NUKILAN.id | Banda Aceh – Rencana Menteri Kebudayaan Fadli Zon untuk memproduksi film sejarah tentang Kekaisaran Ottoman dan Kesultanan Aceh mendapat sambutan positif dari kalangan akademisi. Salah satu dukungan datang dari sejarawan Aceh, Dr M Adli Abdullah, yang menilai langkah tersebut sebagai inisiatif strategis untuk memperkuat kembali hubungan budaya antara Indonesia dan Turki.
“Rencana ini perlu mendapat dukungan oleh seluruh elemen bangsa, karena melalui media film ini dapat mempererat kembali hubungan budaya antara Turki dan Indonesia,” ujar M Adli Abdullah di Banda Aceh, Sabtu (12/4/2025).
Menurut Adli, kerja sama melalui medium film sejarah bukan hanya relevan secara kultural, tetapi juga berkontribusi pada pelestarian warisan budaya. Ia menyebut film tersebut bisa menjadi momentum kolaborasi seni lintas negara, pertukaran akademik, penguatan kapasitas budaya, hingga eksplorasi dunia digital melalui sinema, musik, dan karya sastra kontemporer.
Lebih jauh, Adli mengungkapkan bahwa hubungan antara Turki dan Aceh memiliki akar sejarah yang dalam. Hubungan ini bahkan telah terjalin sejak abad ke-6, jauh sebelum Indonesia menjalin hubungan diplomatik resmi dengan Turki pada 1950.
Ia memaparkan bahwa secara historis, Kesultanan Aceh dan Kekaisaran Ottoman (Turki Utsmani) menjalin kemitraan erat dalam menghadapi kolonialisme Barat di kawasan Asia Tenggara. Hubungan ini telah dimulai sejak masa Samudera Pasai pada abad ke-13 dan dilanjutkan oleh Kesultanan Aceh, terutama pasca jatuhnya Melaka ke tangan Portugis pada 1511.
“Turki Usmani membantu Aceh melawan hegemoni Portugis di Asia Tenggara dan melakukan hubungan diplomatik resmi dengan Sultan Alauddin Riayat Syah, Sultan Aceh ketiga yang berkuasa antara 1537 hingga 1568,” jelasnya.
Kerja sama antara kedua kerajaan itu, menurut Adli, mencakup pengiriman pasukan, bantuan peralatan tempur, ahli persenjataan, hingga pelatihan pembuatan meriam. Dukungan tersebut memperkuat pertahanan Aceh dalam menghadapi penjajahan Portugis, Inggris, dan Belanda.
Selain aspek militer, hubungan tersebut juga berdampak pada perluasan perdagangan rempah-rempah, khususnya lada Aceh yang menjadi komoditas unggulan pada masa itu.
“Nama nama Turki juga masih muncul di Aceh seperti Efendi, Ali Basyah, Bey dan lain-lain,” kata Adli menambahkan.
Bukti hubungan historis tersebut hingga kini masih bisa ditelusuri, antara lain melalui surat-surat diplomatik dari Kesultanan Aceh yang tersimpan di Badan Arsip Turki di Istanbul, serta keberadaan Kompleks Makam Teungku di Bitay di Banda Aceh.
Sebelumnya, Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan niatnya untuk memproduksi film kolaborasi sejarah ini saat bertemu dengan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata Turki, Mehmet Nuri Ersoy.
Editor: Akil