NUKILAN.id | Jakarta – Presiden Prabowo Subianto memimpin rapat terbatas bersama sejumlah menteri Kabinet Merah Putih di Istana Merdeka, Jakarta, Senin (3/3/2025). Dalam pertemuan ini, pemerintah menetapkan kebijakan strategis untuk memperkuat ekonomi desa melalui pembentukan Koperasi Desa Merah Putih (Kop Des Merah Putih). Program ini rencananya akan diterapkan di 70 ribu hingga 80 ribu desa di seluruh Indonesia.
Kebijakan ini memunculkan beragam respons, termasuk dari kalangan aktivis muda. Nukilan.id mencoba menghubungi Zidan Faizi, Ketua Umum Suara Muda Kelas Pekerja, sayap pemuda Partai Buruh, untuk mendapatkan perspektif terkait tantangan dan solusi dalam menghidupkan kembali koperasi desa di tengah dominasi pasar modern dan e-commerce.
Zidan menilai bahwa sistem kapitalis yang saat ini mendominasi pasar global menjadi hambatan utama bagi keberlangsungan koperasi.
“Kapitalisme global menciptakan persaingan yang tidak seimbang, di mana koperasi desa sulit bersaing dengan korporasi besar yang memiliki modal besar, teknologi canggih, dan jaringan distribusi yang luas,” kata Zidan kepada Nukilan.id pada Jumat (7/3/2025).
Menurutnya, selain persoalan modal dan infrastruktur, koperasi juga menghadapi tantangan dari sisi budaya. Ia menyoroti bagaimana mentalitas individualistik yang ditanamkan oleh sistem kapitalis turut melemahkan semangat kolektivitas yang menjadi dasar utama koperasi.
“Untuk mengatasi ini, koperasi harus didukung dengan pendidikan politik dan ekonomi kerakyatan, serta kebijakan protektif dari negara yang membatasi dominasi korporasi besar di sektor-sektor strategis,” tambahnya.
Guna memastikan koperasi desa benar-benar berfungsi dan bukan sekadar proyek administratif belaka, Zidan menyampaikan sejumlah langkah konkret yang seharusnya dilakukan pemerintah.
“Pertama, pemerintah harus memastikan bahwa koperasi dibangun dari bawah (bottom-up), bukan sekadar proyek top-down,” ungkap Zidan.
Menurutnya, pendekatan ini penting agar koperasi dapat dikelola sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat desa. Keterlibatan aktif warga dalam perencanaan, pengelolaan, dan pengawasan koperasi menjadi faktor kunci keberhasilan.
Selain itu, Zidan menekankan pentingnya akses koperasi terhadap sumber daya yang memadai.
“Kedua, koperasi harus diberi akses terhadap sumber daya produktif, seperti lahan, modal, dan teknologi,” lanjutnya.
Ia menambahkan bahwa tanpa akses terhadap sumber daya tersebut, koperasi desa akan sulit berkembang dan bersaing di pasar. Selain dukungan modal dan sarana, faktor peningkatan kapasitas pengelola juga dinilai krusial dalam keberlanjutan koperasi.
“Ketiga, diperlukan pendidikan dan pelatihan yang berkelanjutan untuk meningkatkan kapasitas pengelola koperasi,” katanya.
Selain persoalan internal, ia juga menyoroti tantangan eksternal yang dihadapi koperasi desa, terutama dalam menghadapi persaingan dengan perusahaan besar.
“Keempat, pemerintah harus menciptakan regulasi yang melindungi koperasi dari persaingan tidak sehat dengan korporasi besar,” ujarnya.
Lebih lanjut, koperasi desa diharapkan dapat menjadi bagian dari kebijakan pembangunan yang lebih luas.
“Kelima, koperasi harus diintegrasikan dengan program-program pembangunan desa yang lebih luas, seperti pengembangan industri kecil, pertanian berbasis agroekologi, pengorganisasian kebutuhan dasar masyarakat desa setempat lewat koperasi konsumsi,” pungkasnya.
Dengan berbagai catatan ini, Zidan berharap Kop Des Merah Putih benar-benar menjadi penggerak ekonomi desa, bukan sekadar program seremonial tanpa dampak nyata bagi rakyat. (XRQ)
Reporter: Akil