NUKILAN.id | Banda Aceh – Menjelang Pilkada Aceh 2024, dua pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur, Bustami Hamzah-Fadhil Rahmi (paslon 1) dan Muzakir Manaf-Fadhlullah (paslon 2), tengah bersaing dengan berbagai visi dan misi. Keduanya menekankan pentingnya kesejahteraan, keadilan, pembangunan, dan penerapan nilai-nilai Islami. Namun, ada satu isu krusial yang tampaknya luput dari perhatian mereka, yaitu kesehatan mental masyarakat Aceh.
Dalam analisis yang dilakukan oleh Nukilan.id, terlihat bahwa kesehatan mental, terutama terkait trauma pasca-konflik dan tsunami, tidak menjadi fokus kedua pasangan calon. Padahal, pemulihan mental masyarakat, terutama generasi muda yang didominasi oleh Gen Z, merupakan masalah yang penting untuk diperhatikan.
Psikolog Klinis, Tengku Sheila Noor Faraza, dalam wawancara dengan Nukilan.id, menyoroti dampak trauma yang masih dirasakan oleh banyak masyarakat Aceh, termasuk generasi muda yang tumbuh di tengah situasi pasca-konflik dan bencana besar tsunami. Menurutnya, trauma memiliki dampak jangka panjang yang serius terhadap kehidupan psikologis penyintas.
“Ketika seseorang mengalami peristiwa besar, ada kecenderungan mereka mengalami trauma yang dapat berdampak besar pada kesejahteraan psikologisnya. Ada tiga hal umum yang biasanya dirasakan oleh penyintas trauma. Pertama, mereka sering kali dihantui oleh pikiran atau memori terkait trauma tersebut, yang datang tiba-tiba dan sangat mengganggu,” jelas Sheila kepada Nukilan.id pada Kamis (24/10/2024).
Selain itu, Sheila mengungkapkan bahwa penyintas trauma cenderung menghindari hal-hal yang dapat memicu ingatan akan peristiwa traumatik, termasuk tempat atau orang-orang tertentu.
“Mereka cenderung menjauh dari apapun yang mengingatkan mereka pada trauma yang dialami, dan ini bisa mempengaruhi kehidupan sosial mereka,” tambahnya.
Lebih jauh, Sheila juga menekankan bahwa dampak trauma dapat memicu emosi yang tidak nyaman dalam jangka waktu yang panjang. Hal ini membuat pemulihan mental menjadi kebutuhan mendesak bagi masyarakat Aceh, terutama di kalangan generasi muda yang masih rentan.
Sayangnya, meskipun isu kesehatan mental ini sangat penting, kedua pasangan calon tidak menyinggung secara spesifik program pemulihan mental dalam visi dan misi mereka. Padahal, membangun generasi yang kuat secara psikologis dan sosial menjadi fondasi penting dalam upaya membangun masa depan Aceh yang lebih baik.
Sheila juga berharap agar isu ini dapat menjadi perhatian serius bagi para calon pemimpin Aceh.
“Pemulihan sosial dari trauma pasca-konflik dan tsunami harus menjadi bagian dari program pembangunan, karena generasi muda adalah aset utama dalam melanjutkan perjuangan Aceh di masa depan,” tutupnya.
Kesehatan mental masyarakat, terutama anak muda yang menjadi harapan bangsa, seharusnya tidak hanya menjadi isu pinggiran. Sudah saatnya pemimpin yang akan datang memberikan perhatian lebih terhadap pemulihan mental sebagai salah satu fondasi utama dalam membangun Aceh ke depan. (XRQ)
Reporter: Akil Rahmatillah