Benarkah Hiatus Media Sosial Meningkatkan Kesehatan Mental?, Ini Kata Psikolog

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh – Di tengah derasnya arus informasi dan penggunaan media sosial yang kian tak terbendung, fenomena hiatus media sosial atau jeda sementara dari platform digital semakin populer di kalangan masyarakat. Hiatus sosmed bisa berlangsung selama beberapa hari, minggu, atau bahkan bulan, tergantung kebutuhan masing-masing individu. Dalam periode ini, seseorang memilih untuk berhenti sementara dari aktivitas di media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, dan TikTok.

Banyak orang memilih hiatus sosmed untuk meredakan dampak negatif dari penggunaan media sosial yang berlebihan. Beberapa alasan utama yang mendorong keputusan ini antara lain:

  • Kelelahan Informasi: Paparan informasi yang terus-menerus bisa membuat pikiran kewalahan dan memicu stres.
  • Kecanduan Scrolling: Kebiasaan memeriksa notifikasi dan menggulir layar tanpa henti menciptakan rasa lelah mental.
  • Perbandingan Sosial: Melihat kehidupan orang lain yang tampak sempurna di media sosial seringkali memunculkan perasaan tidak percaya diri.
  • Fokus pada Kehidupan Nyata: Hiatus memberi ruang untuk memperkuat hubungan di dunia nyata.
  • Mengurangi Kecemasan: Menghindari media sosial membantu menenangkan pikiran dan mengurangi overthinking.
  • Meningkatkan Produktivitas: Menghindari distraksi digital memudahkan fokus pada pekerjaan dan kegiatan harian.

Hiatus bukan berarti sepenuhnya menjauh dari teknologi, melainkan cara bijak mengatur batasan dalam penggunaan media sosial. Langkah ini bertujuan menyeimbangkan dunia digital dan nyata agar hidup lebih harmonis.

Untuk memahami dampaknya, Nukilan.id berbincang dengan Psikolog Klinis Tengku Sheila Noor Faraza. Ia memaparkan berbagai manfaat yang bisa dirasakan individu dari puasa media sosial, termasuk bagaimana jeda tersebut memengaruhi kondisi psikologis.

“Puasa media sosial memberi kita waktu untuk melakukan hal-hal produktif, seperti menekuni hobi, membaca buku, bersosialisasi di dunia nyata, atau bergabung dalam komunitas yang memperluas koneksi,” jelas Sheila kepada Nukilan.id, Kamis (9/1/2025).

Menurutnya, waktu yang terlepas dari gempuran informasi digital menciptakan ruang yang lebih sehat bagi pikiran. Sheila menambahkan bahwa salah satu manfaat utama hiatus media sosial adalah membatasi arus informasi yang diterima.

“Ketika kita berpuasa dari media sosial, kita terhindar dari over information yang bisa memicu overthinking dan kecemasan, seperti merasa rendah diri atau membandingkan diri dengan orang lain,” katanya.

Menurut Sheila, jeda dari dunia maya ini juga membantu meningkatkan fokus, memperbaiki kepercayaan diri, dan menstabilkan emosi. Seseorang yang tidak terus-menerus terpapar citra kehidupan ideal di media sosial lebih mampu membedakan apa yang menjadi prioritas penting dalam hidup.

Sejumlah orang yang menjalani hiatus media sosial melaporkan perubahan signifikan dalam kesehatan mental mereka. Sheila menegaskan bahwa mereka yang konsisten dengan jeda digital sering kali merasakan peningkatan ketenangan, kedamaian batin, serta kemampuan untuk menikmati momen-momen kecil dalam kehidupan sehari-hari tanpa distraksi.

“Ketika fokus beralih dari dunia maya ke dunia nyata, seseorang bisa lebih produktif dan terhubung lebih baik dengan lingkungan sekitar,” tutupnya.

Hiatus media sosial menjadi pengingat penting bahwa keseimbangan adalah kunci dalam menjaga kualitas hidup di era yang serba terkoneksi ini. Membatasi waktu layar, menetapkan batasan sehat, dan memberikan ruang bagi aktivitas yang memperkaya kehidupan nyata dapat menjadi solusi untuk meraih kesehatan mental yang lebih baik. (XRQ)

Reporter: Akil

spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News