Friday, March 29, 2024

Kisah Ardian Hafidz, Pelajar Indonesia yang Dilirik Universitas Top Kelas Dunia

Nukilan.id – Indonesia sejatinya memang tidak pernah kehabisan insan penerus yang cerdas dan berkualitas. Hal tersebut terbukti dengan keberhasilan sejumlah pelajar tanah air yang berhasil menembus seleksi masuk universitas terbaik dunia yang ada di luar negeri.

Bagi segelintir kalangan yang skeptis, meneruskan pendidikan ke luar negeri mungkin dipandang sebagai perkara biasa. Hal tersebut lantaran adanya pendapat bahwa menempuh studi di luar negeri bisa saja dilakukan di universitas mana pun, selama ada kesiapan untuk memenuhi biaya pendidikan yang dibutuhkan.

Anggapan tersebut tentu tidak salah, namun berbeda cerita bagi segelintir kalangan pelajar yang belakangan berhasil menembus universitas top dunia murni karena prestasi, termasuk seleksi ketat yang menyertakan pembiayaan beasiswa di dalamnya. Dan kebetulan, prestasi seperti ini belakangan semakin banyak bermunculan.

Setelah ramai pemberitaan mengenai siswi madrasah yang diterima 6 universitas top dunia, baru-baru ini prestasi serupa kembali diraih oleh seorang siswa asal Boyolali yang berhasil dilirik oleh 7 universitas sekaligus, yakni Ardian Hafidz Annafi.

Berasal dari keluarga sederhana

Sekilas tak ada yang istimewa dari Ardian, dirinya merupakan siswa jurusan IPA/Sains di SMA Pradita Dirgantara yang ada di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Ia sendiri dikenal sebagai pelajar yang datang dari latar belakang keluarga sederhana.

Mengutip iNews, ayah dari Ardian sendiri diketahui bekerja sebagai buruh bangunan. Sedangkan sang ibu membuka usaha penatu di rumahnya. Namun nama Ardian langsung mencuri perhatian beberapa waktu lalu, setelah diketahui berhasil lulus seleksi dan diminati oleh 7 universitas top dunia untuk melanjutkan jenjang pendidikan.

Adapun 7 universitas yang dimaksud terdiri dari;

  • University of Toronto (Kanada),
  • University of British Columbia (Kanada),
  • The University of Western Australia,
  • Wageningen University (Belanda),
  • University of Otago (Selandia Baru),
  • Curtin University (Australia), dan
  • Victoria University of Wellington (Selandia Baru).

Ardian sendiri mengaku tidak ada hal istimewa yang dia lakukan untuk memiliki pengalaman di luar kegiatan sekolah sejak masih di jenjang SMP. Namun ada satu hal rutin yang tidak pernah terlewat ia lakukan sejak kecil, yakni membaca buku.

Minat dan aktivitas Ardian mulai berubah semenjak masuk ke jenjang SMA. Saat kelas 10, dirinya mulai mengikuti ekstrakurikulier yang mempersiapkan siswa untuk mengikuti Kompetisi Sains Nasional (KSN) di bidang/ilmu kebumian.

Ardian juga pernah meraih medali perunggu dalam salah satu kesempatan saat berpartisipasi di ajang KSN–yang dulunya lebih dikenal dengan nama OSN (Olimpiade Sains Nasional).

Saat menjelang kelulusan dan masa pendaftaran ke universitas telah tiba, disebutkan jika awalnya Ardian hanya menyasar satu universitas luar negeri saja, yakni University of British Columbia (UBC). Namun tak disangka, ternyata 6 universitas lain di atas juga mengirimkan surat kelulusan untuk Ardian meneruskan pendidikan di masing-masing instansi.

Mimpi menjadi ahli geologi

Sempat dilema menentukan pilihan, Ardian kemudian mengerucutkan pilihannya ke dua universitas yang berada di peringkat Top 50 Universitas terbaik menurut pemeringkatan QS World University Rankings (WUR), yakni University of Toronto (UoT) dan University of British Columbia (UBC).

Melihat pemeringkatan yang ada, UoT sendiri diketahui lebih unggul dan berada di peringkat ke-26 dunia, sementara UBC berada di peringkat ke-46. Di UoT Ardian diterima dalam jurusan Mathematical and Physical Sciences, sementara di UBC ia diterima dalam program Bachelor of Science.

Lebih dari itu, kedua pilihan tersebut sama-sama sesuai dengan minat Ardian yang tidak hanya tertarik dari segi sains secara umum, melainkan juga ketertarikan di bidang geologi. Namun akhirnya, Ardian diketahui menjatuhkan pilihan kepada UBC yang secara peringkat berada di bawah UoT.

Bukan tanpa alasan, pilihan tersebut dilakukan karena Ardian melihat dari segi ranking di bidang ilmu geologi yang lebih spesifik. Lebih detail jika dilihat secara ranking bidang geologi, UoT masih ada di bawah UBC.

“Setelah saya cari-cari (informasi), saya memutuskan buat ke UBC, soalnya UBC itu punya research unit di bidang mineral yang bagus lah daripada di UoT,” jelas Ardian, mengutip Detikcom.

“Soalnya UoT di bidang Geologi itu rankingnya lebih rendah daripada UBC. Makanya saya mantepin diri buat milih UBC soalnya mereka lebih capable di bidang geologinya,” tambah Ardian lagi.

Pemilihan ini juga dilakukan karena Ardian mengaku memiliki cita-cita untuk menjadi ahli geologi, dan ingin menyelami kondisi geologi di Indonesia secara lebih dalam. Selama menjalani pendidikan nantinya, Ardian juga diketahui akan mendapatkan beasiswa secara penuh dari Kemendikbud-Ristek.

Setelah menentukan pilihan tersebut, Ardian otomatis melepas pilihan di enam universitas lainnya. Ia juga melepas kesempatan di universitas dan jurusan serupa di tanah air, yakni Ilmu Geologi di Universitas Diponegoro.

Selain Ardian, dari sekolah yang sama juga ada sejumlah pelajar lain yang berhasil lulus seleksi untuk melanjutkan pendidikan ke universitas top lainnya. Di Universitas yang sama yakni UBC, ada siswi bernama Bernadette Puspa yang diterima pada jurusan Vantage One Bachelor of Science Program.

Di saat bersamaan, rupanya ada dua siswa lain yang berhasil lulus dan mengambil pendidikan di Universitas dengan peringkat lebih tinggi yang dilepas Ardian (University of Toronto). Dua siswa tersebut adalah Sekar Ayu A. Wibawa yang diterima di jurusan Teknik Mesin, dan Enrico Al Madani yang diterima di jurusan Statistik. [GNFI]

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img