NUKILAN.id | Banda Aceh – Pekan Olahraga Nasional (PON) ke-21 bisa menjadi ajang bagi rakyat Aceh untuk mendapat manfaat ekonomi bila Pemerintah Aceh memberi kesempatan dan dukungan yang nyata.
Rakyat Aceh yang dimaksud adalah para pelaku UMKM dibidang kuliner, fasion, dan cinderamata. Untuk itu, agar pengunjung betah berada di Aceh PON juga perlu didampingi dengan beragam petunjukan, festival, pameran dan permainan rakyat yang melibatkan pelaku seni dan budaya.
Demikian disampaikan Rektor Universitas Bak Asan (UBA) kepada media ini.
“Rakyat Aceh tidak boleh sekedar jadi penonton dari 33 cabang olahraga yang digelar di Aceh. Dengan kedatangan begitu hanyak atlet, official, dan pengunjung, PON perlu dikelola agar menjadi berkah ekonomi bagi rakyat, sekaligus ajang memperkenalkan seni dan budaya Aceh,” sebut Risman Rachman.
Untuk itu, UBA mendorong Pemerintah Aceh melalui Panitia Besar PON Aceh bersedia dan bersegera menetapkan area atau zona, menyediakan stan bagi pelaku UMKM, panggung bagi pelaku seni dan budaya serta lokasi permainan rakyat, sekaligus juga desain PON untuk digunakan oleh pelaku UMKM dan pelaku seni dan budaya serta peserta permainan rakyat secara gratis.
“Tidak kalah penting adalah kesediaan PB PON Aceh untuk melakukan kurasi agar pelaku UMKM benar-benar warga Aceh, produk kuliner yang dijual benar-benar berkualitas dan higenis, seni dan budaya serta permainan rakyat sesuai syariat dan adat,” tambah Risman.
Penegasan itu dilakukan untuk mengantispasi ajang keramaian di Aceh didominasi oleh orang dari luar Aceh, seperti dari Sumut dan Padang.
“Jangan sampai Aceh punya perhelatan yang mengambil manfaat justru orang luar,” sebut Risman.
Sebagaimana diketahui, saat Ini Pemerintah Aceh dan Pusat sedang memfinalisasi 43 venue PON yang tersebar di 10 kabupaten/kota. Di venue itu akan dipertandingkan 33 cabang olahraga, melibatkan sekitar 5.636 atlet dan 2.752 ofisial. Dan, pembukaan PON akan dilakukan di Aceh oleh Presiden RI pada 8 September 2024.
UBA adalah komunitas pecinta kopi yang menikmati kopi di bawah pohon asan sambil belajar secara elegan dengan mendiskusikan berbagai topik aktual tanpa sekat politik dan tanpa dibatasi oleh paradigma atau ideologi tertentu.
UBA diawaki oleh Risman Rachman, Masry, Yahbang dan Orcheva serta lainnya, yang merupakan penyuka kuliner made in awak gampong. UBA bertolak dari filosofi kupi, semakin mendidih sebuah perbincangan maka semakin wangi kekraban perkawanan.
Editor: Akil