Friday, April 26, 2024

Prof. Yusni Sabi: Abad 22, Mendidik Harus Lebih Lembut dan Toleransi

Nukilan.id – Pada abad 22 ini mendidik haruslah dengan lebih lembut, lebih akomodatif, lebih toleransi. Hubungan orang tua dengan anak, hubungan guru dengan murid, hubungan pimpinan dengan bawahannya, harus diterapkan dengan cara yang lembut, jangan lagi menggunakan cara-cara kasar.

Hal itu disampaikan Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Ar-Raniry Banda Aceh Prof. Yusni Sabi, Ph.D ketika ditanya Nukilan.id, media online di Aceh, terkait kekerasan terhadap perempuan dan anak, Senin (22/2/2021) di Banda Aceh.

“Jangan hanya melakukan pendidikan dengan pola hukum formal saja, intelektual saja, tetapi bagaimana moralitas ini menjadi bagian dari pola pendidikan, pengajaran, ceramah, tausiah dan bimbingan,” kata Prof. Yusni Sabi.

Kata Prof. Yusni– zaman sekarang bukan masanya lagi mendidik dengan cara kasar. Sekarang kita harus lebih toleransi, bukan hanya dalam keluarga saja, bahkan untuk ummat manusia secara keseluruhan.

“Jadi pebuatan kekerasan terhadap perempuan dan anak itu tidak boleh, dilarang, haram, dosa. Perbuatan seperti itu tidak boleh, karena melanggar hukum agama dan hukum negara, termasuk hukum internasional.” katanya.

Oleh karena itu, lanjut Prof. Yusni, penting harus ditekankan dan diterapkan didalam pendidikan-pendidikan, pengajaran, ceramah, tausiah, bimbingan dan harus disampaikan dengan jelas oleh para tokoh, para dai, para ustadz, para siapapun yang bergerak di bidang pendidikan, pengayoman, peneladanan kepada masyarakat berkaitan dengan ha-hak perempuan, hak-hak anak, hak orang-orang lemah dan hak orang-orang miskin dengan lebih terorganisir.

“Termasuk juga dengan dakwah dan itu bukan agitasi, bukan profokasi, tetapi mengajarkan ataupun mendidik supaya masyarakat itu bisa menjadi santun, lebih lembut, tahu aturan, bisa menghormati aturan agama dan aturan negara, bisa menghormati yang lemah, ujarnya.

Katanya lagi, ini jangan hanya didalam retorika, tetapi juga jelas didalam penerapan-penerapan kegiatan sosial, harus nampak bagaimana pola komunikasi pemimpin, pola komunikasi orang tua, pola komunikasi guru dengan anak didiknya, dan itu harus benar-benar tersalurkan dan terbina dengan baik sehingga menjadi panutan.[]

Reporter: Akhi Wanda

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here