Beranda blog Halaman 1976

Lelaki Syria Tewas ditembak di Bandar Hassakeh

0
Suasana di timur laut, bandar Qamishli, Syria, selepas ketegangan berlaku melibatkan penunjuk perasaan prorejim (utusan.com.my)

Nukilan.id – Seorang rakyat Syria terbunuh manakala empat yang lain cedera selepas ditembak oleh anggota keselamatan Kurdish semasa aksi tunjuk perasaan prorejim di Bandar Timur Laut, semalam.

Agensi berita prorejim, SANA berkata, tembakan itu dilepaskan terhadap penunjuk perasaan yang mengepung kawasan kejiranan di Bandar Hassakeh yang dikawal ketat oleh pasukan rejim sekarang.

Sebuah video menunjukkan puluhan lelaki berhimpun di jalanan ketika cuaca hujan sambil melaungkan sokongan terhadap rejim pemimpin Syria, Bashar al-Assad.

“Dengan jiwa kami, darah kami, kami berkorban untukmu Bashar,” laung mereka.

Agensi berita Kurdish, Hawar, berkata, anggota keselamatan berada di pusat pemeriksaan di bandar itu diserang, yang mendorong anggotanya bertindak balas terhadap serangan itu.

Pertempuran itu menyebabkan kematian anggota keselamatan rejim.

Penduduk Kurdish merupakan etnik minoriti terbesar di Syria, yang menjadikan kawasan separa autonomi di utara Syria sejak bermulanya perang saudara pada 2011.

Di kawasan itu, mereka menjalankan urusan mereka sendiri dan mengendalikan sebahagian besar sumber minyak negara itu. (utusan.com.my)

Sepekan Bergejolak, Presiden Win Myint Juga Ditahan Militer Myanmar

0
Win Myint, 66, is a stalwart member of her National League for Democracy party, an affiliation that earned him a brief spell as a political prisoner more than two decades ago under the previous military government.

Nukilan.id – Usai sepekan Militer Myanmar bergejolak dan menahan Aung San Suu Kyi, kini Presiden Myanmar Win Myint juga ditahan militer Myanmar.

“Kami mendengar Presiden (Win Myint) dan Penasihat Negara (Aung San Suu Kyi) telah ditahan di Naypyidaw, kami mendengar mereka ditangkap oleh militer,” kata Myo Nyunt, juru bicara Liga Nasional untuk Demokrasi, seperti dikutip AFP, Senin (1/2/2021).

Nyunt berasumsi bahwa militer Myanmar benar-benar melakukan kudeta terkait penahanan Aung San Suu Kyi dan Win Myint.

“Dengan situasi yang kami lihat terjadi sekarang, kami harus berasumsi bahwa militer melakukan kudeta,” ujar Nyunt.

Penahanannya terjadi setelah sepekan meningkatnya gejolak dari militer, yang juru bicaranya pada hari Selasa menolak mengesampingkan kemungkinan kudeta. Belasan perwakilan asing, termasuk Amerika Serikat dan Uni Eropa, mendesak militer Myanmar untuk “menaati norma demokratis,” pada Jumat (29/1).

Sebelumnya PBB menyatakan kekhawatiran perihal niat militer Myanmar atau Tatmadaw mengkudeta pemerintahan sipil. Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, juga mengutarakan “rasa kekhawatiran yang besar” terkait kisruh politik di Nyapyidaw, kata jurubicaranya, Stephane Dujarric.

“Dia mengajak semua pihak untuk menghentikan hasutan atau provokasi, dan sebaliknya mendemonstrasikan kepemimpinan serta tunduk pada norma-norma demokratis, dan menghormati hasil pemilu,” katanya dalam keterangan tertulis.

Komisi Pemilihan Umum sejauh ini mengatakan pihaknya belum menemukan adanya bukti manipulasi secara sistematis, meski mengakui “kekurangan” dalam penyusunan daftar pemilih. Saat ini KPU Myanmar baru cuma menyelidiki 287 laporan

Kejadian ini bermula dari ditahannya Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dan tokoh senior dari Partai Liga Demokrasi lainnya. Mereka ditahan dalam sebuah penggerebekan dini hari oleh militer Myanmar.

Dilansir Reuters, Senin (1/2/2021) penahanan Aung San Suu Kyi dilakukan setelah ketegangan antara pemerintah sipil dan militer Myanmar meningkat selama berhari-hari. Sehingga menimbulkan ketakutan akan kudeta setelah pemilu yang menurut militer curang.

Juru bicara Myo Nyunt membenarkan bahwa Aung San Suu Kyi, Presiden Myanmar dan para pemimpin lainnya telah ditahan pada dini hari. Nyunt meminta agar hal ini tidak ditanggapi dengan gegabah, namun dijalankan sesuai dengan hukum.

“Saya ingin memberi tahu orang-orang kami untuk tidak menanggapi dengan gegabah dan saya ingin mereka bertindak sesuai dengan hukum,” katanya.

Dia juga menyebut tidak menutup kemungkinan bahwa dirinya juga akan ikut ditahan usai Aung San Suu Kyi.

Sebelumnya, militer di Myanmar menyatakan akan melindungi dan mematuhi konstitusi, serta bertindak sesuai hukum, menyusul kekhawatiran bahwa mereka akan melakukan kudeta.

Dalam sebuah pernyataan, militer Myanmar mengatakan bahwa komentar panglimanya baru-baru ini tentang hasil pemilu dimaksudkan untuk mengklarifikasi situasi konstitusi kepada personel militer.

Pada Jumat (29/01), laporan bahwa militer Myanmar mungkin tengah mempersiapkan kudeta mendorong PBB untuk meminta semua pihak agar menghormati demokrasi. (detik.com)

Dibebaskan dari India, 28 Nelayan Aceh Isolasi Mandiri di Hotel

0
28 Nelayan Asal Aceh Berhasil Pulang Setelah Ditahan 11 Bulan di India (Liputan6.com)

Nukilan.id-Setiba di Jakarta, 28 nelayan diisolasi mandiri di Hotel Mercure Gatot Soebroto dan diperiksa dengan swab antigen sebelum kembali diterbangkan ke Aceh.

“Mereka akan dikarantina selama lima hari. Setelah itu baru dipulangkan ke Aceh usai dipastikan bebas dari Covid-19,” sebut Almuniza.

Sebanyak 28 nelayan asal Aceh tersebut baru dibebaskan Pemerintah India tiba di Bandara Soekarno-Hatta, Tangerang, Sabtu (30/1/2021).

Mereka adalah nelayan yang ditangkap pada Maret 2020 karena diduga masuk ke Perairan Nikobar dan menangkap ikan tanpa izin.

Kepala Badan Penghubung Pemerintah Aceh Almuniza Kamal menyebut, pengadilan di India telah dijatuhi hukuman penjara selama 11 bulan kepada 28 nelayan ini.

“Namun, kerja sama berbagai pihak dan tanggap cepat Pemerintah Aceh membuat ke-28 nelayan itu cepat dibebaskan,” kata Almuniza dalam keterangan tertulisnya, Minggu (31/1/2021).

Sejak 2020 hingga saat ini, tercatat ada 160-an nelayan Aceh yang ditangkap karena masuk ke laut negara lain.

Mereka harus mendapat sanksi penahanan oleh otoritas setempat, seperti di Myanmar, Thailand, dan India.

“Perlu edukasi mendalam terkait tapal batas kepada para nelayan sehingga kasus ini tidak terulang,” ujarnya.

Salah seorang nelayan, Mansur Mustafa (52) asal Trienggadeng, Pidie Jaya, Aceh, mengatakan terpaksa melaut jauh dari pesisir Aceh untuk mendapatkan ikan.

Menurutnya, jumlah ikan di perairan Aceh sudah tidak banyak lagi. (Kompas.com)

Perempuan Indonesia Masih Minim Jadi Pemimpin

0
Menteri PPPA Bintang Puspayoga (NusaBali.com)

Nukilan.id – Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Bintang Puspayoga menyatakan, perempuan Indonesia masih sedikit menjadi pemimpin, yang secara tidak langsung berdampak pada rendahnya indeks kesetaraan gender.

“Kurangnya perempuan sebagai pemimpin membuat organisasi maupun institusi kurang memiliki sudut pandang perempuan, sehingga secara tidak langsung berpengaruh pada penyusunan kebijakan yang berpihak pada perempuan dan berdampak pada rendahnya indeks kesetaraan gender,” katanya seperti dilansir dari Antara, Minggu (31/1).

Dia mengungkapkan, di sisi lain, Bank Dunia pada tahun 2012 sepakat bahwa saat perempuan dan laki-laki memiliki kesempatan yang sama untuk aktif secara politik dan membuat berbagai keputusan dan kebijakan. Melalui kesempatan yang sama tersebut akan muncul kebijakan-kebijakan yang lebih representatif dan inklusif untuk mencapai pembangunan yang lebih baik.

Dalam kegiatan Rakernas Perempuan Pemimpin Indonesia (PPI) I Tahun 2021 dengan tema Kepemimpinan Perempuan Tangguh sebagai Pilar Bangsa Menuju Indonesia Emas Mercusuar Dunia secara virtual, Menteri Bintang mengatakan, kepemimpinan perempuan nyatanya sangat esensial bagi kesejahteraan bangsa.

“Perempuan adalah pihak yang paling mengetahui kebutuhan, permasalahan, dan solusi dari isu-isu yang dihadapi oleh kaumnya sendiri. Kepemimpinan dan pelibatan perempuan dalam pengambilan keputusan menjadi sangat penting,” ujarnya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Pemberdayaan Gender (IDG) Indonesia pada 2019 yang mengukur partisipasi aktif laki-laki dan perempuan pada kegiatan ekonomi, politik, dan pengambilan keputusan baru menunjukkan angka 75,24.

Selain itu, Wakil Gubernur Provinsi Bali, Tjokorda Oka Artha Ardana Sukawati menambahkan, eksistensi perempuan dalam berbagai kehidupan tidak dapat dipandang sebelah mata. Kata dia, begitu juga dalam bidang ekonomi yang telah mengakar kuat dalam kehidupan sehari-hari.

“Pemerintah Provinsi Bali selalu berupaya mengintegrasikan gender ke dalam arus pembangunan dengan cara memosisikan perempuan sebagai subjek pembangunan dan meminimalkan faktor kendala yang dihadapi perempuan, sehingga pengarusutamaan gender, khususnya dalam kepemimpinan perempuan dapat terwujud,” jelasnya.

Dia menegaskan, Pemerintah Provinsi Bali juga berupaya mengubah pandangan masyarakat yang bias gender, meningkatkan kapasitas, dan peningkatan produktivitas kerja perempuan di segala bidang. (merdeka.com)

Polemik Pilkada Serentak 2024 dan Pro Kontra RUU Pemilu

0
Polemik Pilkada Serentak 2024 dan Pro Kontra RUU Pemilu
Polemik Pilkada Serentak 2024 dan Pro Kontra RUU Pemilu

NUKILAN.ID | Jakarta – Draf Revisi Undang-undang Pemilu dan Pilkada menuai pro dan kontra di tengah masyarakat dan elite partai politik, termasuk pula pelaksanaan Pilkada Serentak 2024 yang diatur dalam draf tersebut.

Draf RUU Pemilu dan Pilkada tersebut kini telah masuk program legislasi nasional (Prolegnas) DPR 2021.

Banyak elit partai politik yang saling silang pendapat terkait beberapa poin yang terkandung dalam substansi draf RUU Pemilu. Salah satu yang dipersoalkan adalah aturan baru terkait pelaksanaan pilkada serentak yang dinormalisasi dan diadakan pada 2022 atau 2023.

Aturan tersebut tidak ada dalam UU Pemilu dan Pilkada sebelumnya. Dalam Undang-undang Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada, pilkada 2022 dan 2023 akan dilakukan serentak pada 2024.

Beberapa fraksi menegaskan penolakannya terhadap usulan gelaran pilkada digelar pada 2022 dan 2023. PDIP dan PPP menyatakan menolak pilkada digelar pada 2022 dan 2023 sesuai draf RUU Pemilu. Mereka sepakat pilkada tetap digelar serentak pada 2024.

“Saya pikir di draf RUU Pemilu belum tentu dibahas dan kami Fraksi PPP berpendapat bahwa RUU [Pemilu] belum relevan untuk diubah,” kata politikus PPP Nurhayati Monoarfa kepada CNNIndonesia.com, Selasa (26/1).

Begitu pula Ketua DPP PDI Perjuangan, Djarot Syaiful Hidayat yang menyatakan pilkada tak perlu digelar pada 2022 atau 2023. Menurutnya, pilkada serentak tetap harus dilaksanakan pada 2024 bersamaan dengan gelaran pemilihan legislatif dan presiden.

“Sebaiknya pilkada serentak tetap diadakan pada 2024. Hal ini sesuai dengan desain konsolidasi pemerintahan pusat dan daerah,” ujar Djarot.

Meski demikian, banyak fraksi di parlemen yang mendukung usulan agar pilkada tetap digelar di tahun 2022 dan 2023 berdasarkan draf RUU Pemilu. Fraksi yang mendukung di antaranya Nasdem, Golkar hingga Demokrat.

Bahkan, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria berharap gelaran pemilihan pilkada dilaksanakan pada 2022.

“Tetapi kalau kita lihat periodisasinya, itu harusnya di tahun 2020 kemarin dan 2019 sudah ada pilkada, idealnya nanti gelombang kedua di tahun 2022,” kata Riza.

Tak hanya soal jadwal pilkada, salah satu poin dalam draf RUU Pemilu yakni pelarangan eks anggota Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) untuk mencalonkan diri menjadi peserta pemilihan pemilu nasional dan daerah juga menjadi polemik. Beberapa pihak mendukung dan sebaliknya justru menolak keras.

Anggota Komisi II DPR RI dari PDIP, Junimart Girsang mengaku tidak setuju dengan usulan tersebut. Menurutnya, setiap orang berhak maju menjadi peserta pemilu sepanjang pengadilan tidak mencabut hak politiknya.

“Sepanjang pengadilan tidak memutuskan siapapun setiap orang yang tidak dicabut hak politiknya di pengadilan maka dia berhak untuk maju,” kata Junimart.

Pendapat yang berlawanan turut disampaikan oleh Anggota Komisi II DPR RI Fraksi PKB, Luqman Hakim. Luqman menilai HTI patut disetarakan dengan eks anggota Partai Komunis Indonesia (PKI) yang selama ini sudah dilarang dalam UU Pemilu.

“Tujuan politik HTI sama persis dengan komunisme, yakni menciptakan kekuasaan politik internasional yang akan merobohkan bangunan negara-bangsa,” kata Luqman, Rabu (27/1).

Selain itu, poin lain yang menuai polemik terkait draf RUU Pemilu yakni soal ambang batas presiden. RUU Pemilu tetap mencantumkan ambang batas presiden atau presidential threshold sebesar 20 persen. Angka ini tak berubah dari ketentuan UU No. 7 Tahun 2017 tentang Pemilu.

Angka itu lantas ditolak dan didukung oleh beberapa pihak. Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra menjadi salah satu pihak yang menolak usulan tersebut. Putra mengusulkan ambang batas pencalonan presiden turun menjadi 0 persen.

Ia menerangkan, penurunan presidential threshold menjadi 0 persen akan membuat masyarakat memiliki lebih banyak pilihan calon pemimpin.

“Demokrat [mengusulkan] presidential threshold 0 persen,” kata Herzaky dalam keterangan yang diterima CNNIndonesia.com, Selasa (26/1).

Ketua Harian DPP Partai Gerindra Sufmi Dasco Ahmad mengaku tak mempersoalkan bila ambang batas pemilu menjadi 20 persen atau berapapun. Dasco mengatakan Gerindra menerima dan ikut ambang batas presiden yang diputuskan.

“Kalau presidential threshold juga kita sedang komunikasikan. Prinsipnya mau 20 persen, 25 persen kami (Gerindra) ikut saja,” ujar Dasco. (CNN Indonesia)