Saturday, June 29, 2024

Soal Temuan Migas Raksasa, Antropolog: Aceh Jangan Terhipnotis Lagi Oleh Pusat

NUKILAN.id | Banda Aceh – Penemuan cadangan gas besar-besaran baru-baru ini di laut lepas Andaman, tepatnya di Blok Andaman II dan South Andaman, membawa harapan besar bagi perekonomian Aceh. Sumur Timpan-1 di Blok Andaman II yang dioperasikan oleh Premier Oil mengungkapkan potensi gas bumi hingga 5,5 triliun kaki kubik (TCF). Temuan ini disebut-sebut sebagai “giant discovery” atau penemuan raksasa.

Dalam sesi podcast terbaru Sagoe TV, seorang antropolog dan praktisi pembangunan Aceh, Bulman Satar, memberikan pandangannya mengenai penemuan ini dan tantangan yang dihadapi Aceh dalam mengelola sumber daya alamnya. Saat ditanya oleh host tentang kemungkinan mengulang sejarah kelam seperti yang terjadi pada PT Arun, Bulman memberikan analisis mendalam.

“Ada dinamika yang harus kita perhatikan. PT Arun adalah bagian dari sejarah Aceh yang kelam, dan kita harus belajar dari pengalaman tersebut,” ujar Bulman dikutip Nukilan.id, Kamis, (6/6/2024).

Menurutnya, penting bagi Aceh untuk melakukan konsolidasi dan mempersiapkan sumber daya manusia yang mumpuni. Ia mengatakan Aceh harus memiliki bargaining position yang kuat terhadap pemerintah pusat.

“Dulu, kita terhipnotis dengan trilogi pembangunan, salah satunya adalah pemerataan hasil pembangunan. Namun, yang terjadi saat itu justru hasil dari Aceh banyak tersedot keluar,” tambahnya.

Bulman menekankan perlunya aturan yang ketat dalam distribusi hasil sumber daya alam, sehingga aloksai bagi hasil sumber daya alam untuk Aceh agar bisa diawasi oleh seluruh masyarakat.

“Kita tidak boleh mengulangi kesalahan yang sama. Aturan seperti alokasi 30% hasil sumber daya untuk Aceh harus dikawal bersama,” tegasnya.

Temuan gas bumi ini membawa harapan baru, namun juga tantangan besar bagi Aceh. Dengan belajar dari masa lalu dan mengedepankan transparansi serta distribusi yang adil, Aceh diharapkan mampu memanfaatkan kekayaan alamnya untuk kemakmuran masyarakatnya tanpa mengulangi kesalahan sejarah.

Reporter: Akil Rahmatillah

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img