Beranda blog Halaman 130

Pemkab Aceh Utara Bangun Mini Mall Modern di Panton Labu

0
Bupati Aceh Utara, H Ismail A Jalil, SE, MM. (Foto: Wikipedia)

NUKILAN.ID | LHOKSUKON – Pemerintah Kabupaten Aceh Utara memulai pembangunan mini mall modern di kawasan eks terminal bus Kota Panton Labu, Kecamatan Tanah Jambo Aye. Bupati Aceh Utara, H Ismail A Jalil, SE, MM, meletakkan batu pertama proyek yang memuat 72 unit toko itu pada Kamis (7/8/2025).

Bangunan pertokoan ini diharapkan menjadi pusat ekonomi baru di wilayah perbatasan Aceh Utara–Aceh Timur. Selama ini, kawasan eks terminal bus tersebut tidak dimanfaatkan secara optimal.

Seremoni peletakan batu pertama diawali prosesi peusijuek (tepung tawar) yang dipimpin ulama kharismatik Aceh Utara, Tgk H Muzakkir bin Abdullah atau Waled Lapang. Sejumlah pejabat daerah, anggota DPRK, unsur Muspika, hingga tokoh masyarakat setempat turut hadir.

Dalam sambutannya, Bupati Ismail A Jalil menegaskan pembangunan ini menjadi langkah awal kebangkitan ekonomi daerah.

“Ini adalah upaya menghidupkan kembali fungsi eks terminal sebagai sentra aktivitas ekonomi. Kita berharap geliat usaha masyarakat akan tumbuh, dan ini menjadi bagian dari kebangkitan Aceh Utara di segala sektor,” ujarnya.

Bupati yang akrab disapa Ayahwa itu menambahkan, tidak akan ada penggusuran terhadap pedagang yang sudah menempati lokasi tersebut.

“Tidak ada pengusiran. Toko ini bisa disewa atau dibeli oleh masyarakat. Kita ingin mendukung pedagang lokal agar memiliki tempat usaha yang layak,” tegasnya.

Proyek ini dikerjakan oleh pengembang lokal, PT Masra Indah Permai (MIP), di bawah pimpinan H Mansuriady. Lokasinya strategis, berada di Jalan Tgk Chik Di Tiro dan Jalan PLN, dekat Masjid Raya Pase, serta hanya beberapa meter dari jalan nasional Medan–Banda Aceh.

Toko akan ditata dalam blok-blok modern dengan kode unit seperti A.10, B.12, hingga D.14. Dari total 72 unit, 18 unit warna hijau disewakan, 18 unit warna kuning dijual, 18 unit warna tosca dijual, dan 18 unit warna biru dijual khusus untuk mini mall. Fasilitas yang tersedia meliputi area parkir luas, listrik, air bersih, dan kedekatan dengan fasilitas publik seperti masjid dan terminal.

Untuk memudahkan pembiayaan, proyek ini mendapat dukungan perbankan seperti Bank BSI, Bank Aceh Syariah, dan BCA.

Prosesi peletakan batu pertama disambut antusias warga. Mereka berharap mini mall tersebut mampu menggerakkan perekonomian Panton Labu dan membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.

Transformasi Digital Jadi Nafas Baru Dinas Pendidikan Aceh

0
Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, S.T., D.E.A. (Foto: For Nukilan)

NUKILAN.ID | Banda Aceh – Dinas Pendidikan Aceh tengah mengarahkan langkah besar menuju era birokrasi baru. Transformasi digital dijadikan prioritas utama, bukan sekadar penerapan teknologi, melainkan penataan ulang sistem kerja agar layanan pendidikan menjadi lebih cepat, mudah, pasti, murah, dan transparan.

Kepala Dinas Pendidikan Aceh, Marthunis, S.T., D.E.A., menegaskan bahwa digitalisasi ini menyentuh jantung pelayanan pendidikan. “Setiap unit kerja di lingkungan Dinas Pendidikan Aceh kini didorong untuk menyelaraskan sistem pelayanannya berbasis teknologi digital. Mulai dari layanan untuk siswa, guru, tenaga kependidikan, hingga masyarakat luas,” kata Marthunis, Jumat (8/8/2025).

Ia menambahkan, proses digitalisasi bukan hanya menghasilkan layanan efisien, tetapi juga menciptakan jejak data dalam jumlah besar yang sangat berharga. “Data adalah harta karun. Jika digali dan diolah dengan benar, ia akan menjadi informasi yang sangat bernilai untuk menyusun kebijakan yang lebih tepat sasaran,” ujarnya.

Untuk mewujudkan itu, Marthunis menempatkan UPTD Teknologi dan Komunikasi Pendidikan (Tekkomdik) sebagai pusat vital transformasi digital. Ia menggambarkannya sebagai jantung organisasi yang mengalirkan darah informasi ke seluruh sistem.

“Tekkomdik menyerap data dari seluruh bidang melalui sistem aplikasi, ibarat vena. Data itu kemudian dibersihkan melalui database management parunya dengan big data analytics, menghasilkan informasi yang kita sebut ‘darah bersih’. Informasi inilah yang didistribusikan kembali melalui dashboard ke seluruh unit pelayanan, seperti darah yang dipompakan ke tubuh melalui arteri,” papar Marthunis.

Dengan arsitektur kerja seperti ini, ia menargetkan Dinas Pendidikan Aceh bertransformasi menjadi Data-Driven and Learning Organization, yakni institusi yang menyusun kebijakan dan layanan berdasarkan data serta pembelajaran berkelanjutan.

“Bukan lagi berbasis asumsi, melainkan berdasarkan pembacaan yang cermat terhadap data. Ini akan mengubah cara kita bekerja, cara kita mengambil keputusan, dan akhirnya, cara kita meningkatkan mutu pendidikan,” ucapnya.

Marthunis menilai langkah digitalisasi ini sejalan dengan tuntutan zaman, di mana birokrasi tak cukup hanya mengandalkan rutinitas dan laporan manual. “Birokrasi harus responsif, adaptif, dan mampu belajar dari setiap jejak digital yang dihasilkan dalam sistem kerjanya,” pungkasnya.

BPBA: 77 Hektare Lahan Terbakar di Aceh Sepanjang Juli 2025 Berhasil Dipadamkan

0
Ilustrasi Karhutla di Aceh Barat, Petugas Kesulitan Padamkan Api. (Foto: RRI)

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) di Aceh selama Juli 2025 terjadi sebanyak 25 kali dengan total luas lahan terdampak mencapai 77 hektare. Seluruh titik api tersebut kini telah berhasil dipadamkan.

“Khusus bulan Juli 2025, karhutla terjadi sebanyak 25 kali dan membakar seluas 77 hektare lahan,” kata Plt Kepala Pelaksana BPBA, Teuku Nara Setia, di Banda Aceh, Kamis (7/8/2025).

Jika dihitung sejak Januari hingga Juli 2025, karhutla di Aceh tercatat sebanyak 51 kali kejadian dengan luas lahan terbakar 174 hektare. Kerugian materiil diperkirakan mencapai Rp27 miliar.

Secara keseluruhan, BPBA mencatat 237 bencana alam dan non-alam di Aceh sepanjang tujuh bulan pertama 2025. Bencana tersebut menelan 10 korban jiwa dengan total kerugian mencapai Rp165 miliar.

“Dari 237 peristiwa tersebut, kebakaran pemukiman masih mendominasi yakni sebanyak 91 kali, dan membakar 255 rumah,” ujarnya.

Selain korban meninggal, BPBA mencatat ada sepuluh orang luka-luka serta 4.838 kepala keluarga atau 11.033 jiwa terdampak bencana. Sebanyak 348 orang harus mengungsi, dan total 1.936 rumah mengalami kerusakan.

Untuk kebakaran pemukiman, sebanyak 91 kejadian menghanguskan 255 rumah dengan kerugian diperkirakan Rp52 miliar. Sementara banjir terjadi 34 kali dan merendam 1.232 rumah dengan nilai kerugian Rp48 miliar.

Bencana lainnya, angin puting beliung tercatat 33 kali, merusak 375 rumah, lima sekolah, dan dua masjid dengan kerugian Rp32 miliar. Longsor terjadi 20 kali dan merusak 12 rumah warga dengan kerugian Rp1,5 miliar. Gempa bumi tercatat lima kali dengan magnitudo antara 4,4 hingga 5,2 SR.

“Berikutnya abrasi, terjadi dua kali, berdampak untuk delapan rumah rusak berat dan 50 rumah terendam milik 58 KK. Terakhir gelombang pasang terjadi satu kali di Desa Lhok Puuk, Seunuddon, Kabupaten Aceh Utara,” katanya.

Teuku Nara mengingatkan, meningkatnya kasus karhutla pada Juli 2025 menjadi peringatan agar masyarakat tidak mengeksploitasi hutan secara berlebihan. Fungsi hutan sebagai resapan air, kata dia, sangat penting untuk mencegah bencana banjir, longsor, maupun kebakaran hutan dan lahan.

Kedepan, BPBA akan memperkuat langkah mitigasi guna meminimalisir kerusakan dan korban akibat bencana. Ia menegaskan bahwa penanggulangan bencana membutuhkan keterlibatan semua pihak.

“Kami terus berupaya agar BPBA bersama semua unsur pemerintahan dan masyarakat Aceh terus berupaya meningkatkan mitigasi bencana agar jumlah kejadian bencana bisa terus turun dari tahun ke tahun,” ujarnya.

Teuku Nara menambahkan, pengurangan risiko bencana perlu disertai pemberdayaan masyarakat melalui kegiatan partisipatif dalam kajian, perencanaan, pengorganisasian, dan aksi bersama berbagai pemangku kepentingan.

“Langkah ini penting sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan masyarakat/komunitas yang mampu mengelola lingkungan dan mengurangi risiko bencana, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat Aceh,” tutupnya.

Editor: Akil

Ajaran Sesat Terungkap di Aceh Utara, Enam Orang Ditangkap Polisi

0
Sebanyak enam pria ditangkap polisi karena diduga menyebar ajaran menyimpang. (Foto: Dok. Polres Aceh Utara)

NUKILAN.ID | LHOKSUKON — Satuan Reserse Kriminal Polres Aceh Utara mengungkap dugaan penyebaran ajaran sesat di wilayahnya. Enam orang dari kelompok tersebut telah diamankan polisi.

“Ada enam orang diduga dari kelompok ajaran menyimpang yang diamankan. Tiga di antaranya diamankan di sebuah masjid di Kabupaten Aceh Utara pada 25 Juli 2025,” kata Kapolres Aceh Utara AKBP Tri Aprianto, dikutip dari Antara, Jumat (8/8).

Enam tersangka itu berinisial AA (33) dan RB (39), warga Sumatera Utara; HA (60) dan ME, warga Kabupaten Bireuen; NZ (53), warga Aceh Utara; serta ES (38), warga Jakarta Barat.

Kasus ini bermula dari laporan warga yang melihat pengajian di sebuah masjid di Lhoksukon pada 25 Juli lalu. Aktivitas tersebut diduga menyimpang dari ajaran Islam, sehingga dilaporkan ke pihak berwenang. Polisi kemudian mengamankan tiga orang di lokasi, sebelum akhirnya menangkap tiga lainnya di Kabupaten Bireuen dan Kabupaten Pidie.

Barang bukti yang disita meliputi kertas berisi potongan ayat, sebuah laptop, dan sejumlah buku ajaran kelompok tersebut.

Menurut Tri, kelompok ini memiliki puluhan anggota yang tersebar di Aceh dan telah aktif sejak 2012.

“Modus dilakukan kelompok tersebut dengan menyebarkan ajaran menyimpang dari Ahlussunah Wal Jamaah, di antaranya ada mesias setelah Nabi Muhammad SAW,” ujarnya.

Ia menambahkan, “Ajaran kelompok tersebut juga tidak mengakui mukjizat Nabi Isa dan Nabi Musa. Mereka juga tidak mewajibkan salat lima waktu serta tidak mengakui ayat Al-Quran.”

Atas perbuatannya, para pelaku dijerat Pasal 18 Ayat (1) dan Ayat (2) jo Pasal 7 Ayat (1), Ayat (2), Ayat (3), dan Ayat (4) Qanun Aceh Nomor 8 Tahun 2015 tentang pembinaan dan perlindungan aqidah.

“Ancaman hukumannya, cambuk di depan umum paling banyak 60 kali dan paling sedikit 30 kali atau pidana penjara paling lama 60 bulan dan paling singkat 30 bulan,” jelas Tri.

Editor: Akil

BI Aceh Buka Program WUBI 2025, Targetkan UMKM Naik Kelas dan Berdaya Saing

0

NUKILAN.id | Banda Aceh Komitmen Bank Indonesia (BI) dalam mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) kembali ditegaskan melalui pembukaan seminar dan workshop Wirausaha Unggulan Bank Indonesia (WUBI) 2025 di Hotel Hermes Palace, Banda Aceh, Rabu (6/8/2025). 

Kegiatan ini dibuka langsung oleh Kepala Perwakilan BI Aceh, Agus Chusaini, bersama Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, dan Ketua Dekranasda Aceh, Marlina Muzakir.

WUBI merupakan program strategis BI yang telah dilaksanakan sejak 2014. Program ini bertujuan menemukan serta mengembangkan wirausaha unggulan agar UMKM lokal dapat naik kelas dan memiliki daya saing di tingkat nasional bahkan internasional.

“UMKM tidak dapat dikembangkan secara terpisah-pisah. Diperlukan pendekatan holistik dari hulu ke hilir agar pembinaan benar-benar berdampak. Harapannya, UMKM Aceh dapat menjadi pilar ekonomi daerah yang tangguh dan berkelanjutan,” ujar Agus Chusaini dalam sambutannya.

Sementara itu, Gubernur Aceh, Muzakir Manaf, menyambut baik inisiatif ini. Ia menilai sinergi antara BI dan pemerintah daerah menjadi kunci dalam memperkuat ekosistem usaha lokal. 

“Kami percaya program ini bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat Aceh dan turut menurunkan angka kemiskinan,” katanya.

Sejak awal pelaksanaan, WUBI telah meluluskan 216 pelaku usaha dari berbagai kabupaten/kota di Aceh. Program ini juga berhasil mencatatkan sejumlah pencapaian, seperti digitalisasi bisnis untuk 168 UMKM, rebranding dan repackaging untuk 64 UMKM, serta 38 UMKM yang melanjutkan ke ajang nasional seperti Karya Kreatif Indonesia (KKI) dan Industri Kreatif Syariah Indonesia (IKRA).

Tahun ini, sebanyak 100 peserta terpilih dari 298 pendaftar mengikuti seminar dan workshop. Salah satu narasumber utama adalah Pandu Rosadi, CEO PT Miranda Moda Indonesia (RiaMiranda), yang membagikan pengalaman dalam membangun bisnis berbasis strategi pemasaran yang efektif.

Sesi workshop dipandu oleh Diah Yusuf, Executive Director of Asia Small Business Federation, yang membahas berbagai aspek penting kewirausahaan, seperti manajemen produk, operasional, keuangan, serta kepemimpinan dan mindset bisnis.

Kegiatan hari ini juga diisi dengan prosesi wisuda bagi Anggota WUBI Angkatan 2024, sebagai bentuk apresiasi atas keberhasilan mereka menuntaskan seluruh rangkaian program. Alumni dari berbagai angkatan turut hadir untuk berbagi pengalaman dan memperluas jejaring dengan peserta baru.

Melalui WUBI 2025, Bank Indonesia berharap tercipta ekosistem UMKM yang inklusif, berdaya saing, dan mampu menjadi motor penggerak ekonomi Aceh di masa depan. []

237 Bencana Terjadi di Aceh Selama Januari–Juli 2025, 10 Orang Meninggal

0
Ilustrasi kebakaran lahan. (Foto: ANTARA)

Nukilan | Banda Aceh – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat sebanyak 237 kejadian bencana terjadi di Aceh selama periode Januari hingga Juli 2025. Rentetan bencana ini menyebabkan 10 orang meninggal dunia, 10 orang luka-luka, serta berdampak pada 4.838 kepala keluarga atau 11.033 jiwa.

Bencana yang terjadi juga menyebabkan 348 orang mengungsi dan berdampak pada 1.936 unit rumah. BPBA memperkirakan total kerugian mencapai Rp165 miliar akibat berbagai kejadian tersebut.

“Kebakaran pemukiman masih mendominasi dengan 91 kejadian yang menghanguskan 255 rumah dan menimbulkan kerugian sekitar Rp52 miliar,” kata (Pelaksana Tugas) Plt Kepala Pelaksana BPBA, Teuku Nara Setia dalam keterangannya kepada Nukilan, Kamis (7/8/2025).

Selama Januari hingga Juli 2025, Provinsi Aceh dilanda berbagai bencana dengan total 237 kejadian. Kebakaran pemukiman menjadi yang paling sering terjadi, yakni 91 kasus yang menghanguskan 255 rumah, dengan kerugian sekitar Rp52 miliar.

Kebakaran hutan dan lahan (karhutla) menunjukkan tren peningkatan, terutama pada Juli dengan 25 kejadian yang membakar 77 hektare lahan. Secara total, karhutla terjadi 51 kali selama tujuh bulan, membakar 174 hektare dan menimbulkan kerugian sekitar Rp27 miliar.

Bencana banjir terjadi sebanyak 34 kali, merendam lebih dari 1.200 rumah dan menimbulkan kerugian sekitar Rp48 miliar. Sementara itu, angin puting beliung tercatat 33 kali, merusak 375 rumah, 5 sekolah, dan 2 masjid, dengan kerugian sekitar Rp32 miliar.

Adapun tanah longsor terjadi 20 kali, menyebabkan kerusakan pada 12 rumah warga, dengan total kerugian sekitar Rp1,5 miliar.

Secara keseluruhan, semua bencana yang terjadi di Aceh selama Januari hingga Juli 2025 berdampak luas terhadap kehidupan masyarakat. Tidak hanya merusak rumah dan bangunan, tetapi juga mengganggu aktivitas pendidikan dan ibadah. Sebanyak 12 sarana pendidikan dan 5 rumah ibadah terdampak, selain 66 unit ruko, 4 jembatan, dan ratusan hektare lahan termasuk sawah yang rusak akibat bencana. Khusus lahan pertanian, tercatat 204 hektare terbakar akibat karhutla dan 40 hektare sawah rusak akibat banjir dan longsor.

Menghadapi meningkatnya kejadian karhutla pada Juli, BPBA mengimbau masyarakat untuk tidak melakukan praktik pembukaan lahan dengan cara membakar hutan.

“Pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi kepada pelaku usaha yang terlibat dalam perluasan lahan, kami imbau jangan membuka lahan dengan membakar hutan,” kata Nara.

Ia menegaskan bahwa pengelolaan hutan harus memperhatikan fungsinya sebagai kawasan resapan air, yang berperan penting dalam mencegah bencana seperti banjir, longsor, dan kebakaran hutan. []

Reporter: Sammy

Ditpolairud Polda Aceh Salurkan 1,2 Ton Beras Murah 

0

NUKILAN.id | Banda Aceh – Direktorat Polisi Perairan dan Udara (Ditpolairud) Polda Aceh menyalurkan sebanyak 1,2 ton beras murah kepada masyarakat dalam kegiatan Gerakan Pangan Murah (GPM) yang digelar di Kantor Syahbandar Perikanan Lampulo, Kota Banda Aceh, pada Kamis, 7 Agustus 2025.

Kegiatan ini merupakan bentuk nyata kepedulian Polri dalam mendukung Program Ketahanan Pangan Nasional serta sebagai langkah strategis untuk menjaga stabilitas pasokan dan harga pangan, khususnya beras, di tengah masyarakat.

GPM tersebut terlaksana berkat sinergi antara Ditpolairud Polda Aceh, Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) PPS Kutaraja, serta Panglima Laot Lhok Krueng Aceh.

“Hari ini, kami dari Polda Aceh menyalurkan beras murah sebanyak 1,2 ton kepada masyarakat, dengan harga jual sebesar Rp60 ribu per lima kilogram. Ini adalah bagian dari upaya Polri untuk membantu masyarakat mendapatkan akses terhadap bahan pangan dengan harga yang terjangkau,” ujar Dirpolairud Polda Aceh, Kombes Pol Wahyu Prihatmaka, usai kegiatan berlangsung.

Ia menambahkan, pelaksanaan Gerakan Pangan Murah ini tidak hanya sebagai solusi jangka pendek atas tingginya harga pangan, tetapi juga bagian dari upaya berkelanjutan untuk membangun ketahanan pangan berbasis komunitas.

Dalam kegiatan tersebut, masyarakat tampak antusias menyambut inisiatif ini. Ratusan warga memadati area pembagian sejak pagi hari untuk mendapatkan beras dengan harga yang jauh lebih murah dibandingkan harga pasar.

Kombes Wahyu juga menyampaikan apresiasi kepada seluruh pihak yang terlibat, terutama Kesyahbandaran PPS Kutaraja dan Panglima Laot, yang telah mendukung penuh kelancaran kegiatan ini.

“Melalui sinergi ini, kita ingin menunjukkan bahwa ketahanan pangan adalah tanggung jawab bersama. Polri akan terus hadir dan berperan aktif dalam membantu meringankan beban masyarakat, terutama di sektor kebutuhan pokok,” tutupnya. []

Aceh Dilanda 237 Bencana Selama Januari–Juli 2025

0
Ilustrasi bencana alam. (Foto: Gapki)

NUKILAN.id | Banda Aceh – Badan Penanggulangan Bencana Aceh (BPBA) mencatat sebanyak 237 kejadian bencana melanda Aceh sejak Januari hingga Juli 2025. Bencana tersebut mengakibatkan 10 orang meninggal dunia, belasan luka-luka, dan ribuan jiwa terdampak, dengan total kerugian ditaksir mencapai Rp165 miliar.

Plt. Kepala Pelaksana BPBA, Teuku Nara Setia, SE.Ak., M.Si, menyebutkan bahwa kebakaran pemukiman masih menjadi bencana yang paling sering terjadi, yakni sebanyak 91 kejadian yang menyebabkan 255 rumah terbakar. Kerugian dari kebakaran ini diperkirakan mencapai Rp52 miliar.

“Namun khusus bulan juli kebakaran hutan dan lahan (karhutla) mendominasi sebanyak 25 kali membakar 77 hektar lahan,” kata Nara dalam keterangan tertulisnya yang diterima Nukilan, pada Kamis (7/8/2025).

Secara keseluruhan, bencana yang terjadi di Aceh selama tujuh bulan terakhir menyebabkan 10 korban jiwa, 10 orang luka-luka, dan sebanyak 4.838 kepala keluarga atau 11.033 jiwa terdampak. Selain itu, terdapat 348 orang yang mengungsi serta 1.936 rumah warga yang terdampak langsung akibat berbagai bencana.

Rincian lainnya meliputi 34 kejadian banjir yang merendam 1.232 rumah dengan estimasi kerugian Rp48 miliar, serta 33 kejadian angin puting beliung yang berdampak pada 375 rumah, 5 sekolah, dan 2 masjid, dengan kerugian sekitar Rp32 miliar.

Selain itu, 20 kejadian longsor turut merusak 12 rumah, dengan kerugian diperkirakan sebesar Rp1,5 miliar. Lima gempa bumi juga tercatat dengan kekuatan rata-rata 4,4 hingga 5,2 skala Richter, meski tidak menimbulkan kerusakan besar.

Kejadian abrasi terjadi sebanyak 2 kali, berdampak pada 8 rumah rusak berat dan 50 rumah terendam milik 58 kepala keluarga. Sementara itu, gelombang pasang tercatat sekali terjadi di Desa Lhok Puuk, Seunudon, Aceh Utara, dan menyebabkan kerusakan di wilayah pesisir.

Dampak bencana juga menyasar sektor fasilitas umum, seperti 12 sarana pendidikan, 5 rumah ibadah, 66 unit ruko, 4 jembatan, 204 hektare lahan yang terbakar, dan 40 hektare sawah yang rusak akibat banjir serta longsor.

Menghadapi peningkatan Karhutla, Teuku Nara Setia mengimbau masyarakat agar tidak sembarangan membuka lahan dengan cara membakar hutan. Ia menekankan pentingnya menjaga fungsi hutan sebagai resapan air yang berperan dalam mencegah bencana seperti banjir dan longsor.

“Pemberdayaan masyarakat atau sosialisasi kepada pelaku usaha yang terlibat dalam perluasan lahan perlu terus dilakukan. Kami mengimbau agar tidak membuka lahan dengan membakar hutan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Nara menegaskan bahwa penanganan bencana adalah tanggung jawab bersama. Ia menyebut bahwa pihaknya bersama seluruh unsur pemerintahan dan masyarakat Aceh akan terus berupaya meningkatkan mitigasi bencana agar jumlah kejadian menurun dari tahun ke tahun.

Ia juga berharap ke depan akan terbentuk pola pemberdayaan masyarakat berbasis partisipatif. Menurutnya, hal ini penting agar masyarakat dapat ikut serta dalam kajian, perencanaan, hingga aksi nyata untuk mengelola lingkungan dan mengurangi risiko bencana.

“Bencana adalah urusan bersama. Kami berharap ke depan akan terbangun komunitas yang sadar risiko, mampu mengelola lingkungannya, dan secara aktif meningkatkan kualitas hidup masyarakat Aceh,” tutup Nara.

Reporter: Rezi

BMKG Peringatkan Potensi Cuaca Ekstrem di Aceh Tiga Hari ke Depan

0
Ilustrasi cuaca ekstrem. (Foto: Liputan6)

Nukilan | Banda Aceh – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) melalui Stasiun Meteorologi Kelas I Sultan Iskandar Muda (SIM) Banda Aceh mengeluarkan peringatan dini terkait potensi cuaca ekstrem di wilayah Provinsi Aceh untuk periode 7 hingga 9 Agustus 2025.

Prakirawan yang bertugas, Muhammad Niza Andria menyebutkan adanya sejumlah faktor atmosfer yang berpotensi memicu peningkatan curah hujan dan angin kencang. Di antaranya adalah aktifnya fenomena Dipole Mode yang bergerak ke arah barat di wilayah Samudra Hindia barat Sumatra, adanya daerah belokan angin dan konvergensi, serta suhu muka laut yang hangat di perairan Aceh. Kondisi tersebut dinilai dapat meningkatkan potensi pembentukan awan hujan akibat penambahan massa uap air.

“Cuaca Aceh dalam beberapa hari kedepan masih berpotensi terjadi hujan ringan hingga sedang dan perlu juga diwaspadai potensi angin kencang,” ujar Muhammad Niza Andria kepada Nukilan, Kamis (7/8/2025).

BMKG mencatat sejumlah wilayah yang berpotensi mengalami hujan dengan intensitas sedang hingga lebat, yaitu pada 7 Agustus 2025: Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh Tamiang, Aceh Utara, Gayo Lues, Lhokseumawe, dan Bener Meriah. Kemudian pada 8 Agustus 2025: Aceh Barat Daya, Aceh Besar, Aceh Jaya, Aceh Selatan, Aceh Tenggara, Aceh Timur, Bener Meriah, Bireuen, Pidie, dan Gayo Lues. Dan 9 Agustus 2025: Aceh Barat, Aceh Barat Daya, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Gayo Lues, Simeulue, dan Subulussalam.

Sementara itu, wilayah yang berpotensi mengalami angin kencang meliputi, pada 7 Agustus 2025: Aceh Barat, Aceh Besar, Aceh Selatan, Aceh Singkil, Banda Aceh, Simeulue, dan Subulussalam. Dan 8 dan 9 Agustus 2025: Aceh Barat, Aceh Besar, dan Banda Aceh.

BMKG mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap kemungkinan terjadinya bencana hidrometeorologi seperti banjir, tanah longsor, dan angin kencang, terutama di daerah rawan seperti lereng perbukitan dan sekitar aliran sungai.

“Masyarakat disarankan untuk segera menjauh dari lereng dan aliran sungai apabila melihat awan hitam tebal dan hujan mulai turun meskipun hanya rintik-rintik, khususnya di kawasan pegunungan,” kata Niza.

Peringatan dini ini diharapkan menjadi acuan bagi pemerintah daerah dan masyarakat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi potensi cuaca ekstrem yang bisa berdampak terhadap keselamatan dan aktivitas sehari-hari. []

Reporter: Sammy

Rekomendasi IUP Jadi Sorotan, Penghargaan Ekologis Pemkab Aceh Selatan Dianggap Ironis

0
Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Pemuda Pelajar Trumon Timur, Akhwan. (Foto: Dok. Pribadi)

NUKILAN.ID | TAPAKTUAN — Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan menuai sorotan publik usai menerima penghargaan dalam ajang Konferensi Nasional Pendanaan Ekologis yang berlangsung di Hotel Aryaduta, Jakarta, Selasa (5/8/2025).

Penghargaan tersebut diberikan karena Aceh Selatan dinilai memiliki komitmen dalam menjaga kelestarian lingkungan dan mendukung pendanaan berkelanjutan berbasis ekologi. Namun, penghargaan ini justru menuai kritik dari sejumlah pihak, terutama terkait kebijakan eksplorasi tambang di kawasan Trumon.

Ketua Umum Ikatan Mahasiswa Pemuda Pelajar Trumon Timur, Akhwan, mempertanyakan konsistensi kebijakan lingkungan pemerintah daerah. Ia menilai pemberian penghargaan tersebut bertolak belakang dengan tindakan Bupati Aceh Selatan, Mirwan, yang sebelumnya menerbitkan surat rekomendasi Izin Usaha Pertambangan (IUP) eksplorasi bijih besi di sejumlah desa di Trumon.

Rekomendasi itu ditujukan kepada PT Kinston Abadi Mineral, dengan wilayah eksplorasi mencakup Desa Ie Jeureneh di Kecamatan Trumon Tengah serta Desa Pinto Rimba, Jambo Dalem, dan Kapa Seusak di Kecamatan Trumon Timur. Lokasi-lokasi tersebut berada di kawasan tanah adat yang berbatasan langsung dengan Hutan Leuser — salah satu bentang alam penting dan sensitif secara ekologis di Aceh.

“Ini adalah bentuk ironi. Kabupaten Aceh Selatan dapat menerima penghargaan karena disebut mendukung ekologi, padahal beberapa bulan yang lalu membuka pintu tambang biji besi di wilayah sensitif secara ekologis,” kata Akhwan dalam keterangannya kepada Nukilan.id, Kamis (7/8/2025).

Ia juga mengungkapkan bahwa kekhawatiran masyarakat terhadap potensi kerusakan lingkungan mulai mencuat. Warga menilai, bila eksplorasi tambang dilakukan, dampak negatif yang ditimbulkan bisa sangat besar.

“Mulai dari deforestasi, pencemaran sungai, hingga ancaman bencana seperti banjir bandang dan longsor di kawasan Trumon Raya,” ujarnya.

Selain itu, Akhwan menambahkan bahwa aktivitas pertambangan berisiko tinggi terhadap kelestarian keanekaragaman hayati serta mengancam sumber penghidupan masyarakat yang selama ini bergantung pada hutan dan sumber air pegunungan.

Akhwan juga menyampaikan pengakuan dari seorang warga Jambo Dalem yang merasa tidak pernah dilibatkan dalam proses sosialisasi rencana tambang tersebut. Hal ini memperkuat dugaan bahwa proses perizinan tidak melibatkan partisipasi publik secara transparan.

“Pendanaan ekologis seharusnya bukan sekadar label untuk meraih citra hijau. Jika izin-izin tambang terus keluar, ini jelas bukan arah pembangunan berkelanjutan, melainkan kemunduran yang merusak alam dan mengorbankan masyarakat,” tegasnya.

Kini, publik menanti kejelasan sikap dari Pemerintah Kabupaten Aceh Selatan. Rekomendasi IUP bijih besi di Trumon Tengah dan Trumon Timur telah menjadi polemik, menantang klaim pemerintah daerah yang selama ini disebut berhasil menerapkan pembangunan berwawasan lingkungan.