NUKILAN.id | Banda Aceh – Tak terasa umat Muslim telah memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadan 2025. Periode sepertiga akhir bulan suci ini diyakini memiliki keutamaan yang luar biasa dibandingkan malam-malam sebelumnya. Untuk memahami lebih dalam keistimewaannya, Nukilan.id mewawancarai Ustaz Alriadi Fikra, pendakwah dari Salam TV.
Ustaz Fikra menjelaskan bahwa Ramadan secara keseluruhan merupakan bulan penuh kemuliaan. Pada bulan ini, Allah membukakan pintu-pintu surga, menutup rapat pintu-pintu neraka, dan membelenggu para setan.
“Pada dasarnya Ramadan adalah bulan kemuliaan, penuh keberkahan. Di mana dalam hadis, Nabi mengatakan jika datang bulan Ramadan maka pintu-pintu surga itu akan dibukakan, dan pintu-pintu neraka akan ditutup rapat, dan para syaitan akan dibelenggu.” katanya kepada Nukilan.id, Selasa (25/3/2025).
Menurutnya, keutamaan Ramadan berlaku sejak hari pertama hingga hari terakhir. Namun, Rasulullah SAW menegaskan bahwa keistimewaan terbesar berada pada sepuluh malam terakhir.
“Dikarenakan memang di 10 terakhir ini Rasulullah dan para sahabat berlomba-lomba untuk mendapatkan keberkahan dan kemuliaan,” tambahnya.
Ustaz Fikra kemudian mengutip penjelasan Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Fathul Bari, bahwa Nabi SAW selalu membangunkan keluarganya untuk mempersiapkan keperluan i’tikaf dan mengencangkan ikat pinggangnya sebagai tanda keseriusan dalam beribadah menjelang akhir Ramadhan.
لم يكن النبي صلى الله عليه وسلم إذا بقي من رمضان عشرة أيام يدع Ø£Øدا من أهله يطيق القيام إلا أقامه
Artinya: “Nabi Muhammad SAW, ketika 10 hari terakhir bulan Ramadhan tiba, beliau tidak pernah membiarkan anggota keluarganya yang mampu untuk melakukan sholat malam (qiyamul lail) untuk meninggalkannya. Beliau selalu mengajak mereka untuk bangun dan sholat.” (HR At-Tirmidzi).
“Ini menandakan bahwa Rasulullah pada 10 terakhir Ramadan beliau memang memaksimalkan waktu tersebut untuk beribadah kepada Allah, karena ini memang penuh dengan keistimewaan,” jelasnya.
Lebih lanjut, ia menyebutkan beberapa keistimewaan utama dalam sepuluh malam terakhir Ramadan. Salah satunya adalah malam Lailatul Qadr, malam di mana Al-Qur’an pertama kali diturunkan.
“Di 10 terakhir inilah Al-Qur’an diturunkan, dan di malam Lailatul Qadr, sebagaimana kata Allah dalam Surah Al-Qadr yang artinya ‘Bahwasanya Kami telah menurunkan Al-Qur’an pada malam Lailatul Qadr’,” ungkapnya.
Ia memaparkan bahwa para ulama juga berpendapat bahwa kemungkinan besar Lailatul Qadr berada di antara malam-malam ganjil dalam sepuluh hari terakhir Ramadan.
“Terus para ulama berpendapat besar kemungkinan malam Lailatul Qadr ini terletak di malam 10 terakhir ini.” kata Ustaz Fikra.
Selain itu, menurut Ustaz Fikra, sepuluh malam terakhir juga menjadi ujian akhir bagi seorang Muslim dalam menjalani ibadah Ramadan.
“Akhir dari perjuangan seorang Muslim untuk mengakhiri Ramadan, maka ini membuktikan bahwa apakah seorang mukmin itu bersungguh-sungguh,” pungkasnya.
Ia menyoroti fenomena di mana banyak orang bersemangat dalam beribadah di awal Ramadan, namun mulai melemah di penghujung bulan. Hal ini, menurutnya, menjadi cerminan kualitas ibadah seseorang.
“Karena banyak kita lihat orang banyak bersemangat di awal saja, tapi di akhir mereka bermalas-malasan. Ini menandakan bahwa kualitas ibadah seseorang itu dinilai di akhir sebagaimana kata Rasulullah, ‘suatu amalan itu tergantung pada akhirnya’,” tutupnya.
Dengan berbagai keutamaannya, sepuluh malam terakhir Ramadan menjadi waktu yang sangat berharga bagi umat Islam untuk semakin mendekatkan diri kepada Allah. Momen ini seharusnya dimanfaatkan dengan maksimal, sebagaimana dicontohkan oleh Rasulullah dan para sahabatnya. (XRQ)
Reporter: Akil