Wednesday, May 22, 2024

Psikolog :Besok Pemilu, Siapkan Mental dan Kontrol Emosi Masing-Masing

Nukilan.id | Banda Aceh – Sangat Menarik jika membahas kesiapan mental masyarakat dalam menghadapi pemilu. Pemilu hitungan jam lagi, maka penting untuk kita mempersiapkan mental masing-masing saat pencoblosan.

Dalam hal ini, Psikolog di RSUD Meuraxa Yusniar Idris mengatakan, bagus sekali jika berbicara tentang mental masyarakat, artinya bukan kesiapan mental kandidat peserta pemilu, bukan kesiapan mental pelaksana, bukan pula kesiapan mental simpatisan ataupun partai. Apakah masyarakat perlu mempersiapkan mental dalam menghadapi pemilu?

Tentu jawabannya perlu kata Psikolog Yusniar, hal ini disebabkan dalam menghadapi pemilu banyak hal pula yang dihadapi masyarakat.  Timbul rasa kegalauan dalam memilih peserta pemilu yang sesuai dengan harapannya. Masyarakat peserta pemilu sendiri sangat variative, mulai dari bisa mendapatkan kemudahan dalam hal perekonomian, kemudahan mendapatkan pekerjaan dan pendidikan, akses jaminan kesehatan dan keamanan, dan juga hal-hal lainnya.

“Lain orang lain yang ditanya kemungkinan akan lain pula jawaban tentang apa yang diharapkan dari peserta pemilu yang menang nantinya,” ucapnya saat diwawancarai Nukilan.id, Selasa (13/2/2024).

Kemudian, bagi masyarakat, peserta pemilu adalah orang yang akan mewakili dirinya dalam menjawab kebutuhan dan memberikan kemudahan dalam berbagai hal. Kita tidak membicarakan tentang adanya ketidak-nyamanan atau ancaman karena membicarakan ini hal yang sangat tidak nyaman. Akan tetapi, fenomena yang sedang berkembang saat masa pemilu seperti ini, adalah gelombang fanatic terhadap calon peserta pemilu tertentu. Hal ini boleh boleh saja, namun tetap memperhatikan bahwa setiap orang berhak menentukan pilihannya sesuai dengan pola pemikiran dan idealisme nya masing-masing. Jadi tidak boleh memaksa orang lain untuk seide dalam memilih.

Ia juga menyampaikan, ada kecemasan saat berbeda pendapat dengan orang lain, ini juga salah satu fenomena mental yang sedang terjadi. Bagi yang memiliki temperamen agak emosional, bisa sampai adu mulut bila bertemu dengan orang yang berbeda calon kandidatnya, mudah-mudahan tidak sampai adu fisik. Dalam kajian psikologi massa, di saat sekelompok orang berkumpul dengan pola ideologi yang sama maka akan muncul beberapa perilaku yang kadang tidak terkontrol, misalnya, saat kelompok X bertemu dengan kelompok atau individu lain, Y misalnya maka kemungkinan besar akan terjadi ketidak harmonisan, adu mulut atau adu otot.

“Ini seperti tawuran pada anak sekolah, mudah-mudahan pendukung peserta pemilu tidak seperti anak sekolah, remaja yang labil, masyarakat yang punya hak pilih pastinya sudah punya KTP, sudah usia 17 tahun ke atas dan sudah dewasa, sudah bisa membentuk sikap menghargai dalam perbedaan pendapat,” ujarnya.

Inilah uniknya pemilu, sebutnya. Padahal, kita sama-sama tau, bilik untuk memilih sudah begitu rahasia, yakni aman dan tertutup. Lembar pemilihan pastinya juga dalam keadaan sempurna, tanpa ada lembar yang cacat dan di saat dalam bilik, siapa yang tau pemilih akan memilih siapa. Tapi, rasa galau tetap saja muncul. Rasa takut dan gundah bisa dialami jika sebelum pemilihan sudah menerima iming-iming dari beberapa, bukan satu, tapi beberapa tim yang berbeda yang meminta kesediaan untuk memilih calonnya.

Sebenarnya rasa galau ini tidak akan terjadi jika masyarakat sudah punya sikap siapa yang dipercaya untuk dipilih nantinya. Mental yang harus dipersiapkan adalah ketetapan hati dalam memilah dan memilih siapa yang paling sesuai menurut harapannya sehingga nantinya tidak ragu saat dalam bilik pemilihan.

“Ayo, pemerintah sudah memberikan hak pilih, berarti kita berhak memilih, tidak ada kesempatan untuk ‘pemaksaan’ disini, apalagi pemilih sudah dalam kematangan usia dan emosi,” serunya lagi.

Ia juga menyebutkan, kebebasan memilih sudah terjamin. Jangan galau, apalagi jika galaunya masih dengan judul ‘kalau nanti’. Jangan kawatirkan apa yang belum terjadi agar mental kita sehat mengadapi pemilu yang tinggal esok hari. Jika kandidat yang dijagokan nantinya menang, Alhamdulillah, hindari gelombang euphoria yang menyebabkan sulit mengontrol kegembiraan, emosi, dan sikap. Ini adalah waktu bekerja bukan euphoria tanpa kendali. Sebaliknya, jika kandidat yang dijagokan ternyata belum ada rejekinya untuk menang, maka hindari juga gelombang emosi marah yang membabi buta, sikapi dengan bijaksana, berbesar hati, dan berlapang dada untuk bergandengan tangan dengan yang menang membangun negeri.

Tambahnya, pemilu bukan akhir, tapi awal perjuangan membangun negeri. Setiap orang yang sudah dewasa dan matang secara intelektual atau mental, pastinya punya harapan dalam hidup. Setiap kandidat peserta pemilu juga punya visi misinya. Ayo pilih kandidat yang sama persepsi, sama harapan dengan kita. Jangan sudah tidak memilih nanti berkomentar, kok X yang menang, padahal Y lebih oke visi misi nya. Apalagi menyesal kenapa harapan nya tidak bisa terjawab oleh kandidat terpilih.

“Jadi ayo sama-sama kita ramaikan pemilu ini, proaktif secara positif demi negeri juga demi masa depan kita,” pungkasnya [ Auliana Rizky]

spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img
- Advertisement -spot_img

Must Read

- Advertisement -spot_img

Related News

- Advertisement -spot_img