Kerusuhan Anti-Muslim di Inggris: Ketua Rangkang Nanggroe UK Ungkap Situasi Terkini

Share

NUKILAN.id | Glasgow – Kerusuhan anti-Muslim yang merebak di Inggris dipicu oleh kabar hoaks terkait penusukan maut di Southport. Menanggapi situasi ini, Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia (Kemlu RI) dalam siaran persnya pada Selasa (6/8/2024) memastikan bahwa hingga saat ini tidak ada Warga Negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban kerusuhan tersebut.

Menanggapi situasi tersebut, Nukilan.id melakukan wawancara dengan Saddam Rassanjani, ketua komunitas masyarakat Aceh di UK, untuk mendapatkan perspektif langsung di lapangan. Saddam, yang tinggal di Glasgow, salah satu kota terbesar di Inggris, memberikan gambaran mengenai situasi terkini di kota tempat tinggalnya.

Menurut keterangan Saddam, situasi di Glasgow cukup berbeda dibandingkan dengan beberapa kota lain yang mengalami kerusuhan hebat. Ia mengatakan pada dasarnya, pengalaman berbeda terjadi di setiap kota. Ada kota yang sangat chaos sampai ada bakar-bakaran, sementara ada kota yang relatif tenang.

“Di Glasgow, kami belum merasakan hal-hal buruk seperti yang terjadi di kota lain. Aktivitas sehari-hari seperti kuliah dan belanja masih berlangsung normal tanpa rasa khawatir berlebihan,” kata Saddam kepada Nukilan.id, Jumat (9/8/2024).

Saddam juga menjelaskan bahwa informasi mengenai agenda unjuk rasa kelompok far-right di Glasgow cukup intens. Pada tanggal 7 Agustus kemarin, seharusnya sebuah aksi besar-besaran akan berlangsung di kota tersebut, namun hingga saat ini aksi tersebut belum terjadi.

Saddam menjelaskan bahwa pihak-pihak terkait, termasuk pengurus masjid setempat dan kepolisian, terus memperbarui informasi dan menenangkan masyarakat Muslim.

“Kami disarankan untuk tetap waspada namun tidak perlu khawatir berlebihan. Jika terjadi sesuatu, kami bisa langsung menghubungi layanan darurat pihak kepolisian. Disisi lain, KBRI juga aktif memberikan himbauan kepada masyarakat Indonesia untuk berhati-hati dan menghubungi hotline kekonsuleran jika diperlukan. Pihak kampus juga mengirimkan email dengan informasi layanan pelaporan bagi mahasiswanya,” tambah Saddam yang kini sedang menempuh pendidikan S3 di Britania Raya.

Lebih lanjut, Saddam mengungkapkan bahwa komunitas Aceh di Inggris memiliki grup WhatsApp yang dihuni oleh pelajar dan diaspora yang tersebar di seluruh kota Inggris. Di grup tersebut, anggota saling memberikan dukungan dan update informasi terkini mengenai situasi di masing-masing kota.

“Dalam grup WA kami, terdapat berbagai respons terhadap situasi ini, dari yang waspada hingga yang santai, tergantung pada tingkat kerusuhan di kotanya masing-masing,” jelas Saddam.

Saddam juga menambahkan bahwa warga lokal Inggris menunjukkan simpati terhadap aksi rasisme yang dilakukan kelompok far-right.

“Warga lokal menunjukkan kepedulian terhadap aksi rasisme yang dilakukan oleh kelompok far-right. Bahkan, di beberapa kota, aksi demo lebih banyak diikuti oleh kelompok counter atau pembela daripada pendemo itu sendiri,” pungkasnya.

Kerusuhan ini menjadi perhatian serius bagi banyak pihak, termasuk pemerintah, kepolisian, dan komunitas internasional. Dengan adanya langkah-langkah koordinasi dan dukungan yang diberikan, diharapkan situasi ini dapat segera mereda dan kembali kondusif. (XRQ)

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News