Monday, May 27, 2024

BMKG Dukung Ketahanan Pangan dan Ekonomi Melalui Ekspose Sekolah Lapang Iklim

Nukilan.id – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun Klimatologi Aceh Besar sejak tahun 2011 telah menyelenggarakan kegiatan Sekolah Lapang Iklim (SLI) secara bertahap di Provinsi sentra pangan Indonesia sebagai bentuk pendekatan literasi iklim guna mengurangi resiko dampak iklim ekstrim.

Hal itu disampaikan Kepala Pusat Layanan Informasi Iklim Terapan, Dr. Ardhasena Sopaheluwakan di sela  acara Focus Discussion Group (FGD) dan Ekspose SLI BMKG tahun 2021 di Auditorium, Gedung Tsunami and Disaster Mitigation Research Center (TDMRC) Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh, Senin (27/12/2021).

Dijelaskan, bahwa SLI merupakan kegiatan kerjasama antara BMKG dengan Pemerintah Daerah sebagai mekanisme dalam menjembatani pemahaman informasi iklim dari BMKG sebagai penyedia dengan petani sebagai end-user.

“Kegiatan SLI dilaksanakan dalam mendukung program pemerintah untuk ketahanan pangan dan kemandirian ekonomi,” jelas Dr. Ardhasena.

Mulai tahun 2020, kata dia, BMKG mengusung konsep kegiatan SLI operasional dengan target kegiatan fokus pada kelompok tani binaan yang menekankan commodity-oriented, dilakukan secara berkelanjutan selama beberapa tahun kedepan dan menggandeng dinas pertanian setempat / stakeholder / LSM / Akademisi untuk berbagi sumber daya.

“Hingga tahun 2021 sudah terdapat 418 Alumni SLI dengan 16 Kegiatan,” ujarnya.

Dr. Ardhasena menyampaikan, capaian tujuan utama SLI antara lain adalah terpenuhinya jumlah peserta SLI yang dapat memahami dan memanfaatkan informasi iklim BMKG untuk mendorong keberlanjutan agrobisnis mandiri oleh petani, sebagai rujukan untuk strategi dan proses pengambilan kebijakan/keputusan.

“Informasi tentang keberhasilan capaian tujuan utama pelaksanaan SLI belum diperoleh secara menyeluruh dan detil,” ungkapnya.

Oleh karena itu, kata dia, dibutuhkan data dan masukan-masukan dari alumni peserta SLI tentang sejauh mana keberhasilan capaian kegiatan SLI dalam meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan informasi iklim serta sejauh mana kegiatan SLI mempengaruhi perilaku petani dalam aktivitasnya kesehariannya.

Untuk memperoleh data dan masukan tersebut, lanjut Dr. Ardhasena, diperlukan adanya pertemuan dan diskusi dalam  bentuk FGD. Respon dan masukan dari para Pakar, Akademisi serta alumni peserta SLI diharapkan dapat bermanfaat untuk perluasan kegiatan SLI kedepannya agar menjadi lebih baik dan tepat sasaran.

Sementara itu, Kepala Stasiun Klimatologi Aceh Besar, Wahyudin, SP. M.I.Kom menjelaskan, pelaksanaan FGD bertujuan untuk memperoleh informasi mendalam tentang tingkatan persepsi, sikap perilaku, dan pengalaman / pemanfaatan informasi iklim yang dimiliki  dan dilakukan alumni SLI mengenai kegiatan SLI, sebelum dan setelah mengikuti SLI, serta mendapatkan informasi mengenai pengaruh dan dampak dari SLI pada kebijakan Pemerintah setempat,” jelasnya.

“Kegiatan SLI yang telah dilaksanakan sejak tahun 2011 memiliki sejarah panjang termasuk pencapaian dan keberhasilan pelaksanaan SLI di Provinsi Aceh. Oleh karena itu, dibutuhkan publikasi dan sosialisasi untuk memperkenalkan dan menyebarluaskan tentang kegiatan SLI dalam bentuk ekspose,” jelasnya.

Expose SLI merupakan salah satu kegiatan untuk mempublikasikan berbagai informasi mengenai kegiatan SLI yang telah dilakukan oleh Stasiun Klimatologi Aceh Besar. Melalui Expose SLI diharapkan kegiatan SLI di Provinsi Aceh semakin dikenal luas sehingga dapat meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan Informasi Iklim bagi masyarakat.

“Harapan BMKG, khususnya Stasiun Klimatologi Aceh Besar antara lain dapat menjalin dan membuka peluang kemitraan dengan semua pihak dalam pelaksanaan kegiatan SLI Aceh baik pemerintahan maupun swasta,” harap Wahyudin.

Selain itu, sebutnya, salah satu kemitraan yang dilaksanakan tahun ini adalah pelaksanaan SLI Kakao di Sabang. Kedepannya diharapkan adanya integrasi stakeholder dalam kegiatan SLI  Kakao Aceh mulai dari hulu ke hilir, seperti pembibitan, budidaya, panen, pasca panen, pemasaran dan diversifikasi produk Kakao (untuk kosmetik, makanan dll).

Distribusi curah hujan bulanan Iklim Aceh berpola Equatorial di mana terjadi 2 kali puncak hujan yang terjadi pada Maret-Mei dan Oktober s.d Desember (Staklim Aceh Besar). Dan Provinsi Aceh masuk dalam 10 besar provinsi lumbung pangan nasional (Tempo).

Selain kopi, kata Wahyudin, Aceh juga dikenal sebagai penghasil Kakao, terbukti 22 dari 23 Kab/Kota di Provinsi Aceh merupakan produsen Kakao (Forum Kakao Aceh). Luas lahan Kakao Aceh merupakan No 2 di sumatera setelah Sumatera Barat, dan No 7 secara nasional (BI).

“Tantangan inovasi SLI kedepan, menggali pengembangan ciri khas dan potensi di Provinsi Aceh agar kegiatan SLI menjadi lebih optimal. Dan mengupayakan semaksimal mungkin dalam memberikan informasi cuaca/ iklim kepada petani untuk meminimalisir resiko gagal tanam, pemeliharaan, panen dan paska panen akibat cuaca/iklim,” pungkasnya.

Reporter: Hadiansyah

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img