupaten Pasuruan memperoleh tanah seluas 299 meter persegi di Kecamatan Prigen senilai Rp1,37 miliar.

Penyerahan aset ini diharapkan memperkuat upaya transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan kekayaan negara serta mendorong pemanfaatan aset untuk kepentingan publik.