Bulog Klaim Aceh Surplus Beras, Pakar Ingatkan Tantangan Distribusi dan Kesejahteraan Petani

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Perum Bulog Kantor Wilayah (Kanwil) Aceh mengklaim stok beras di Aceh mengalami surplus. Panen raya yang berlangsung di sejumlah daerah membuat ketersediaan beras dinilai mencukupi hingga 14 bulan ke depan.

Pemimpin Perum Bulog Kanwil Aceh, Ihsan, mengatakan serapan gabah dari petani telah mencapai target maksimal. Sejak akhir Januari 2025, proses penyerapan mengalami beberapa penyesuaian, seiring meningkatnya realisasi gabah yang diserap.

Pada Senin (5/5/2025) lalu, Ia mengatakan bahwa serapan gabah telah beberapa kali mengalami perubahan sejak dilakukan pada akhir Januari 2025. Hal ini dikarenakan realisasi serapan gabah dari petani telah mencapai 100 persen.

Namun, capaian tersebut mendapat catatan kritis dari kalangan akademisi. Mujiburrahmad, Dosen Fakultas Pertanian Universitas Syiah Kuala (USK), menilai bahwa surplus beras merupakan indikator positif dalam sektor produksi, tetapi bukan berarti persoalan ketahanan pangan Aceh telah selesai.

“Surplus beras di Aceh menunjukkan keberhasilan dalam sektor produksi, namun ketahanan pangan tidak hanya soal pasokan,” ujarnya kepada Nukilan.id, Selasa (13/5/2025).

Ia mengingatkan bahwa ketersediaan stok yang melimpah tidak otomatis menjamin masyarakat mendapatkan akses yang merata terhadap bahan pangan. Menurutnya, keberhasilan sektor pangan harus dinilai dari banyak aspek, termasuk keadilan distribusi, peran lembaga seperti Bulog, dan nasib petani sebagai pelaku utama produksi.

“Faktor distribusi yang adil, kestabilan harga, dan akses yang terjangkau tetap menjadi tantangan untuk memastikan keberhasilan ini berkelanjutan,” katanya.

Ia menyebut, meski serapan gabah tinggi, struktur sistem pangan Aceh belum sepenuhnya solid. Ketergantungan terhadap Bulog dan belum optimalnya kesejahteraan petani menjadi pekerjaan rumah yang harus segera diselesaikan oleh pemerintah.

“Meskipun serapan gabah tinggi, keberhasilan sistem ketahanan pangan Aceh perlu dilihat dari distribusi yang efektif, ketergantungan pada Bulog, dan kesejahteraan petani,” katanya lagi.

Karena itu, Mujiburrahmad merekomendasikan sejumlah langkah strategis yang perlu segera diambil oleh pemerintah dan para pemangku kepentingan agar surplus beras ini tidak menjadi bom waktu dalam sistem distribusi pangan Aceh.

“Kebijakan ini perlu diikuti dengan kebijakan yang memperhatikan harga dan kesejahteraan petani,” tegasnya.

Pertama, ia menekankan pentingnya pengelolaan surplus dengan teknologi yang memadai agar hasil panen tidak terbuang sia-sia.

“Pertama, Manajemen Surplus. Gunakan teknologi penyimpanan dan pengeringan beras yang efisien,” jelasnya.

Selanjutnya, ia mendorong perluasan jaringan distribusi agar petani tidak hanya bergantung pada satu jalur pemasaran. Teknologi digital juga dinilai dapat memainkan peran penting dalam mempertemukan petani dan konsumen.

“Diversifikasi Distribusi juga diperlukan guna membangun jaringan distribusi yang lebih luas, termasuk aplikasi yang menghubungkan petani dengan pasar,” ujarnya.

Selain itu, ia menggarisbawahi perlunya penguatan hubungan antara petani dan Bulog agar kedua pihak mendapat keuntungan yang berkeadilan.

“Pemberdayaan Petani juga harus dilakukan. Perkuat kerja sama antara petani dan Bulog dengan harga yang adil,” sambungnya.

Terakhir, Mujiburrahmad menekankan pentingnya integrasi perencanaan pangan secara menyeluruh dengan melibatkan komoditas lain selain beras.

“Terakhir, Perencanaan Pangan Terpadu. Sertakan berbagai komoditas pangan lain dan stabilkan harga pangan,” pungkasnya. (XRQ)

Reporter: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News