NUKILAN.id | Banda Aceh – Sektor pertanian tetap menjadi penyokong utama perekonomian Aceh. Data terbaru Badan Pusat Statistik (BPS) Aceh menunjukkan, sektor ini menyumbang 29,74 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) provinsi.
Meski menjadi tulang punggung ekonomi, sektor pertanian di Aceh menghadapi tantangan yang kompleks. Statistisi Ahli Muda BPS Aceh, Hilda Aprina, mengungkapkan bahwa permasalahan utama bukan hanya pada investasi, tetapi juga kualitas sumber daya manusia (SDM).
“Kendala sektor pertanian di Aceh adalah kurangnya kualitas SDM. Padahal, jika investasi yang masuk didukung dengan SDM dan infrastruktur memadai, banyak persoalan dapat diatasi,” jelas Hilda dalam keterangan tertulis, Selasa (17/12/2024).
Hilda menyoroti pentingnya peran pemerintah untuk menggenjot kapasitas petani melalui pelatihan-pelatihan. Upaya ini diharapkan mampu meningkatkan produktivitas tanpa terlalu bergantung pada kondisi iklim yang kerap menjadi momok bagi hasil panen.
Menurut Hilda, hasil pertanian Aceh selama ini lebih banyak dikirim ke luar daerah untuk diolah. Hal ini mengakibatkan nilai tambah dari produk justru dinikmati oleh daerah lain.
“Kalau proses pengolahan dilakukan di Aceh, masyarakat Aceh sendiri yang akan menikmati nilai tambahnya,” tegasnya.
Integrasi sektor pertanian dengan sektor lain juga dinilai sangat penting. Contohnya, kolaborasi dengan sektor industri untuk mengolah hasil pertanian menjadi produk jadi yang memiliki daya jual lebih tinggi.
Tak hanya pertanian, sektor perikanan Aceh yang memiliki hasil laut melimpah juga menghadapi kendala klasik. Para nelayan sering kesulitan memasarkan hasil tangkapannya, terutama saat produksi melimpah.
“Ketika stok melimpah, pasar tidak mampu menyerap semuanya. Investasi dalam pengolahan hasil laut menjadi produk bernilai tambah dapat menjadi solusi,” ujar Hilda.
Hilda juga menyinggung kontribusi sektor pertambangan yang mencapai 7,1 persen terhadap ekonomi Aceh pada triwulan III 2024. Namun, ia mengingatkan bahwa sumber daya tambang bersifat terbatas.
“Kita harus belajar dari negara seperti Arab Saudi yang menggunakan pendapatan tambang untuk membangun sektor ekonomi lain. Aceh juga bisa mengikuti langkah serupa agar ekonomi berkelanjutan dapat tercapai,” imbuhnya.
Dalam menghadapi tantangan ini, Hilda menekankan pentingnya dukungan pemerintah, mulai dari peningkatan pelatihan petani, pembangunan infrastruktur, hingga integrasi lintas sektor. Dengan langkah ini, Aceh berpeluang untuk tidak hanya menjadi penghasil produk mentah tetapi juga menciptakan produk jadi yang memberikan dampak ekonomi lebih luas bagi masyarakatnya.
Dari pertanian, perikanan, hingga tambang, Aceh sejatinya memiliki potensi besar. Namun, upaya bersama untuk memperbaiki sistem dan meningkatkan nilai tambah menjadi kunci untuk menjadikan sektor-sektor tersebut lebih produktif dan berkelanjutan.
Editor: Akil