Thursday, April 25, 2024

Beragama dalam Neraka

Penulis: T. Muhammad Jafar Sulaiman

Setan itu tamatan universitas langit, umurnya ribuan tahun, ke dalam surga ciptaan Allah pun dia bisa menyusup. Konon lagi menyusup ke dalam jubah, jenggot, surban ataupun kitab-kitab. Setan tidak akan mampu dilawan hanya dengan mengandalkan syariat, apalagi ilmu syariat yang diperoleh dari Googel. Setan itu hanya tunduk dan takut pada Nurun ‘ala Nurin (cahaya di atas cahaya) yang ada pada diri Rasulullah dan para Ahli Silsilah, bukan pada cahaya-cahaya pengajian ataupun cahaya-cahaya training berbalut spiritualitas.

Neraka adalah sesuatu yang sudah pasti bagi setan dan itu diterimanya dengan lapang dada, ikhlas hati, dan tidak pernah menggerutu. Bagi setan, neraka bukanlah sesuatu yang menakutkan, karena itu memang dari unsurnya sendiri, justru menjadi surga dan sangat menyenangkan. Karena itu, setan mencari kawan yaitu para manusia untuk menemaninya dineraka, menemaninya bukan berdasarkan kesetia kawanan atau persahabatan tetapi sebagai hiburan, karena bagi setan menyaksikan manusia kesakitan, kepayahan dan kesusahan adalah kesenangan dan kemenangan yang tidak berperi, pada tahap ini, setan telah menang sebelum berperang, karena kita masih dengan meudah menemukan manusia-manusia seperti ini di sekitar kehidupan kita.

Beranjak dari Milenium Developmen Goals setan ini, setan tidak lagi mengerjai manusia atau menggoda manusia untuk berbuat maksiat, berbuat jahat, atau hal-hal lainnya yang sangat dilarang oleh agama, karena bagi setan itu adalah pekerjaan sia-sia. Ngapain digoda lagi, karena itu memang sudah kawannya. Dengan kata lain, “Masa sesama setan saling menggoda”. Justru setan sangat giat bekerja dan berikhtiar untuk menggoda manusia agar terus taklid dan taat beragama, bukan dengan tujuan agar manusia itu tidak taat beragama atau melanggar segala ketentuan agama tetapi justru menyesatkan manusia dalam ketaatannya beragama. Sehingga manusia terus larut dalam ketaatan beragama, dan manusia tidak pernah tahu bahwa dia sedang beragama dalam neraka sepeti yang dicita-citakan setan.

Apa itu surga?

Surga itu adalah beserta Allah, sedangkan neraka adalah tidak beserta Allah. Ketika sudah beserta Allah maka tidak perlu ditanya lagi bisa memandang wajah Allah atau tidak, karena semua itu otomatis. Ketika manusia hidup di dunia, manusia selalu hidup dalam dua hal besar ini, hidup dalam surga atau hidup dalam neraka. Surga itu adalah selalu dalam rahmat Allah dan neraka itu adalah jauh dari rahmat Allah. Selalu beserta Allah dan selalu dalam rahmat Allah, tentu setelah manusia mengenal Allah, jika tidak mengenal Allah, maka bagaimana manusia tahu bahwa dia disertai Allah, dirahmati Allah atau tidak. Jika manusia tidak punyai pengetahuan ini, maka manusia hanya merasa saja bahwa dia beserta Allah dan selalu dirahmati Allah, karena bagaiman bisa merasakan disertai Allah dan dirahmati Allah hanya dari ucapan-ucapan saja, hayalan, imajinasi dan tentu spekulasi namun tidak pernah bisa merasakannya secara zahir dan batin.

Bagaimana manusia tahu bahwa dia sedang beserta Allah atau tidak beserta Allah? Ibaratnya, ketika manusia berada dalam hutan dan akan berjumpa harimau, maka dia akan tahu berdasarkan tanda-tandanya, misalnya bau bangkai yang tidak biasa yang bersumber dari mulut harimau, atau bunyi nafas harimau, tanda-tanda datangnya harimau adalah ilmu manusia, sedangkan tanda-tanda beserta Allah tentu ilmu yang melampaui apapun, karena bersumber lansung dari Allah yang diturunkan kepada para Rasulnya dan juga para Ahli Silsilah. Jika manusia ingin tahu bagaimana dia beserta Allah atau tidak, maka ada pelajarannya, dan pelajarannya itu ada di Tarekat, tidak akan pernah ada pelajaran tentang ini di syariat, karena syariat itu hanyalah pagar, sedangkan tarekat adalah tanaman, sehingga tidak akan pernah tahu rasanya buah mangga yang tumbuh ditaman, karena dia hanyalah pagar yang berdiri begitu saja, kaku dan lama-lama juga akan keropos dan roboh juga. Orang-orang syariat hanyalah pagar, kekuatannya hanya pada inderawi, tidak maknawi, tidak akan pernah tahu rasa buah-buahan ditaman, sedangkan orang-orang hakikat, dia sudah berada ditaman, tinggal memetik mangga atau memetik buah jeruk, lansung merasakan manisnya anggur, mangga atau jeruk. Sampai kapan manusia mau hidup sebagai pagar yang tegak dan kaku, lama-laam keropos dan akan roboh? Ikutilah jalan para sufi, ikutilah jalan para salik, maka akan tahu rahasia-rahasia yang tidak berperi. Masuklah kedalam taman, menikmati, merasai segala keindahan dan rasa didalamnya.

Sepanjang hidup manusia, ketika beragama dalam spekulasi, yaitu tidak pernah tahu diterima atau tidak amalannya, tidak pernah tahu diampuni atau tidak dosanya, tidak pernah tahu masuk surga atau masuk neraka nantinya, maka itu adalah neraka bagi orang-orang beragama, betapa menyakitkan, betapa memilukan, tidak sanggup dibayangkan dan digambarkan kepiluan yang berlipat-lipat itu. Sedangkan beragama dalam sebuah kepastian adalah surga bagi orang yang beragama, dia tahu dengan pasti amalannya diterima, tahu dengan pasti dosanya diampuni atau tidak, tahu dengan pasti dia masuk surga atau masuka neraka nantinya.

Kenikmatan tertinggi surga bukanlah buah-buahan, bidadari, madu, kolam susu, ataupun hal lainnya, karena semua itu bisa didapatkan di dunia, bisa didapatkan di pusat grosir, di mal-mal pun lebih lengkap. Kenikmatan tertinggi surga itu adalah beserta Allah dan bisa memandang wajah Allah, ini yang sangat mahal dan sangat langka, inilah surga yang sebenarnya.

Ketika manusia sepanjang hidupnya tidak mengenal Allah, tidak disertai Allah, maka sepanjang hidupnya dia berada di neraka dan itu terjadi justru ketika berada dalam ketaatan beragama.

T. Muhammad Jafar Sulaiman, cendekiawan Muslim.

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here