Wednesday, April 24, 2024

Ibu Meninggal, Tompi Kritik Penanganan COVID-19 di Aceh

Nukilan.id – Ibunda Tompi meninggal dunia pada 23 April lalu. Sang ibu meninggal karena penyakit COVID-19.

Baru-baru ini, pelantun lagu Menghujam Jantungku tersebut mengunggah sebuah video di Instagram. Awalnya, ia mengisahkan bagaimana ibunya bisa tertular COVID-19 hingga akhirnya meninggal.

“Beliau tinggal di Jakarta sama saya sebenarnya, sudah bertahun-tahun. Jelang bulan puasa lalu, beliau mau pulang ke Aceh, karena merasa rindu pengin nyekar ke kuburan bapak saya, adik saya, ketemu keluarga besar di Aceh,” ucap Tompi.

Saat itu, Tompi mengizinkan ibunya untuk pulang kampung. Namun, ia mengingatkan sang ibu agar tetap menjaga protokol kesehatan selama berada di sana.

“Tapi, apa yang terjadi? Saya curiga salah satu anggota keluarga kami, mungkin dia sering ekspos di luar karena pekerjaannya gitu, itu yang pertama sakit. Itu ketahuan setelah saya tracing, setelah ibu saya berpulang. Dia baru tahu dia COVID setelah ibu saya meninggal,” ujar Tompi.

“Pagi habis sahur, saya langsung koordinasi dengan teman-teman di Medan, Banda Aceh, dan Jakarta, untuk mengirim ibu saya agar dapat penanganan lebih baik. Setelah saturasi turun dari 98 ke 94, saya mulai khawatir. Saya bilang kakak saya sesegera mungkin berangkat. Saya ngomong jam enam pagi, ambulans ibu saya baru ready jam empat sore. Bayangkan, gap-nya begitu lama,” terang Tompi.

“Allah kasih waktunya segitu. Baru naik ambulans, perjalanan beberapa menit, perburukan, saturasi makin menurun, dalam keadaan tenang, senyap, ibu saya berpulang. Prosesnya cepat banget. Di Aceh, pemeriksaan PCR cuma bisa dikerjakan dua kali seminggu. Padahal dalam kondisi COVID, Satgas bekerja 24 jam dalam seminggu. Itu pun reagennya suka enggak ada. Tenaga kesehatan yang bertugas tidak stand by setempat,” imbuhnya.

Tompi mengaku dirinya harus marah-marah terlebih dahulu agar ibunya segera dapat penanganan. Selain itu, ia harus punya koneksi di rumah sakit dulu agar bisa didahulukan.

“Saat pertama kali masuk rumah sakit, mau periksa, itu enggak bisa. Lab-nya enggak support. Poin saya adalah, bukan mau menjelekkan yang bertugas, di daerah terutama luar pulau Jawa, fasilitas kesehatan masih PR besar negara ini. Cukup ibu saya menjadi korban. Negara kita enggak sanggup, kalau ada yang sakit dalam jumlah besar, negara kita enggak sanggup. Jangan sampai kejadian di India, terulang di Indonesia,” tutupnya. [kumparan]

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img