Nukilan.id – Masyarakat Tranparansi Aceh (MaTA) menilai, perjalanan Gubernur dengan Pimpinan dan Satu anggota Dewan Perwakilan Rakyat Aceh (DPRA) ke Amerika Serikat ,16 – 22 Mei 2022 mendatang, merupakan bentuk pemborosan Keuangan Aceh yang berpotensi terjadi manipulasi perjalanan.
“Sudah berulang kali elit Aceh ke luar negeri mengunakan uang Aceh dan tidak ada akuntabilitas publik, dengan modus kunjungan kerja, pengawasan atau perjalanan dinas ke luar negeri. Itu sangat merugikan Rakyat Aceh, padahal Aceh saat ini serba kekurangan untuk membangun kedepannya,” Kata Koordinator MaTA Alfian dalam keterangan tertulis kepada Nukilan.id Kamis (12/5/2022).
Berdasarkan catatan MaTA, kata Alfian, perjalanan kali ini sebanyak 13 orang yang dipimpin oleh Gubernur Nova Iriansyah. sudah cukup banyak uang Aceh di “ambil paksa” oleh para elit untuk mareka jalan-jalan ke luar negeri, dan parahnya lagi tidak mampu mareka pertangungjawabkan.
Rakyat Aceh memilki kewenangan dan hak untuk menghentikan mareka atas kesewenang wenangan terhadap uang Aceh.
Perjalanan kali ini sengaja di agendakan mengingat Gubernur akan berakhir tugasnya. Jadi tanpa beban dan tidak memiliki etika, maka jadilah keluar negeri dengan alasan yang sama sekali tidak memiliki urgensi mendasar.
“Seperti yang dikatakan salah satu pimpinan DPRA, untuk pengawasan ke sana. Itu hanyalah modus untuk melegalkan keberangkatannya,” katanya.
Alfian juga mempertanyakan atas keberangkatan saudari Yunita Arafah (Istri Gubernur) apakah terdaftar secara adminitrasi negara saudari tersebut. kalau tidak terdaftar maka penggunaan uang Aceh ilegal, karna selama ini rakyat Aceh mengetahui istri gubernur adalah saudari Dr. Ir. Dyah Erti Idawati, MT.
Penting juga ada kepastian soal hal tersebut sehingga setiap uang Aceh digunakan dapat di pertangungjawabkan secara terukur.
“ini waktunya kita tidak lagi “memaklumkan” yang tidak patut atau kebijakan yang tidak populer agar uang aceh tidak lagi di jadikan sebagai ladang para pecundang,” ungkap Alfian.
Seharusnya, kata Alfian, Gubernur maupun Pimpinan DPRA memiliki jiwa satria untuk menghentikan dagelan seperti ini karna publik atau rakyat Aceh tidak percaya sama sekali apa yang mareka tengah rencanakan saat ini.
“Dengan membatalkan perjalanan tersebut, uangnya dapat di alihkan untuk pembagunan rakyat miskin, itu lebih hebat dari pada berfoya foya di tengah rakyat menerima kegagalan untuk keluar dari kemiskinan yang telah anda janjikan,” tuturnya.