Aceh Siaga Kemarau: BMKG Prediksi Puncak Kekeringan Februari 2025

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh — Musim kemarau diperkirakan akan mulai melanda wilayah pesisir utara dan timur Aceh pada Februari 2025, menurut prakiraan terbaru dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Aceh. Kepala Stasiun Klimatologi BMKG Aceh, Muhajir, menjelaskan bahwa perbedaan pola musim di Aceh tergantung pada wilayahnya.

“Ya, jadi sebenarnya BMKG rutin membuat informasi prakiraan musim, baik musim hujan maupun musim kemarau. Prakiraan ini kami lakukan dua kali setahun. Namun, untuk prediksi musim kemarau nasional, masih dalam proses rapat koordinasi tingkat nasional. Secara umum, pola musim di Aceh tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya,” ujar Muhajir dikutip dari RRI Banda Aceh, Jumat (11/1/2025).

Muhajir memaparkan bahwa tipe curah hujan di Aceh terbagi dalam beberapa zona musim. “Wilayah pesisir barat dan selatan Aceh yang masuk Zona Musim Ekuatorial 1 cenderung mengalami hujan sepanjang tahun. Sementara itu, pesisir utara dan timur, dari Sabang hingga Aceh Tamiang, berada di Zona Musim Ekuatorial 4 yang mengalami dua kali musim hujan dan dua kali musim kemarau setiap tahun,” jelasnya.

Wilayah pesisir utara dan timur diperkirakan memasuki kemarau pertama pada Februari 2025. Namun, Muhajir menambahkan, “Kami belum bisa memastikan kapan tepatnya dasarian (periode sepuluh hari) kemarau akan dimulai.” Puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Aceh telah berlalu pada November dan Desember 2024, meski beberapa daerah masih mengalami hujan dengan intensitas berkurang.

Kemarau Kedua Lebih Kering

BMKG juga memprediksi bahwa kemarau kedua di pesisir utara dan timur akan terjadi pada Juni hingga Juli 2025, dengan kondisi lebih kering dibandingkan Februari.

“Musim kemarau kedua yang akan terjadi pada pertengahan tahun diprediksi lebih kering dibandingkan dengan Januari-Februari. Polanya seperti yang terjadi pada 2024, ketika Aceh mengalami kemarau panjang dari Juni hingga Agustus,” kata Muhajir.

Terkait fenomena La Niña, Muhajir menyebut pengaruhnya terhadap Aceh relatif kecil. “Dari dinamika atmosfer yang ada, memang ada potensi terjadinya La Niña. Namun, potensi ini rendah dan tidak terlalu berpengaruh untuk wilayah Aceh,” tambahnya.

Imbauan bagi Petani

Musim kemarau yang segera tiba menjadi tantangan serius bagi petani di pesisir utara dan timur Aceh, yang baru memulai masa tanam padi. Muhajir mengingatkan pentingnya kesiapan menghadapi kekurangan air.

“Petani perlu meningkatkan kewaspadaan, terutama pada kemarau pertama yang akan terjadi pada Februari 2025. Di wilayah pesisir utara dan timur Aceh, yang merupakan lumbung padi, ketersediaan air harus diperhatikan. Saat musim kemarau, ada masyarakat yang dirugikan, seperti petani yang kekurangan air. Namun, ada juga yang diuntungkan, seperti petani garam yang membutuhkan cuaca kering,” ujarnya.

Untuk meminimalkan dampak kekeringan, BMKG mengimbau pemerintah daerah dan pemangku kepentingan terkait untuk mempersiapkan langkah mitigasi.

“Ini perlu perhatian semua pihak, terutama dalam pengelolaan sumber daya air. Kita harus waspada, khususnya dalam masa puncak musim kemarau. Pemanfaatan air yang bijak dan efektif sangat penting untuk mendukung aktivitas pertanian dan kebutuhan masyarakat sehari-hari,” pungkas Muhajir.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News