Friday, March 29, 2024

Grace Kurniadi, Tunarungu Pertama di Indonesia yang Berhasil menjadi Psikolog Klinis

Nukilan.id – Grace Kurniadi, mahasiswa Program Pascasarjana Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara (Untar), berhasil lulus sebagai psikolog klinis berkebutuhan khusus pertama di Indonesia.

Grace adalah seorang pengidap tunarungu atau tidak dapat mendengar.

Sebagaimana diberitakan Beritasatu, Grace yang tuli ini melewati perjuangan tidak mudah untuk menjalani perkuliahan.

“Saya memilih pendidikan sebagai psikolog berawal dari usulan orang tua. Mereka melihat saya sering menjadi tempat bercerita bagi teman-teman di masa SMP dan SMA. Saya juga senang untuk mengamati hubungan antarmanusia,” kata Grace seperti disampaikan lewat siaran pers dari Untar, Jumat (12/02).

Grace mengatakan kendala yang dialami selama pembelajaran adalah kesulitan menangkap gerakan bibir khususnya dari dosen pengajar.

Dia juga merasa kesulitan jika ada orang yang berbicara namun membelakanginya atau sambil berjalan, berbicara terlalu cepat, atau artikulasinya tidak jelas.

“Hal lainnya, saya kurang bisa menanggapi dengan cepat jika masuk ke dalam kelompok lebih dari empat orang,” ujar Grace.

Namun, Grace tidak pantang menyerah. Sebaliknya, ia selalu berusaha mengatasi masalah komunikasinya dengan berbicara langsung dengan dosen terkait kondisinya.

Dia meminta dosennya untuk berbicara lebih perlahan agar mudah dipahami, serta merekam proses perkuliahan agar bisa diputar ulang saat berada di rumah dan memastikan tidak ada materi yang terlewat.

Grace mengatakan, tantangan selama perkuliahan harus dihadapi dengan perubahan cara berpikir dan bersikap terbuka, serta penting untuk menerima keadaan.

Dia mengakui dukungan keluarga dan teman-teman telah memberinya semangat.

Para dosen, ujarnya, juga bersikap profesional dan mau turun tangan langsung menjelaskan kembali materi perkuliahan di luar jam kelas.

“Untuk bisa melewati kesulitan-kesulitan tersebut, saya perlu mengubah pola pikir di dalam diri menjadi lebih positif, keterbukaan diri untuk meminta bantuan dan kemauan untuk menerima apapun keadaan diri sendiri,” ucapnya.

“Tidak dari orangtua saja, saya juga mendapatkan dorongan dari hal yang saya amati pada lingkungan teman, dosen, dan juga buku yang saya baca,” lanjut Grace.

Pilihan jurusan yang diambil Grace yaitu Pendidikan Profesi Psikolog adalah program unggulan di Untar. Dia memutuskan berkuliah di Untar salah satunya karena ada mata kuliah art therapy yang menjadi nilai tambah dari Pendidikan Profesi Psikolog di Untar.

Tidak Ada Diskriminasi

Grace berharap adanya kesempatan pendidikan inklusif di perguruan tinggi seperti di Untar bisa membuka kesempatan seluas-luasnya bagi siapa pun, khususnya bagi orang dengan kebutuhan khusus. Dia berharap tidak ada diskriminasi di perguruan tinggi untuk mahasiswa berkebutuhan khusus.

Selepas kuliah, Grace bercita-cita untuk menulis buku yang bisa menginspirasi orang lain. Dia juga ingin membagikan ilmunya kepada orang yang membutuhkan, di antaranya mempelajari bahasa isyarat agar teman-teman tuli bisa mengakses layanan konseling dan dapat secara nyaman berinteraksi.

“Jadi tidak perlu menggunakan bantuan interpreter yang mungkin dapat memunculkan ketidaknyamanan pada calon klien,” katanya.

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here