NUKILAN.id | Banda Aceh – Aceh, dengan sejarah panjang bencana alam terutama gempa bumi dan tsunami 2004, telah menjadi daerah yang memiliki kesadaran kolektif terhadap pentingnya mitigasi bencana. Menurut Saddam Rassanjani, Dosen Ilmu Pemerintahan Universitas Syiah Kuala (USK), peristiwa tsunami besar tersebut seharusnya menjadi pengingat bagi para pemimpin bahwa ketahanan terhadap bencana tidak boleh dianggap remeh dalam agenda politik dan pembangunan di Aceh.
“Sejarah bencana Aceh menunjukkan bahwa ketahanan bukan hanya kewaspadaan sesaat, melainkan harus menjadi landasan pembangunan berkelanjutan,” kata Saddam dalam sebuah wawancara bersama Nukilan.id, Minggu (27/10/2024).
Ia menambahkan, meskipun kesadaran akan mitigasi bencana telah meningkat, komitmen para pemimpin untuk mengintegrasikan kearifan lokal dalam kebijakan yang adaptif dan strategis masih perlu dipertegas. Kearifan lokal yang tumbuh dalam masyarakat Aceh selama bertahun-tahun menjadi salah satu modal penting dalam menghadapi ancaman bencana.
“Kami berharap calon pemimpin Aceh ke depan mampu mengintegrasikan kebijakan ini sebagai bagian dari kearifan lokal yang berkelanjutan, sejalan dengan kebutuhan global,” ungkapnya.
Saddam menekankan bahwa dorongan untuk memasukkan isu perubahan iklim dan ketahanan bencana dalam agenda politik bukan hanya datang dari pemerintah, tetapi juga dari kalangan akademisi dan masyarakat sipil.
“Kami mendorong calon pemimpin untuk berpikir jangka panjang, bukan hanya terjebak pada janji politik yang bersifat sementara,” tambahnya.
Dalam pandangan Saddam, integrasi kearifan lokal dengan tuntutan global adalah langkah strategis dalam menghadapi perubahan iklim yang semakin nyata. Selain itu, Saddam menggarisbawahi pentingnya calon pemimpin di Aceh untuk memiliki visi yang melampaui kepentingan politik sesaat.
“Pembangunan Aceh yang berkelanjutan hanya akan tercapai jika ada strategi jangka panjang terkait mitigasi bencana dan adaptasi terhadap perubahan iklim,” katanya.
Pernyataan Saddam ini menjadi pengingat bagi masyarakat Aceh bahwa ketahanan bencana bukan hanya tanggung jawab pemerintah, tetapi juga peran bersama yang melibatkan kearifan lokal, pengetahuan ilmiah, dan dorongan dari berbagai elemen masyarakat. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah