NUKILAN.id | Boston — Tarian Ratoh Jaroe, yang berasal dari Aceh, sukses memukau penonton dalam ajang Harvard Arts Festival 2025 di Boston, Amerika Serikat. Penampilan ini menjadi bukti bahwa seni tradisional bisa menjelajahi dunia, bahkan di panggung bergengsi seperti Harvard.
Sanggar Tari Cendrawasih Boston menjadi penggerak utama dalam pertunjukan ini. Meskipun para penarinya bukan berasal langsung dari Aceh, mereka mampu menghadirkan semangat dan kekompakan yang luar biasa. Grup ini terdiri dari mahasiswi Indonesia yang sedang menempuh pendidikan di Harvard.
Suasana Autentik di Tanah Rantau
Penampilan Ratoh Jaroe diadakan di Plaza Tent dan berhasil menghadirkan nuansa yang khas. Kehadiran Trisia, seorang perempuan Aceh yang telah menetap di Boston selama satu dekade terakhir, semakin memperkuat suasana. Ia membacakan syair Ratoh dengan penuh penghayatan.
Trisia juga dikenal sebagai aktivis pendidikan dan bagian dari Diaspora Global Aceh (DGA) Sagoe USA. Kehadirannya menjadi penghubung emosional antara budaya Aceh dan para penikmat seni di Amerika.
Ratoh Jaroe bukan sekadar tarian. Di atas panggung Harvard, tarian ini menjadi simbol diplomasi budaya yang memperkenalkan Aceh kepada dunia melalui gerak dan irama.
Tak hanya menghibur, penampilan ini sekaligus menjadi pengingat pentingnya pelestarian budaya di kancah global. Ini menunjukkan bagaimana seni dapat menyampaikan pesan damai dan identitas suatu bangsa tanpa perlu banyak kata.
Pesan dari Diaspora Aceh
Ketua Diaspora Global Aceh Sagoe USA, Adron Yusuf, menyambut baik keterlibatan seni Aceh dalam festival internasional tersebut.
“Sungguh membanggakan karena nama Aceh terus berkumandang di pentas internasional melalui seni budaya,” ujarnya dikutip dari Kabar SDGS.
Lebih lanjut, Adron berharap agar momentum ini dapat menggugah kesadaran berbagai pihak di tanah air.
“Semoga pemerintah Aceh, Majelis Adat Aceh, para pengusaha asal Aceh, serta politisi mau untuk memikirkan dan berkontribusi dalam penyediaan perangkat budaya dan seni untuk dipamerkan dalam forum internasional. Seni adalah jalan diplomasi yang paling ampuh,” tambahnya.
Ia menekankan bahwa perlengkapan budaya dan kesenian dari Aceh sebaiknya dipersiapkan dengan lebih baik untuk tampil di berbagai acara serupa di masa depan.
Warisan Budaya di Tangan Generasi Muda
Menurut Adron, tampilnya Ratoh Jaroe di Harvard menunjukkan bahwa seni Aceh masih memiliki daya tarik yang kuat. Apalagi, tarian ini dibawakan oleh generasi muda Indonesia dan komunitas diaspora.
“Dengan penampilan Ratoh Jaroe di Harvard, dunia kembali diingatkan akan kekayaan budaya Aceh yang penuh warna dan makna.”
Ia pun menutup dengan optimisme bahwa seni budaya Aceh akan terus berkembang dan mendunia, membawa pesan harmoni dan kedamaian dari Serambi Mekah.
Editor: Akil