Tantangan TNI Jika Angkatan Siber Diisi oleh Sipil

Share

NUKILAN.id | Jakarta — TNI menghadapi beragam tantangan dalam pembentukan Angkatan Siber sebagai matra keempat jika diisi oleh masyarakat sipil. Menurut Co-Founder Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, tantangan utama yang harus dihadapi adalah memperkenalkan budaya militer yang sudah terstruktur kepada kalangan sipil.

“Budaya organisasi TNI terbiasa dengan garis komando yang jelas, disiplin tinggi, dan prosedur operasional yang teratur. Ini mungkin akan sulit dipahami oleh masyarakat sipil ketika bergabung,” kata Fahmi di Jakarta, Sabtu (14/9/2024).

Fahmi menegaskan bahwa personel sipil yang masuk ke Angkatan Siber perlu mendapatkan pelatihan dasar tentang budaya organisasi militer secara umum. Hal ini penting agar mereka dapat memahami dan mengikuti aturan serta norma yang berlaku di lingkungan TNI.

Bukan Diskriminasi, Tapi Penyesuaian

Perbedaan perlakuan antara Angkatan Siber dan matra lain, seperti TNI AD, AL, dan AU, juga dianggap sebagai tantangan. Menurut Fahmi, tugas Angkatan Siber yang lebih fokus pada menangkal serangan di ruang siber tanpa tuntutan pertahanan fisik dapat menimbulkan kesan diskriminatif.

“Namun, perbedaan perlakuan ini bukanlah bentuk diskriminasi, melainkan penyesuaian dengan spesifikasi tugas dan peran masing-masing matra. Justru, ini seharusnya menjadi kesempatan untuk kolaborasi yang lebih erat dalam memperkuat pertahanan negara,” jelas Fahmi.

Ia menekankan pentingnya kerja sama antar-matra untuk mengatasi berbagai ancaman, baik yang bersifat fisik maupun siber, demi mempertahankan keamanan nasional.

Seleksi Ketat untuk Personel Sipil

Tantangan lain yang dihadapi adalah proses perekrutan masyarakat sipil yang akan masuk ke Angkatan Siber. Menurut Fahmi, setiap calon anggota harus melewati seleksi yang ketat, termasuk dari segi kepribadian, kemampuan teknis, hingga latar belakang mereka.

“Ini penting karena mereka akan berurusan dengan data-data sensitif negara. Keamanan data menjadi prioritas utama yang tidak bisa diabaikan,” ujarnya.

Peluang Kolaborasi Teknologi

Fahmi juga menyoroti pentingnya keterbukaan Angkatan Siber untuk menjalin kolaborasi dengan pihak luar, terutama dalam hal teknologi. Keterlibatan masyarakat sipil dengan keahlian di bidang siber dapat mendorong inovasi dan transfer teknologi yang lebih cepat.

“Keterbukaan ini bisa menjadi peluang besar bagi TNI untuk terus berinovasi dan memperkuat kemampuan teknologi pertahanan kita,” kata Fahmi.

Dengan mengatasi berbagai tantangan tersebut, Fahmi optimis bahwa Angkatan Siber mampu berperan signifikan dalam memperkuat pertahanan Indonesia bersama matra lainnya.

Editor: Akil

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News