Nukilan.id – Konflik Palestina bukan semata-mata konflik agama. Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia Hikmahanto Juwana mengatakan konflik Israel dan Palestina sangat kompleks.
“Banyak pihak di Indonesia menyederhanakan konflik Palestina Israel sebagai konflik agama. Padahal konflik yang terjadi sangat kompleks, multidimensi, dan tidak bisa dilihat hitam putih,” kata Hikmahanto keterangan tertulis yang diterima Medcom.id, Rabu, (19/5/2021).
Menurutnya, konflik yang terjadi malah ditunggangi berbagai pihak. Mereka yang tidak bertanggung jawab membangun narasi sesuai kepentingan, orientasi politik, dan ideologi.
“Pihak yang memanfaatkan tidak hanya pemerintahan suatu negara terhadap negara lain tetapi juga elemen-elemen yang ada dalam suatu negara,” ucap dia.
Hikmahanto mengatakan berbagai pihak saling bertikai mengenai siapa yang harus dibela. Namun, di saat bersamaan, para korban sipil, termasuk anak-anak dan perempuan terus menjadi korban.
Dia mengimbau semua pihak tidak mengedepankan kepentingan dan orientasi politik serta ideologi dalam menghadapi konflik ini.
“Adapun yang harus dikedepankan adalah kekerasan harus diakhiri, demi kemanusiaan,” tegasnya.
Ketegangan antara Israel dan Palestina di Yerusalem adalah pemicu terjadinya aksi saling serang. Hamas meluncurkan roket sebagai bentuk protes atas aksi kekerasan pasukan Israel di Sheikh Jarrah dan kompleks Masjid Al-Aqsa selama Ramadhan.
Komunitas internasional terus menyerukan gencatan senjata antara Israel dan Hamas. Di Perserikatan Bangsa-Bangsa, Prancis dikabarkan telah mengusulkan proposal resolusi gencatan senjata. Proposal tersebut didukung Mesir dan juga Yordania.[]