Tagore Diminta Klarifikasi Keaslian Mahkota Reje Linge

Share

Nukilan.id – Gaduhnya pembahasan tentang keaslian benda sejarah cagar budaya antara Ketua Dewan Adat Gayo (DAG), Tagore dan Aktivis Sosial, Win Wan Nur dalam beberapa hari ini, menimbulkan banyak reaksi di kalangan masyarakat, khususnya pemerhati sejarah Aceh.

Salah satu yang memberikan perhatian khusus terhadap persoalan ini adalah Namtara, seorang pemuda dari Kampung Linge. Namtara menyatakan bahwa dirinya mengkhawatirkan perselisihan ini menjadi kegaduhan sosial di kalangan masyarakat.

Menurutnya, karena penyelenggaraan pameran benda sejarah itu dilakoni oleh Tagore, maka selayaknya Tagore mampu memberikan penjelasan yang tuntas apa dan bagaimana status mahkota Reje Linge, yang keasliannya menjadi pokok perseteruan yang membuat kegaduhan ini.

Untuk itu, supaya polemik ini tidak terus melebar, Namtara Linge menyarankan Tagore untuk melakukan klarifikasi permasalahan ini agar tidak menjadi kegaduhan sosial tak berujung di negri berhawa sejuk ini.

“Saya pribadi sabagai pemuda asli yang bertempat tinggal di kampung Linge belum pernah sekalipun mendapatkan cerita tentang mahkota Reje Linge dari para leluhur kami,” ungkap Namtara dalam keterangannya kepada Nukilan, Selasa (1/3/2022).

“Baru dari Tagore yang kami tidak tahu bagaimana sanad dan silsilahnya dengan Linge, inilah kami baru mendengar bahwa Reje Linge punya mahkota dan mahkota itu ada pada Tagore,” tambahnya.

Karena itu, kata Namtara, kami para generasi muda Gayo khususnya pemuda sangat mengapresiasi tututan serinen kami dari Kute Rayang, abang Win Wan Nur yang mempertanyakan keaslian mahkota Reje Linge ini.

“Saya selaku pemuda asli Linge, melihat ini sebagai momentum baik bagi masyarakat Gayo untuk merubah paradigma terhadap sejarah Linge yang sebagiannya sangat kentara dibuat-buat dan diada adakan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Namtara berharap ada solusi kongkrit terkait hal ini, dan pemerintah harus melakukan riset terhadap sejarah Linge dengan cara yang benar dengan pendekatan rasional alias masuk akal, sebagaimana disampaikan Win Wan Nur di RRI, bukan dengan pendekatan klenik yang tak masuk akal, agar cerita sejarah Linge dapat dibuktikan secara ilmiah dan dibukukan.

“Kemudian harapan kita dapat dimasukkan sebagai pembelajaran muatan lokal di bangku sekolah nantinya,” pungkas Namtara. []

spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img
spot_img

Read more

Local News