Kemarau Panjang Ancam Ribuan Hektare Sawah di Aceh, Pakar USK Beberkan Solusi

Share

NUKILAN.ID | BANDA ACEH – Musim kemarau yang telah berlangsung selama lebih dari dua bulan di Provinsi Aceh membawa dampak serius terhadap sektor pertanian. Ribuan hektare lahan sawah musim tanam gadu kini mengalami kekeringan parah. Tanaman padi yang baru berusia antara satu pekan hingga dua bulan berada dalam kondisi kritis dan terancam puso atau gagal panen.

Seperti dilaporkan metrotvnews.com, daerah yang paling terdampak antara lain Kabupaten Pidie, Pidie Jaya, dan Aceh Selatan. Di kawasan ini, cuaca panas ekstrem yang berlangsung terus-menerus disertai krisis air semakin memperburuk pertumbuhan tanaman padi. Kondisi ini tidak hanya memukul petani, tetapi juga berpotensi menggagalkan upaya swasembada pangan yang tengah digencarkan pemerintah.

Menanggapi krisis ini, Nukilan.id pada Jumat (4/7/2025) menghubungi Mujiburrahmad, dosen Agroteknologi di Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK), untuk meminta pandangannya terkait solusi paling memungkinkan yang bisa diterapkan di lapangan.

Menurut Mujiburrahmad, langkah cepat dan strategis sangat dibutuhkan agar kerugian tidak semakin meluas. Ia menekankan pentingnya penyesuaian pola tanam dan pemilihan jenis komoditas yang lebih adaptif terhadap kondisi kekeringan.

“Solusi paling realistis yang bisa segera diterapkan petani adalah melakukan penjadwalan ulang tanam, agar tidak bertabrakan dengan puncak musim kemarau, diversifikasi tanaman dengan memilih komoditas yang lebih tahan kekeringan, serta pemanfaatan air secara efisien melalui teknik irigasi tetes (drip irrigation) atau irigasi berselang,” ungkapnya.

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa pendekatan berbasis teknologi juga dapat membantu petani menghadapi tekanan iklim yang tidak menentu. Inovasi seperti sensor tanah dan sistem peringatan dini disebut mampu menjadi alat bantu penting untuk mitigasi risiko gagal panen.

“Dari sisi agroteknologi, penggunaan sensor kelembaban tanah, sistem peringatan dini cuaca, dan pompa tenaga surya untuk mengairi lahan bisa menjadi solusi adaptif,” katanya.

Selain itu, penguatan ketahanan tanaman secara biologis melalui pupuk ramah lingkungan juga menjadi bagian penting dalam strategi adaptasi.

“Penggunaan pupuk hayati dan biostimulan dapat membantu meningkatkan daya tahan tanaman terhadap stres air,” tambahnya.

Tak hanya solusi jangka pendek, Mujiburrahmad juga menyoroti pentingnya strategi jangka panjang sebagai bentuk kesiapsiagaan menghadapi dampak perubahan iklim yang diprediksi akan semakin ekstrem di masa depan.

“Pertama, tentu modernisasi irigasi. Bangun embung, sumur resapan, dan bendungan mikro. Kedua, memilih varietas padi tahan iklim. Gunakan benih padi yang tahan kekeringan dan suhu tinggi,” paparnya.

Selanjutnya, ia juga menekankan pentingnya konservasi air sebagai langkah untuk mengurangi evaporasi serta menjaga kelembapan tanah lebih lama, terutama saat curah hujan rendah.

“Ketiga, lakukan konservasi air dan lahan, misalnya dengan menerapkan rainwater harvesting dan mulching,” ujarnya.

Mujiburrahmad juga mendorong pemanfaatan teknologi digital agar petani dapat dengan cepat memperoleh informasi cuaca, pola tanam yang sesuai, hingga prediksi risiko. Hal ini diyakini akan membantu pengambilan keputusan yang lebih akurat dan efisien di lapangan.

“Keempat, digitalisasi pertanian. Ke depan, petani harus mulai memanfaatkan aplikasi iklim dan sistem informasi tanam,” sambungnya.

Lebih dari itu, Mujiburrahmad menekankan pentingnya peran pemerintah dan lembaga terkait dalam memberikan pendampingan dan perlindungan terhadap petani. Edukasi mengenai iklim dan proteksi terhadap risiko gagal panen perlu menjadi bagian dari kebijakan pertanian yang berkelanjutan.

“Tak kalah penting juga adalah pendidikan iklim. Instansi terkait harus mengadakan pelatihan melalui sekolah lapang iklim, dan juga asuransi pertanian guna melindungi petani dari risiko gagal panen,” pungkasnya.

Dengan musim kemarau yang diperkirakan masih akan berlangsung, langkah-langkah antisipatif dan kolaborasi lintas sektor menjadi kunci untuk menjaga ketahanan pangan di Aceh tetap terjaga di tengah ancaman perubahan iklim yang kian nyata. (XRQ)

Reporter: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News