NUKILAN.id | Banda Aceh – Wakil Gubernur Aceh, H. Fadhlullah, mengajak para alumni Aceh yang pernah menempuh pendidikan di Malang untuk ikut ambil bagian dalam mempercepat pembangunan daerah. Ajakan ini ia sampaikan saat membuka kegiatan Silaturahmi Akbar dan Sarasehan Ikatan Keluarga Alumni Mahasiswa Aceh Malang Raya, yang digelar di Banda Aceh, Sabtu (10/05/2025).
Kegiatan ini mengusung tema “Kontributif Partisipatif: Akselerasi Membangun Aceh.” Menurut Fadhlullah, tema tersebut bukan hanya sekadar slogan. Sebaliknya, ia mencerminkan semangat kolektif para alumni untuk membawa perubahan nyata bagi kampung halaman.
“Tema ini bukan sekadar slogan. Ini adalah semangat kolektif yang mencerminkan tekad kita semua untuk membawa Aceh maju lebih cepat, lebih kuat, dan lebih inklusif,” ujar Fadhlullah.
Tak Hanya Pemerintah, Alumni Punya Peran Strategis
Dalam sambutannya, Fadhlullah menegaskan bahwa pembangunan Aceh bukan hanya tugas pemerintah semata. Ia menyebut, seluruh elemen masyarakat, termasuk para alumni Malang yang kini tersebar di berbagai sektor, turut memikul tanggung jawab moral dan intelektual.
Fadhlullah juga membagikan pengalamannya saat berkunjung ke Malang. Di sana, ia menyambangi Kampus Universitas Brawijaya dan bertemu langsung dengan mahasiswa asal Aceh.
“Saya baru tahu, alumni Aceh di Malang hebat-hebat semua. Waktu ke sana, saya kunjungi kampus Brawijaya, ada 385 mahasiswa Aceh. Saya juga singgah di asrama-asrama Aceh, dengar langsung keluhan mereka. Maka tahun 2025, kita komitmen renovasi beberapa asrama sebagai bentuk tanggung jawab pemerintah,” ujarnya.
Potensi Besar Aceh Belum Tergarap Maksimal
Lebih lanjut, Fadhlullah menyoroti potensi besar Aceh yang selama ini belum dimanfaatkan secara optimal. Ia menyebut komoditas unggulan seperti kopi Gayo, nilam, dan pala, serta kekayaan alam lain seperti cadangan gas di Blok Andaman.
Tak hanya itu, sektor pariwisata dan kelautan juga dinilai sangat potensial. Namun hingga kini, banyak peluang yang belum digarap serius.
“Aceh punya laut seluas 58 ribu kilometer persegi, dan Sabang adalah salah satu kawasan paling strategis. Negara seperti Singapura yang penuh sesak sudah melirik pelabuhan alternatif, salah satunya Aceh. Tapi kenapa kita belum bisa manfaatkan semua ini?” tanya Fadhlullah.
Peluang Geopolitik dan Energi Nasional
Fadhlullah juga menekankan pentingnya posisi strategis Aceh dalam konteks geopolitik nasional. Ia menyebut kehadiran investor besar seperti Mubadala dan cadangan gas besar sebagai peluang emas bagi masa depan Aceh.
“Bayangkan, Aceh yang berada di ujung barat Indonesia, dilintasi jalur laut dan udara internasional, punya posisi geopolitik yang sangat penting. Presiden juga telah menetapkan Aceh sebagai daerah pertahanan Indonesia di barat. Pangkogabwilhan mungkin akan ditempatkan di sini,” tambahnya.
Ia juga menyinggung pentingnya sinergi antara eksekutif dan legislatif dalam mendorong pembangunan yang adil. Menurutnya, salah satu akar konflik masa lalu adalah ketimpangan sosial yang belum tertangani secara serius.
“Kami bertekad membawa Aceh keluar dari status sebagai daerah miskin. Ini tekad dan misi kami bersama. Aceh tidak boleh lagi tertinggal,” tegasnya.
Alumni Harus Jadi Motor Perubahan
Di hadapan ratusan alumni, Fadhlullah mengajak mereka untuk menyatukan visi dan misi. Ia mendorong agar alumni tidak hanya menjadi pengamat, melainkan aktor utama dalam perubahan.
“Mari kita satukan visi dan misi untuk mewujudkan Aceh yang maju. Kita bangun jaringan, kita siapkan strategi. Karena di tangan kita semua, para alumni, profesional, dan pemimpin masa depan, masa depan Aceh ditentukan,” kata Fadhlullah.
Konsolidasi Alumni untuk Perubahan Nyata
Ketua Panitia, Jimmy Zikria, menyebut acara ini sebagai momentum penting. Tujuannya adalah menyatukan kembali para alumni dari berbagai kampus di Malang dan memperkuat peran mereka dalam pembangunan.
“Sekitar 500 alumni tersebar di Aceh dan luar negeri. Mereka adalah profesional di berbagai bidang dan dipercaya menduduki posisi strategis. Kami yakin, kontribusi alumni mampu mempercepat pembangunan Aceh,” ujarnya.
Sarasehan ini juga menghadirkan sejumlah tokoh penting sebagai narasumber. Di antaranya, Anggota DPR RI Komisi III Nasir Jamil, Guru Besar Syariah dan Hukum UIN Ar-Raniry Prof. Muhammad Sidiq Armia, dan Guru Besar Ekonomi Unsyiah Prof. Mukhlis Yunus.
Bangun Solidaritas, Perkuat Kolaborasi
Sementara itu, Ketua Ikatan Keluarga Alumni Mahasiswa Aceh Malang, Erwandi, mengajak seluruh alumni untuk menjadikan organisasi ini sebagai wadah kolaborasi. Ia menilai, semangat perjuangan semasa kuliah di Malang harus dihidupkan kembali melalui aksi nyata.
“Malang menyimpan banyak kenangan perjuangan. Hari ini, kita bawa semangat itu untuk berkontribusi membangun kampung halaman. Kita semua punya kapasitas dan keahlian, mari kita tunjukkan kontribusi terbaik melalui ikatan alumni ini,” ujarnya.
Acara ini pun diharapkan menjadi ruang sinergi antara ide dan tindakan, antara pengalaman dan solusi. Pemerintah Aceh menyambut baik dukungan alumni dan melihat mereka sebagai mitra strategis dalam pembangunan yang inklusif dan berkelanjutan.
Editor: Akil