Akademisi Sebut Program Cagub Aceh Minim Inovasi

Share

NUKILAN.id | Banda Aceh — Debat kandidat perdana untuk Pemilihan Gubernur (Pilgub) Aceh 2024 berlangsung Jumat, 25 Oktober 2024, dengan dua tema utama: tata kelola pemerintahan yang transparan dan akuntabel, serta upaya memajukan Aceh melalui pembangunan, pendidikan, dan pemberdayaan rakyat.

Dalam debat yang diikuti oleh dua pasangan calon gubernur dan wakil gubernur ini, kedua kandidat saling memaparkan visi, misi, serta program kerja yang diharapkan mampu menjawab persoalan krusial di Aceh.

Namun, Beni Syuhada, Akademisi dari Universitas Terbuka, menilai paparan kedua pasangan masih kurang inovatif.

“Visi, misi, dan program kerja yang disampaikan masih bersifat normatif dan universal, belum ada terobosan yang inovatif,” kata Beni Syuhada saat dihubungi Nukilan.id pada Senin (28/10/2024).

Menurutnya, program yang disampaikan tidak menyinggung langkah konkret yang diperlukan untuk menyelesaikan tantangan utama Aceh, khususnya dalam hal kemiskinan ekstrem dan ketergantungan ekonomi. Beni menyoroti bahwa seharusnya para kandidat fokus memaparkan rencana teknis yang disertai dengan pendanaan serta strategi implementasi yang dapat diandalkan.

Terlebih, angka kemiskinan ekstrem di Aceh tercatat pada level 14,23 persen, masih di atas rata-rata nasional. Isu ini, kata Beni, mestinya mendapatkan perhatian serius dengan penyampaian program yang menawarkan solusi praktis dan berkelanjutan.

“Seharusnya kedua pasangan memaparkan teknis program yang bertujuan menurunkan angka kemiskinan dan membangun perekonomian kuat, terutama setelah habisnya dana otonomi khusus pada 2027,” tambahnya.

Beni juga menyayangkan bahwa isu peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM), pengembangan pusat industri, dan penciptaan lapangan kerja bagi putra-putri Aceh belum menjadi sorotan utama.

Lebih lanjut, Pemangku mata kuliah Manajemen Logistik Sektor Publik ini menilai bahwa visi dan misi yang disampaikan cenderung berpusat pada penegakan syariat Islam dan upaya memperpanjang dana otonomi khusus, namun absen dalam menawarkan solusi bagi kemandirian fiskal Aceh.

“Program kerja seharusnya diarahkan untuk menciptakan pondasi fiskal yang kuat, meningkatkan pendapatan asli daerah, serta mewujudkan kemandirian ekonomi Aceh,” pungkasnya.

Debat putaran pertama ini diharapkan mampu menjadi titik awal untuk melihat kapabilitas kedua pasangan dalam menjawab persoalan Aceh. Dengan tantangan yang kian kompleks, para kandidat diharapkan dapat lebih menggali solusi konkret untuk membawa Aceh menuju perubahan nyata. (XRQ)

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News