NUKILAN.ID | BANDA ACEH — Akademisi dan pengamat politik Aceh, Dr. M. Adli Abdullah, menyoroti urgensi membangun kembali fondasi ideologis masyarakat Aceh yang belakangan dinilai semakin transaksional dalam kontestasi politik. Hal ini disampaikannya dalam sebuah episode podcast SagoeTV yang mengangkat tema refleksi politik lokal.
Menjawab pertanyaan host mengenai cara mengembalikan ideologi masyarakat Aceh agar tidak terjebak dalam pragmatisme politik, Adli menegaskan pentingnya menjaga netralitas tokoh-tokoh yang dihormati di tengah masyarakat.
“Tokoh-tokoh atau orang-orang yang disegani oleh masyarakat jangan terlibat dalam politik praktis. Karena politik praktis sekarang sudah banyak bermasalah, karena politik harus ada pengkaderan dari bawah lagi,” tegasnya, dikutip Nukilan.id pada Selasa (10/6/2025).
Menurutnya, rusaknya ideologi masyarakat tidak bisa dilepaskan dari keterlibatan figur yang sebelumnya memiliki posisi moral dan spiritual di mata publik, namun kini terjun ke ranah kekuasaan dan kompromi kepentingan.
Ia mencontohkan sosok Tengku Imum—figur keagamaan yang selama ini menjadi rujukan dan panutan di kampung-kampung Aceh. Di mata masyarakat, kehormatan seorang Tengku Imum lahir bukan dari jabatan, melainkan dari peran spiritual yang dijalankan secara konsisten.
“Misalnya di kampung tokoh yang kita hormati adalah Tengku Imum. Kenapa hormat kepada Tengku Imum? Pertama dia bisa baca doa. Kalau meninggal orang tua kita, dia baca doa,” ungkapnya.
Tak hanya itu, Adli menambahkan bahwa karisma seorang Tengku Imum juga dibangun dari peran sosialnya yang tulus, seperti menjadi imam dalam salat berjemaah. Ketulusan inilah yang menurutnya menjadi kunci kepercayaan masyarakat.
“Yang kedua tungku imum itu kalau waktu salat dia jadi imam. Nah tapi pada saat tungku imum ini sudah dilantik (menjadi pejabat) bukan di karenakan karisma dia, masyarakat sudah gak menganggap lagi,” lanjutnya.
Adli menilai, ketika seorang tokoh religius masuk dalam arena kekuasaan tanpa pengkaderan dan idealisme yang kuat, maka yang terjadi adalah degradasi kepercayaan masyarakat terhadap institusi maupun individu tersebut. Ia pun mendorong agar proses politik di Aceh dimulai kembali dari akar rumput dengan nilai-nilai yang murni dan bebas dari transaksi kepentingan. (XRQ)
Reporter: Akil