Nukilan.id – Pengendalian hama tanaman di Indonesia pada umumnya masih menggunakan pestisida berbahan kimia yang dapat membahayakan kesehatan manusia, organisme, dan lingkungan.
Permasalahan ini mendorong periset bidang teknik kimia, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)Yenny Meliana, mengembangkan penelitian pestisida nabati.
Hasil penelitian yang berdampak langsung ke masyarakat ini mengantarkan Yenny meraih 2021 (2nd) Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award, kategori Outstanding Innovation Award. Penghargaan ini belum lama diumumkan melalui laman resmi the Hitachi Global Foundation.
“Pestisida nabati yang kami kembangkan menggunakan bahan-bahan alam seperti minyak nimba, turunan sawit, cengkeh, dan serai,” ungkap Yenny yang saat ini menjabat sebagai Plt. Kepala Pusat Riset Kimia BRIN.
Pengembangan pestisida nabati dilakukan dengan cara memformulasi pestisida nabati dalam formulasi konsentrat nano-emulsifiable dengan minyak nimba sebagai bahan aktif yang telah dilisensikan oleh industri pembuatan pestisida. Yenni dan tim menggunakan surfaktan berbasis minyak sawit, minyak esensial dan minyak nabati sebagai bahan aktif untuk formulasi sehingga relatif aman bagi lingkungan. Formulasi diterapkan dengan pengenceran 1:100 dengan air.
“Penggunaan pestisida nabati sebagai alternatif bagi petani diharapkan dapat menjadi produk ramah lingkungan yang lebih aman, meningkatkan produktivitas pertanian, menjaga kualitas air dan makanan, mengurangi akumulasi pestisida kimia di tanah, dan meningkatkan kesadaran masyarakat untuk hidup sehat yang lebih baik,” kata Yenny, dikutip dalam laman BRIN di Jakarta, Rabu (2/2/2022).
Produk pestisida nabati saat ini sudah sampai skala pilot yang mampu memproduksi sekitar 100 liter per batch.
“Produk ini juga sudah dialihteknologikan kepada salah satu perusahaan nasional yang bergerak di bidang pestisida organik,” jelas Yenny.
Penggunaan pestisida nabati, salah satunya sudah dimanfaatkan oleh kelompok tani hortikultura di Bandung Jawa Barat, yang menerapkan pertanian organik. Menurutnya, target penggunaan produk pestisida nabati saat ini masih tertuju ke pertanian organik, sehingga bisa meningkatkan nilai tambah ekonomi dibanding produk biasa.
“Targetnya saat ini memang masih ke petani-petani dengan label ‘organik’. Kedepan, bisa ke arah pertanian secara umum. Apalagi saat ini tren masyarakat, terutama di kota-kota besar mencari produk yang baik untuk kesehatan. Sehingga, penggunaan pestisida berbahan alam ini selain meningkatkan nilai tambah produk, juga menjaga lingkungan air dan tanah pertanian untuk masa depan kita bersama,” katanya.
Ia berharap, hasil riset ini bisa berkontribusi dalam penyelamatan lingkungan yang lebih baik, meningkatkan taraf hidup petani, dan membangun ekonomi Indonesia.
Tentang 2021 (2nd) Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award
Hitachi Global Foundation Asia Innovation Award merupakan program yang bertujuan memberikan penghargaan kepada individu dan kelompok, atas pencapaian luar biasa mereka dalam penelitian dan pengembangan di bidang sains dan teknologi, termasuk visi mereka tentang masyarakat masa depan yang ideal, dan rencana implementasi sosial untuk penelitian dan pengembangan, sebagai sarana untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan (Suistanable Development Goals/ SDGs).
Pada tahun 2021, ajang ini menerima pencapaian penelitian dan pengembangan dari 21 universitas dan lembaga penelitian di 6 negara ASEAN, yaitu Kamboja, Indonesia, Laos, Myanmar, Filipina, dan Vietnam. Tema penghargaan kali ini, yaitu mengangkat SDGs 14 – kehidupan di bawah air dan SDGs 15 – kehidupan di darat.
Selain Yenny, satu orang periset BRIN lainnya, Cynthia Henny, dari Pusat Riset Limnologi BRIN, meraih kategori Encouragement Award atas penelitiannya terkait peningkatan kualitas air dan restorasi ekosistem Danau Maninjau melalui pengenalan sistem pengolahan lahan basah apung dan aerasi terpadu.
Sumber: Infopublik.id