JEJAK perjuangan serta perjalanan hidup Teuku Abdul Hamid Azwar, tokoh asal Kecamatan Samalanga, Kabupaten Bireueuen, Provinsi Aceh, mulai diverifikasi oleh Tim Peneliti dan Pengkaji Gelar Tingkat Pusat (TP2GP). Putra kelahiran Samalanga yang berusia 80 tahun (1916- 7 Oktober 1996), semasa hidupnya berjasa memperjuangkan Ibu Pertiwi Indonesia supaya terbebas dari cengkeraman penjajah.
Verifikasi faktual ini menindaklanjuti proposal usulan Pemerintah Kabupaten Bireuen dan Pemerintah Provinsi Aceh melalui Kementerian Sosial beberapa waktu lalu. Harapannya, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo berkenan menetapkan putra terbaik Aceh, Teuku Abdul Hamid Azwar, sebagai Pahlawan Nasional.
Sejarah mencatat, Letkol (Purn) Teuku Abdul Hamid Azwar bersama Syamaun Gaharu serta perwira Giyu Gun lainnya tampil mendirikan Angkatan Pemuda Indonesia (API) yang dikenal sebagai cikal bakal TNI. API kemudian menjadi Tentara Keamanan Rakyat (TKR) lalu berubah menjadi Tentara Nasional Indonesia (TNI).
Sejarawan Aceh M Adli Abdullah, yang juga termasuk tim penyusun naskah proposal usulan, kepada Media Indonesia mengatakan, Teuku Abdul Hamid Azwar, keturunan ke-VIII dari Ampon Chik Samalanga, Kabupaten Bireuen, Aceh.
Abdul Hamid lahir dari rahim seorang ibu Cut Nyak Hajjah Ummi Kalsum yang sangat mashur dipanggil Cut Po dari Meuraxa, Kuta Raja (Banda Aceh). Ayahnya Teuku Chik Alibasyah, hulu balang pimpinan wilayah Samalanga dan sekitarnya.
Masa kecil hingga menginjak remaja, Abdul Hamid Azwar menimba ilmu agama dan pendidikan umum di Kuta Raja, Banda Aceh.
Setelah lulus sekolah Hollandsch Inlandsche School (HIS) di Peunayong Kuta Raja melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO). Sekolah-sekolah ini khusus untuk golongan atas.
Dikatakan Adli, Abdul Hamid Azwar yang dikenal cerdas itu terus berjuang melawan penjajahan kolonial. Saat agresi kedua, Teuku Abdul Hamid Azwar memimpin mencegah pasukan Belanda yang ingin kembali Ke Aceh. Sebelumnya, melakukan pelucutan senjata tentara Jepang. Kala itu, Teuku Abdul Hamid menduduki jabatan strategis sebagai Kepala Staf Divisi V Aceh dengan Pangkat Mayor dan Letkol. Lalu diangkat oleh Panglima Sumatra sebagai Kepala Staf SK 2A (Intendans) Komandan Sumatra berkedudukan di Bukit Tinggi, Sumatra Barat.
Adli Abdullah menambahkan, setelah kemerdekaan, Abdul Hamid mendirikan perusahaan dagang Central Trading Compani (CTC). Ini untuk memenuhi kebutuhan perlengkapan TNI. Bukan saja pengadaan senjata, tetapi juga amunisi dan obat-obatan. Tapi lebih dari itu, Abdul Hamid sempat melakukan pembelian pesawat jenis AVRON untuk memperkuat alusista TNI AU dan kapal laut PPB 58 LB guna meningkatkan kempuan TNI AL.
“Setelah saya pelajari dan turun ke lapangan bertemu tokoh tetua di derah asalnya lalu mempelajari sejarah, insyaAllah sangat patut dinobatkan sebagai Pahlawan Nasional. Supaya semuanya jelas serta wajar, dipersilakan verifikasi. Demi bangsa besar ini kami tidak lelah membantu,” pungkas M Adli Abdullah yang juga Staf Khusus Menteri ATR/Kepala BPN Bidang Hukum Adat tersebut.[]
Sumber: Mediaindonesia