Friday, September 20, 2024
1

Akademisi USK: Aceh Jadi Surga Pendaratan Penyu Terbesar di Indonesia

NUKILAN.id | Banda Aceh – Aceh dinobatkan sebagai salah satu tempat pendaratan penyu terbesar di Indonesia. Prof. Dr. Nur Fadli, S.Pi., M.Sc., akademisi dari Fakultas Kelautan dan Perikanan Universitas Syiah Kuala (FKP-USK), menekankan pentingnya kerja sama semua pihak untuk menjaga kelestarian populasi penyu.

“Salah satu pulau kita, yaitu Pulau Bangkaru di Pulau Banyak, Aceh Singkil, merupakan salah satu habitat atau tempat peneluran penyu terbesar di Indonesia,” ujar Nur Fadli di Banda Aceh, Selasa, dalam acara seminar Aceh International Sea Turtle Festival – Protecting Sea Turtles and Their Habitats yang digelar oleh Program Studi Ilmu Kelautan FKP-USK.

Selain Pulau Bangkaru, beberapa lokasi lain di Aceh yang menjadi tempat pendaratan penyu antara lain Pantai Aron Meubanja di Panga Aceh Jaya, dan Pulau Selaut Besar di Simeulue. Lokasi-lokasi ini telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi penyu. “Alhamdulillah, kondisinya masih relatif terjaga dibandingkan lokasi-lokasi lain di luar Aceh. Memang Aceh masih memiliki habitat yang sangat sesuai untuk penyu,” lanjutnya.

Nur Fadli menjelaskan bahwa setiap biota laut memiliki peran ekologis masing-masing. Penyu, misalnya, memiliki fungsi penting dalam menjaga kesinambungan ekosistem laut. Penyu hidup di laut, namun untuk bertelur, mereka membutuhkan pantai dengan karakteristik tertentu, seperti pantai yang bersih dan landai. Habitat semacam ini banyak ditemukan di Aceh.

“Pantai-pantai indah di Aceh biasanya merupakan habitat penyu,” tambahnya.

Meskipun kondisi habitat penyu di Aceh relatif terjaga, ancaman perburuan telur penyu oleh masyarakat untuk konsumsi masih ada. Nur Fadli menegaskan pentingnya kerja sama antara akademisi, aktivis konservasi, masyarakat, dan pemerintah untuk melestarikan penyu.

“Di Aceh, tekanannya berbeda dengan lokasi lain. Kita tidak makan daging penyu, tapi mengonsumsi telur penyu. Jadi, kita harus mengurangi pengambilan telur penyu agar bisa menetas,” paparnya.

Menurut Nur Fadli, dalam konservasi penyu, setiap pihak memiliki peran masing-masing. Akademisi dan mahasiswa berkontribusi melalui penelitian dan edukasi, sementara pegiat penyelamat penyu melakukan penangkaran telur dan pelepasliaran penyu.

“Masyarakat juga berperan dengan tidak membeli produk-produk telur penyu dan aksesoris yang terbuat dari penyu, sehingga tekanan terhadap populasi penyu bisa berkurang,” tutupnya.

Dengan upaya bersama, diharapkan populasi penyu di Aceh tetap lestari dan habitat-habitat alami mereka terjaga untuk generasi mendatang.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img