Nukilan.id – Sekretaris kopertais Wilayah V Aceh dan juga Dosen Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Ar-Raniry (FTK-UINAR) Banda Aceh, Marzuki Abubakar, M.S.I, mengatakan, peusijuek boleh dilakukan dan bukan bid’ah, karena peusijuek merupakan salah satu tradisi adat masyarakat Aceh yang telah berasimilasi dengan ajaran Islam.
“Berdasarkan analisis, dari beberapa aspek didalam peusijuek tersebut, maka saya menyimpulkan bahwa, peusijuek boleh dilakukan dan itu bukanlah bid’ah,” kata Marzuki, kepada Nukilan.id, Rabu (10/3/2021).
Baca juga: Israā Miāraj, Peristiwa Penting Umat Islam
Karena, kata Marzuki – ada sebagian berpendapat, kalau peusijuek itu sebuah perbuatan bid’ah yang harus ditinggalkan.
Marzuki menjelaskan, tradisi peusijuek, khususnya dalam masyarakat muslim di Aceh, telah diadaptasikan ke dalam praktik islam dan dijalankan bedasarkan syariat islam.
Ia mengatakan, masyarakat Aceh percaya bahwa peusijuek adalah salah satu ritual yang berhubungan dengan kepercayaan agama. Karena mengandung beberapa nilai agama yang harus dijalankan.
Baca juga: Kisah Turunnya Perintah Sholat Saat Isra Miāraj
Maka dari itu, kata Marzuki – dilihat dari 3 aspek seperti, pertama; Pelaksanaan ritual Peusijuek biasanya dilakukan oleh tokoh agama atau tokoh adat yang dituakan oleh masyarakat. Hal ini diharuskan karena tradisi Peusijuek merupakan ritual yang dianggap sakral, sehingga untuk melakukannya haruslah orang yang paling mengerti tentang doa-doa dan prosesi dalam ritual tersebut.
Apa bila orang yang dipeusijuek adalah kaum laki-laki, biasanya dilakukan oleh Teungku atau Ustadz. Sedangkan untuk kaum perempuan dilakukan oleh ummi atau ustadzah ataupu seorang wanita yang dituakan oleh masyarakat.
Kemudian kedua, lanjutnya – peusijuk dilakukan dalam momentum kegiatan keagamaan seperti, berangkat haji, pernikahan/walimah, rumah baru, khitanan, turun tanah, tujuh bulanan, Aqiqah dan lain sebagainya.
Dan ketiga, doa yang dibacakan dalam peusijuek adalah doa yang ditujukan kepada yang Maha Kuasa, Allah SWT. Dengan menggunakan doa-doa mashur sesuai ajaran islam yang ada dalam Al-Quran dan Sunnah.
“Misalnya peusijuek orang naik haji, rumah baru, khitatan, turun tanah, tujuh bulanan, Aqiqah, itu ada doa khusus masing-masing menurut momennya, termasuk peusijuek pengantin baru, itu juga ada doanya,” jelasnya.
Baca juga: Bangunan Masjid di Aceh Harus Lebih Ramah Orang Tua dan Anak
Oleh karena itu, kata Marzuki – melihat ketiga aspek tersebut, peusijuek dianggap erat kaitannya dengan Islam sehingga menjadi kepercayaan masyarakat di Aceh.
“Islam memiliki konsep universalisme yang mampu menyatu dengan berbagai peradaban dan budaya, hal inilah membuat islam diterima di banyak negara dan peradaban,” demikian jelas Marzuki. [akhi]