NUKILAN.id | Meulaboh – Dosen Program Studi Perikanan Universitas Teuku Umar (UTU) mengadakan workshop bertema “Pengoperasian Bubu Ikan Karang Berbasis Sumberdaya Lokal” untuk meningkatkan keterampilan nelayan tradisional di Kabupaten Aceh Barat, sekaligus mendukung praktik perikanan berkelanjutan.
Kegiatan ini berlangsung di perairan Lhok Meureubo, Aceh Barat, dan diikuti oleh sejumlah nelayan tradisional serta mahasiswa UTU. Workshop ini merupakan bagian dari program pengabdian masyarakat berjudul “Pemberdayaan Nelayan Tradisional Lhok Meureubo dalam Pemanfaatan Teknologi Bubu Ramah Lingkungan untuk Peningkatan Hasil Tangkapan Ikan Karang di Perairan Aceh Barat.”
Program tersebut didanai oleh hibah dari Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia (DRTPM) tahun 2024. Tim pengabdian dipimpin oleh Afdhal Fuadi, S.Pi., M.Si., dengan anggota Rosi Rahayu, S.Pi., M.Si., dan Rusdi, M.Si. Selain itu, teknisi dari Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Aceh Barat serta Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan UTU juga turut terlibat.
Dalam pelatihan ini, para peserta diberikan pengetahuan langsung mengenai pengoperasian teknologi bubu dasar yang ramah lingkungan dengan memanfaatkan sumber daya lokal. Bubu ini diharapkan dapat meningkatkan hasil tangkapan tanpa merusak ekosistem laut, terutama terumbu karang yang menjadi habitat utama ikan karang.
Ketua tim pengabdian, Afdhal Fuadi, menjelaskan bahwa workshop ini memberikan kesempatan bagi nelayan untuk mempraktikkan teknik pengoperasian bubu ikan karang, mulai dari proses penurunan bubu ke dasar laut (setting), perendaman selama dua hari, hingga pengangkatan kembali (hauling).
Sebelum bubu diletakkan, ditambahkan atraktor berupa daun pinang dan daun kelapa untuk memikat ikan masuk ke dalam bubu.
“Pemilihan atraktor lokal seperti daun pinang dan daun kelapa adalah inovasi sederhana namun efektif, yang bisa membantu nelayan meningkatkan hasil tangkapan ikan karang tanpa merusak lingkungan sekitar,” ujar Afdhal kepada Nukilan.id, Sabtu (28/9/2024).
Bubu ini ditempatkan pada kedalaman 40 meter di sekitar terumbu karang Aceh Barat, tepatnya pada koordinat 3°59.211’ Lintang Utara dan 95°55.028’ Bujur Timur. Lokasi tersebut dipilih karena terumbu karangnya masih terjaga dan kaya akan keanekaragaman hayati, terutama spesies ikan karang bernilai ekonomi tinggi.
Para nelayan yang terlibat dalam workshop ini menunjukkan antusiasme tinggi. Mereka mengapresiasi inisiatif dari para akademisi UTU yang tidak hanya memberikan ilmu, tetapi juga keterampilan praktis yang dapat langsung diaplikasikan di lapangan. Muhammad, salah satu nelayan peserta, mengungkapkan rasa terima kasihnya.
“Kami sangat berterima kasih kepada dosen dan mahasiswa UTU yang mengajarkan cara pengoperasian bubu ini. Selama ini kami hanya menggunakan cara-cara tradisional, tetapi dengan teknologi bubu ramah lingkungan ini, kami yakin bisa meningkatkan hasil tangkapan tanpa merusak laut,” ujar Muhammad.
Selain mengajarkan keterampilan teknis, workshop ini juga memberikan pemahaman kepada nelayan tentang pentingnya menjaga kelestarian ekosistem laut. Penggunaan teknologi bubu ramah lingkungan diharapkan menjadi solusi jangka panjang dalam menghadapi tantangan kelangkaan ikan akibat eksploitasi berlebihan dan kerusakan lingkungan.
Mahasiswa Program Studi Perikanan UTU juga dilibatkan dalam kegiatan ini, dengan tujuan meningkatkan kompetensi mereka sebagai calon ahli perikanan di masa depan. Mereka ikut serta dalam pendampingan teknis di lapangan, sekaligus belajar bagaimana mengaplikasikan teori yang mereka pelajari di bangku kuliah.
“Keterlibatan mahasiswa di lapangan adalah bagian penting dari proses pembelajaran. Dengan begini, mereka tidak hanya paham teori, tetapi juga memiliki keterampilan praktis yang sangat dibutuhkan di dunia kerja nanti,” kata Rosi Rahayu, salah satu dosen yang terlibat.
Pemerintah Kabupaten Aceh Barat melalui Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) menyambut baik program ini. Kepala DKP Aceh Barat, Syafruddin, berharap teknologi bubu ramah lingkungan ini dapat diperluas penggunaannya di kalangan nelayan tradisional Aceh Barat.
“Kami mendukung penuh inisiatif Universitas Teuku Umar dalam memberdayakan nelayan tradisional. Teknologi ini harus kita perkenalkan lebih luas agar dapat membantu meningkatkan perekonomian nelayan tanpa merusak alam,” pungkas Syafruddin.
Dengan adanya workshop ini, diharapkan nelayan tradisional Aceh Barat semakin terampil dalam mengoperasikan teknologi bubu ramah lingkungan, sehingga mereka dapat meningkatkan produktivitas sekaligus menjaga kelestarian sumber daya laut yang merupakan bagian penting dari mata pencaharian mereka. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah