NUKILAN.id | Meulaboh – Lembaga pendidikan anak usia dini, Raudhatul Athfal (RA) Nurul Falah di Meulaboh, Aceh Barat, menjadi satu-satunya perwakilan dari Provinsi Aceh dalam kontestasi program anti-bullying tingkat nasional. Program ini digagas oleh Pimpinan Pusat Ikatan Guru Raudhatul Athfal (IGRA) dan dilaksanakan secara daring, melibatkan berbagai sekolah anak usia dini dari seluruh penjuru Indonesia.
Kepala RA Nurul Falah, Isramiwati, berkesempatan untuk mempresentasikan strategi dan pendekatan anti-bullying yang diterapkan di lingkungan RA Nurul Falah. Dalam presentasi tersebut, Isramiwati menekankan bahwa berbagai bentuk bullying, baik verbal maupun kognitif, kerap terjadi di lingkungan pendidikan anak usia dini. Jika tidak segera ditangani, hal ini dapat berdampak negatif pada perkembangan psikologis anak-anak.
“Pencegahan bullying membutuhkan keterlibatan aktif semua pihak yang kompeten, termasuk pendidik, orang tua, dan instansi terkait,” ujarnya.
Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Aceh Barat, H. Abrar ZYM MH, memberikan apresiasi dan dukungan penuh kepada RA Nurul Falah. Ia berharap agar perwakilan dari Aceh ini dapat membawa pulang hasil terbaik di tingkat nasional.
“Kami bangga dan berdoa agar Aceh menjadi contoh dalam menerapkan program anti-bullying di seluruh institusi pendidikan anak usia dini,” ungkap Abrar.
Dalam ajang ini, para peserta dinilai oleh tiga pakar anti-bullying, yakni Prof. Dr. Susanto, Euis, M.Pd., dan Nova Indriati, M.Si. Penilaian difokuskan pada efektivitas strategi pencegahan bullying yang diterapkan di lingkungan sekolah. Program anti-bullying yang dikembangkan RA Nurul Falah dinilai mampu memberikan lingkungan yang aman dan mendukung tumbuh kembang anak secara holistik.
Isramiwati mengungkapkan, bullying di usia dini sering kali tidak disadari karena bersifat verbal atau kognitif, namun dampaknya bisa sangat besar terhadap rasa percaya diri dan perkembangan emosional anak. Dengan upaya komprehensif dari seluruh pihak, Isramiwati berharap program ini tidak hanya menjadi contoh di Aceh, tetapi juga menjadi inspirasi bagi sekolah lainnya di Indonesia.
“Dengan adanya keterlibatan aktif dari semua pihak, kita bisa menciptakan role model dalam pembelajaran anti-bullying yang bisa diterapkan secara luas,” ujarnya penuh optimisme.
Keberhasilan RA Nurul Falah mewakili Aceh dalam program ini menjadi tonggak penting dalam kampanye anti-bullying di lingkungan pendidikan anak usia dini, di mana keamanan, kenyamanan, dan perkembangan anak menjadi prioritas utama.
Editor: Akil